Ini adalah cerita tentang pendakian ke Gunung Gede yang aku lakukan bersama tiga orang teman: kang Ady, Rizky, dan Kamal pada tanggal 2-3 Juni 2012 yang lalu. Aku akan membagi cerita ini ke dalam dua tulisan. Tulisan pertama adalah pendakian kami hingga Alun-Alun Surya Kencana pada hari pertama. Tulisan kedua berecerita tentang pendakian ke puncak Gunung Gede dan menuruninya. Oke, sekarang aku mulai saja.
Sebenarnya pendakian ini yang merencanakan teman-teman dari Comlabs-ITB yang dikoordinir oleh kang Ady. Namun, aku sengaja mengajak dua teman seangkatan Informatika dan teman jalan-jalan biasanya juga, yakni Rizky dan Kamal itu. Eh tak disangka mendekati hari H, dari Comlabs-nya yang bisa cuma kang Ady (dan juga aku).
Namun karena semua persiapan telah dilakukan, termasuk urusan perizinan, rencana pendakian ini tetap dilaksanakan. Dari 8 orang yang awalnya berencana ikut, akhirnya cuma tersisa 4 orang saja.
Malam sehari sebelumnya kami mengambil peralatan hiking yang hendak kami sewa atau beli di Alment, yang berlokasi di dekat jalan Suci, Bandung. Di antaranya ada tenda, tas carrier, sleeping bag, parafin, dll. Bukan bermaksud promosi, tapi harga yang ditawarkan di Alment ini memang tergolong murah dan sangat terjangkau oleh kantong mahasiswa.
Hari Sabtunya, pukul 5 pagi aku, Kamal, dan Rizky berangkat dari kosan kami di daerah Cisitu Bandung menuju terminal Leuwi Panjang dengan menumpang angkot. Kami janjian langsung ketemu kang Ady di terminal sana.

Di angkot menuju Gunung Putri (Rizky’s)
Pukul 6.30 bus ekonomi jurusan Ciawi berangkat dari terminal mengantarkan kami menuju Cipanas. Ongkos Bandung-Cipanas adalah Rp25.000 per orang. Jarak tempuhnya sekitar 3 jam kala itu. Maklum, namanya juga bus ekonomi. Lumayan cukup sering ngetem juga mencari penumpang.
Sekitar pukul 10 kurang seperempat kami tiba di Cipanas. Kami pun mencari angkot yang bisa dicarter untuk mengantarkan kami menuju Gunung Putri. Sempat tawar-menawar dengan aa’ sopir angkotnya, akhirnya kami sepakat di angka Rp40.000 dari tawaran pertama Rp60.000. Kami diantarkan hingga jalan dekat pos pendakian Gunung Putri.

Warung nasi
Sebelum memulai pendakian, kami mengisi perut terlebih dahulu dengan mampir makan di warung dekat pos pendakian. Serius, murah banget makanan di sana. Nasi goreng dengan porsi hampir 1,5 kali normal cuma Rp7.000. Padahal, kalau di Bandung, dengan porsi segitu bisa sampai Rp10.000. Oh ya, buat teman-teman yang hendak mendaki, sangat disarankan untuk mengisi perut terlebih dahulu. Lebih enak makan sebelumnya daripada di tengah-tengah pendakian. Tapi kalau tak sempat makan atau masih tetap lapar juga di tengah jalan, tak usah khawatir karena di tengah pendakian banyak penduduk sekitar yang rela naik gunung berjualan nasi uduk atau sekedar gorengan ataupun bandrek.
Tibalah kami di pos pendakian Gunung Putri. Pos ini berupa rumah panggung. Di luarnya terpasang papan tulisan Departemen Kehutanan. “Petugas”-nya yang mengecek persiapan kami masih muda-muda, sekitar seusia kami juga. Kami sempat ditegur karena tidak menggunakan sepatu untuk mendaki gunung ini. Kami semua hanya mengenakan sandal gunung saja. Namun, kami tetap diizinkan untuk melakukan pendakian.
Perlu diketahui ada beberapa jalur masuk menuju Gunung Gede. Dua di antaranya yang populer adalah melalui Gunung Putri dan Cibodas. Gunung Putri memiliki jarak tempuh yang pendek, tapi memiliki medan yang sangat menanjak. Sedangkan Cibodas memiliki jarak tempuh yang sangat jauh, namun medannya cukup landai.

Jalan mendaki dan berkabut
Kami memulai pendakian dari pos tersebut sekitar pukul 11.30. Tak beberapa lama kemudian nafas mulai terengah-engah karena saking semangatnya berjalan mendaki. Yak, kuncinya memang harus pandai mengatur nafas sih untuk menempuh perjalanan kaki jauh seperti ini. Untungnya cuaca ketika itu tidak panas, malah bisa dibilang cukup dingin karena langit agak mendung dan bukit cukup berkabut. Hawa dingin khas pegunungan juga sungguh terasa, padahal jam masih menunjukkan pukul 12 siang.

Istirahat dulu (Rizky’s)
Setelah menempuh sekitar setengah perjalanan, kami menjadi banyak istirahat. Beberapa meter berjalan, beberapa detik untuk istirahat. Kalau kata Rizky sih, cukup 30 detik untuk sekali istirahat. Padahal 30 detiknya keseringan, hahaha.
Singkat cerita, setelah menempuh perjalanan 5 jam dan menyalip 6 rombongan (ini yang Rizky paling banggakan) — dari pukul 11.30 hingga 16.30, kami pun tiba di alun-alun Surya Kencana Timur. Rasa lelah pun terbayarkan begitu menginjakkan kaki pertama kali di alun-alun Surya Kencana Timur ini. Hamparan padang ilalang beserta pohon Edelweiss di sisi-sisinya membuat mata ini sejuk memandangnya. Subhanallah!!

Alun-alun Surya Kencana Timur

Narsis dulu gan! (Rizky’s)
Namun, ini bukanlah akhir dari pendakian kami. Kami masih Continue reading →
Like this:
Like Loading...