Tag Archives: sungai

Light through the forest

Trekking di Bukit Wawasan

Akhir bulan Agustus yang lalu kebetulan saya tengah berada di Malaysia. Seperti biasa setiap main ke Malaysia, saya selalu roger-roger dengan kawan di sana, Ab dan Dj.

Ab mengajak saya hari Ahad pekan itu untuk pergi trekking di Bukit Wawasan, Puchong. Sayang, hari itu Dj tak dapat bergabung.

Pagi itu kami tiba di kawasan pintu masuk Bukit Wawasan sekitar pukul 8 pagi. Ramai sekali kendaraan yang terparkir di kawasan tersebut.

Halaman parkir kawasan Bukit Wawasan sampai tak cukup memuat kendaraan para pengunjung. Bahu jalan pun terpaksa menjadi tempat parkir juga. Kami sendiri harus parkir kendaraan di sebuah sekolah yang berjarak sekitar kira-kira 100 meter dari tempat parkir Bukit Wawasan.

Bahu jalan di sekitar Bukit Wawasan yang dipakai parkir

Bahu jalan di sekitar Bukit Wawasan yang dipakai parkir

Tampaknya Bukit Wawasan ini merupakan destinasi favorit masyarakat sekitar untuk mengisi akhir pekan. Pergi trekking bersama sahabat atau keluarga. Sebuah kegiatan yang menyehatkan dan tentunya juga sekaligus refreshing dari hiruk pikuk kota. Continue reading

Advertisement

Jalan-Jalan di Padang & Bukittinggi (Bag. 3): Menikmati Pagi di Janjang Saribu & Janjang Koto Gadang

Pagi itu sekitar jam 6 masing-masing dengan menumpang Gojek, saya dan Rizky pergi meninggalkan hotel menuju Janjang Saribu. Dari Hotel Maison tempat kami menginap, Janjang Saribu ini tidaklah jauh. Hanya 2 km saja.

Saya sempat agak nggak yakin ketika dikasih tahu oleh driver Gojek bahwa kami sudah sampai di depan pintu masuk tempat wisata Janjang Saribu. Bagaimana tidak, yang dibilang pintu masuk itu ternyata adalah sebuah gang.

Memang sih di depan gang tersebut terdapat gapura bertuliskan “Jenjang Seribu”. Namun di dalam gang tersebut lebih tampak seperti pekarangan rumah penduduk dibandingkan sebuah tempat wisata.

Kami pun berjalan saja terus masuk ke dalam. Dan ketika sampai di ujung, tampak di hadapan kami sebuah keindahan alam yang begitu menyejukkan mata. Masya Allah…

Ngarai Sianok

Ngarai Sianok

Di hadapan kami terbentang sebuah lembah yang dikelilingi bukit-bukit curam. Di tengahnya mengalir sebuah sungai yang membelah lembah menjadi dua bagian. Pagi itu kabut tebal dan udara sejuk yang menyelimuti lembah berpadu membuat perasaan hati ini begitu tenang memandang keindahan yang terbentang di hadapan.

Itulah lembah yang dikenal dengan nama Ngarai Sianok. Janjang Saribu sendiri adalah deretan anak tangga yang menghubungkan Continue reading

ATV Kg. Jkin

Main ATV di Kg. Jkin

Bersambung dari tulisan sebelumnya. Usai mendaki Gunung Angsi, kami segera beranjak pergi menuju ATV Kg. Jkin Extreme Park, Seremban, Negeri Sembilan. Lokasinya tidak jauh dari Ulu Bendul, tempat pintu masuk Gunung Angsi. Mungkin hanya 5-10 menit saja perjalanan ke sana.

Di Kg. Jkin ini kami berjumpa lagi dengan 4 kawan Ab dan DJ yang telah menunggu. Sayangnya kali ini saya tak ingat siapa saja namanya, hahaha.

Untuk main ATV di Kg. Jkin ini memang disarankan untuk booking sebelumnya karena kuota yang memang cukup terbatas dan peminat yang banyak. Terutama ketika hari libur. Dalam setiap satu batch sesi berkendara ATV kurang lebih tersedia slot untuk 12 orang. Setiap sesi kurang lebih berlangsung selama 45 menit-1 jam.

DJ sudah booking sejak beberapa hari sebelumnya. Jadi ketika kami datang, tinggal daftar ulang dan menunggu giliran saja. Ada form mengenai data diri yang harus diisi oleh setiap orang.

Foto bersama sebelum bermain ATV

Foto bersama sebelum bermain ATV (photo credit: DJ)

Setelah menunggu kurang lebih selama 1 jam, akhirnya giliran kami tiba juga. Terus terang ini pertama kalinya saya berkendara ATV. Agak kagok juga awalnya. Mirip Continue reading

River of Life

River of Life

Dua minggu lalu ketika tengah berada di Kuala Lumpur, saya menyempatkan diri untuk pergi ke Masjid Jamek. Dari tempat saya menginap saya naik LRT menuju Stasiun Pasar Seni. Dari sana kemudian saya berjalan kaki menyusuri tepi Sungai Klang menuju Masjid Jamek.

Alangkah terkejutnya saya dengan penampilan baru kawasan tersebut. Di Pasar Seni ini telah dibangun jalur pedestrian yang memanjang sampai seberang Masjid Jamek. Jalur pedestrian tersebut tampak elegan dengan pilihan jenis dan warna kayu yang menyusunnya.

Jalur pedestrian yang terbuat dari kayu, memanjang dari Pasar Seni hingga Masjid Jamek

Jalur pedestrian yang terbuat dari kayu, memanjang dari Pasar Seni hingga Masjid Jamek

Di bagian tengahnya, tepatnya di bagian yang berbatasan dengan jalan raya, juga dibangun sebuah plaza atau ruang publik terbuka. Banyak orang yang mengambil foto Masjid Jamek dari sana. Belakangan saya baru tahu tempat tersebut rupanya dinamai Masjid Jamek Lookout Point.

Masjid Jamek tampak dari Lookout Point

Masjid Jamek tampak dari Lookout Point

Di sekeliling Masjid Jamek, tempat pertemuan Sungai Klang dan Sungai Gombak itu, terdapat air mancur yang memancar dari berbagai penjuru. Saat malam dari kedua tepi sungai itu akan tampak bercahaya warna biru seperti tampak dalam video YouTube ini.

Air mancur di sekeliling Masjid Jamek

Air mancur di sekeliling Masjid Jamek

River of Life. Itulah nama projek yang dikerjakan oleh Pemerintah Malaysia untuk merevitalisasi dan mempercantik kawasan di sekitar pertemuan Sungai Klang dengan Sungai Gombak.

Kawasan tersebut kini menjadi salah satu favorit turis untuk dikunjungi dan tentu saja juga menjadi tempat yang instagrammable kalau kata netizen. Di sepanjang jalur pedestrian itu juga dipasang bangku-bangku kayu yang akan membuat pengunjung nyaman duduk sambil menikmati suasana kawasan sungai.

 

Melewati hutan antara Pos 2-3

Pendakian Gunung Sumbing Via Kaliangkrik (Bag. 2): Mendaki Sampai Pos 3

Minggu, 25 Desember 2016

Basecamp (1722 mdpl) – Pos 1 (2127 mdpl)

Dari basecamp menuju Pos 1 ini di awal medan trek masih berupa jalan cor-coran karena masih berada di dalam dusun. Kemiringan jalannya lumayan terjal. Selepas keluar dari dusun, kami melewati ladang-ladang milik warga setempat.

Di jalan kami cukup sering berpapasan dengan warga yang sedang bercocok tanam di ladangnya. Beberapa warga juga tampak tengah turun membawa ranting-ranting kayu bakar, rumput, atau hasil ladang mereka.

Mereka sangat ramah kepada pendaki. Suka menyapa kami dan tak sedikit yang bilang, “Monggo pinarak mas…”

Cukup banyak variasi tanaman yang ditekuni oleh penduduk setempat di ladang-ladang mereka ini. Sejauh mata memandang, saya melihat tanaman-tanaman antara lain seperti kol, bawang, wortel, dan teh. Selain itu, masih ada lagi tentunya.

Berjalan melalui ladan-ladang warga

Berjalan melalui ladan-ladang warga

Di situ medan trek yang kami hadapi sudah berupa anak-anak tangga yang tersusun dari batu-batu. Jalan yang kami lalui juga konsisten menanjak terus. Belum sampai pos 1 Continue reading

Pendakian Gunung Gede 2.0 (Hari 2)

Subuh itu (7/7) udara dingin terasa amat menusuk sampai ke tulang. Kami semua masih berbaring di dalam tenda berjejer-jejer seperti ikan-ikan yang sedang dijemur. Bayangkan 1 tenda kapasitas 6 orang benar-benar diisi maksimum oleh 6 orang beserta ransel-ranselnya. Jadinya mau mau selonjor atau membaringkan badan ke samping pun agak susah, haha.

Begitu terbangun, aku langsung mencoba sholat Subuh di dalam tenda. Air wudlu terasa sungguh dingin sekali. Saat itu kami terpaksa menggagalkan rencana untuk melakukan summit attack pada dini hari. Teman-teman sepertinya masih kelelahan. Selain itu, keinginan kami, khususnya aku, untuk melihat sunrise juga tidak terlalu menggebu karena sudah pernah pada pendakian sebelumnya. Justru yang belum pernah adalah menikmati pagi yang cerah di hamparan padang Edelweiss Surya Kencana :).

Hamparan Edelweiss

Hamparan Edelweiss di pagi yang cerah

Kami mulai mempersiapkan keperluan untuk sarapan pagi. Kala itu, sang surya telah bersinar dengan terangnya. Walaupun demikian, hangatnya sinar mentari itu tak cukup untuk meredakan dinginnya angin yang berhembus di Surya Kencana pagi itu. Karena itu kami semua masih mengenakan jaket ataupun atribut penghangat lainnya.

Beruntung pagi itu kami mendapatkan pinjaman kompor dari tenda sebelah. Kesempatan itu tidak kami sia-siakan. Kuncoro langsung menggunakan kompor tersebut untuk menanak nasi. Cukup lama kami menunggu nasi tersebut hingga matang. Ada mungkin sekitar 45-60 menit kami menunggu. Sambil menunggu itu kami menghabiskan waktu untuk berfoto-foto serta memulai packing barang-barang yang bisa dimasukkan ke dalam ransel saat itu.

Memasak nasi

Memasak nasi

Foto-foto sambil menunggu nasi matang

Foto-foto sambil menunggu nasi matang

Aktivitas tersebut ternyata benar-benar efektif untuk menunggu nasi hingga matang, hihi. Sayangnya ternyata kompornya sudah buru-buru hendak diminta balik oleh si empunya. Kami pun tak sempat merebus telor atau memasak mie instan sebagai pelengkap karena jelas tak akan terburu. Kami hanya sempat memanaskan sarden untuk lauk sarapan pagi itu. Tapi untungnya nasi yang kita masak pagi itu merupakan nasi liwet atau nasi gurih yang sudah ‘berasa’ karena bumbu-bumbu di dalamnya. Continue reading

Pendakian ke Gunung Gede (Bagian 2 – Tamat) : Puncak Gede

Tak terasa waktu sudah mendekati subuh. Kabut yang semalam konsisten memenuhi seluruh ruang di udara Surya Kencana, kini hanya mengapung di kepala gunung saja. Kami pun mulai memberesi perlengkapan, termasuk membongkar tenda. Tetapi sebelum itu, kami mengisi perut terlebih dahulu dengan memakan mie instan.

Sholat subuh

Sholat subuh

Butuh waktu agak lama ternyata buat memberesi perlengkapan kami dan menatanya ke dalam tas kembali. Mungkin karena ukuran tenda yang sempit membuat kami tak leluasa bergerak dan juga karena penerangan yang tak cukup. Kami pun terpaksa harus bergantian. Dua orang beres-beres, sementara yang lainnya sambil menunggu, sholat subuh dulu.

Semuanya beres ketika jam menunjukkan pukul 5. Wah, bakal kehilangan momen sunrise nih, dalam hati ku berujar. Sebabnya, jarak tempuh dari Surya Kencana Barat ke puncak Gede setidaknya memakan waktu 30 menitan. Itupun kalau kita mendaki normal tanpa banyak istirahat.

Pendakian subuh-subuh

Pendakian subuh-subuh

Faktanya, medan pendakian dari Surya Kencana Barat ke puncak Gede ini memang benar-benar sangat menanjak. Belum lagi beban carrier yang kami bawa, semakin membuat berat langkah kami. Ditambah dengan kondisi saat itu yang masih cukup gelap.

Ketika mungkin sudah ada separuh perjalanan lebih, aku pun memacu diri untuk berlari menuju puncak dengan meninggalkan teman-temanku yang masih beristirahat. Pikirku waktu itu, satu orang pokoknya harus ada yang menangkap momen sunrise itu. Tapi setelah kupikir-pikir kemudian, keputusan yang aku ambil itu sebenarnya salah juga sih, meninggalkan teman di belakang. Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan mereka? Atau terjadi pada diriku sendiri?

Pada akhirnya aku sampai juga di puncak Gunung Gede lebih awal dari teman-teman. Ketika itu waktu telah menunjukkan pukul 6 lewat 10 pagi. Sudah terlambat sebenarnya untuk menyaksikan sunrise. Walaupun demikian, setidaknya aku masih bisa menyaksikan langit kemerahan sisa-sisa rekahan fajar di balik sang surya. Subhanallah, sungguh pemandangan yang mempesona!

Sunrise di Puncak Gede

Sunrise di Puncak Gede

Sedikit OOT, ketika berada di puncak Gede itu, aku sempat disapa salah seorang anak ITB. Dia mengenaliku dari jaket Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika yang kukenakan. Ternyata dia anak Tambang 2007 seangkatan denganku. Dia naik ke Gunung Gede karena ikut acara Mountain Magazine kalau nggak salah.

Sekitar setengah jam kemudian 3 orang temanku menyusul tiba di puncak Gede. Jadilah kami berfoto-foto bersama menikmati pemandangan di atas puncak Gunung Gede ini. Ketika itu, kondisi di puncak Gede ini angin bertiup cukup kencang dan suhunya juga sangat dingin.

Kawah Gunung Gede

Kawah Gunung Gede

Berempat di puncak Gede

Berempat di puncak Gede

Jalan di puncak Gede

Jalan di puncak Gede

Dari atas puncak Gunung Gede ini kita juga bisa melihat langsung Gunung Pangrango dan juga Gunung Salak di kejauhan.

Pangrango

Pangrango

Selain itu, tampak juga dari puncak Gunung Gede ini alun-alun Surya Kencana Barat yang menjadi kawasan favorit pendaki untuk berkemah.

Perkemahan di Surya Kencanan Barat

Perkemahan di Surya Kencanan Barat

Setelah puas berfoto-foto, sekitar pukul 8 pagi kami mulai perjalanan menuruni Gunung Gede ini. Kali ini jalur yang kami tempuh adalah jalur Cibodas. Dari puncak Gunung Gede kami berjalan ke arah barat. Kami melalui turunan yang oleh para pendaki dikenal dengan sebutan “turunan setan” atau “tanjakan setan” — tergantung dari mana arah kita melaluinya. Disebut demikian karena Continue reading