Akhir bulan Agustus yang lalu kebetulan saya tengah berada di Malaysia. Seperti biasa setiap main ke Malaysia, saya selalu roger-roger dengan kawan di sana, Ab dan Dj.
Ab mengajak saya hari Ahad pekan itu untuk pergi trekking di Bukit Wawasan, Puchong. Sayang, hari itu Dj tak dapat bergabung.
Pagi itu kami tiba di kawasan pintu masuk Bukit Wawasan sekitar pukul 8 pagi. Ramai sekali kendaraan yang terparkir di kawasan tersebut.
Halaman parkir kawasan Bukit Wawasan sampai tak cukup memuat kendaraan para pengunjung. Bahu jalan pun terpaksa menjadi tempat parkir juga. Kami sendiri harus parkir kendaraan di sebuah sekolah yang berjarak sekitar kira-kira 100 meter dari tempat parkir Bukit Wawasan.

Bahu jalan di sekitar Bukit Wawasan yang dipakai parkir
Tampaknya Bukit Wawasan ini merupakan destinasi favorit masyarakat sekitar untuk mengisi akhir pekan. Pergi trekking bersama sahabat atau keluarga. Sebuah kegiatan yang menyehatkan dan tentunya juga sekaligus refreshing dari hiruk pikuk kota.
Di Bukit Wawasan ini saya berjumpa dengan kawan Ab lainnya, yakni bang Maslih, Nizam, dan satu kakak perempuan yang saya lupa namanya. Duh. Haha. Kami baru saja berkenalan di sana.
Tak lama kemudian kami pun langsung memasuki kawasan hutan Bukit Wawasan. Tak ada biaya masuk yang dipungut untuk masuk ke kawasan Bukit Wawasan ini.
Bukit Wawasan ini walaupun berada di tengah-tengah kawasan perkotaan tapi memiliki hutan hujan tropis yang sangat lebat. Nama lainnya adalah Hutan Simpan Ayer Hitam (HSAH) atau The Ayer Hitam Forest Reserve.
Hutan tersebut sebetulnya merupakan tempat riset Universiti Putra Malaysia (UPM). Karena itu di beberapa bagian sengaja ditutup untuk umum. Salah satunya adalah blue lagoon yang sebenarnya menjadi tujuan kita pagi itu.
Kawan-kawan Ab ini semua memang biasa hiking dan lari juga. Mereka bahkan baru saja naik Gunung Kerinci di Sumatra sebelum Ramadhan kemarin. Sewaktu trekking di Bukit wawasan ini beberapa kali mereka mengajak berlari.

Trekking menyusuri Hutan Simpan Ayer Hitam

Kadang-kadang sambil berlari juga
Medan Bukit Wawasan ini mengingatkan saya pada Gunung Angsi yang pernah saya daki sebelumnya di Bukit Sembilan. Tanahnya tanah kapur dan agak becek di beberapa titik. Mungkin karena hujan sehari sebelumnya. Tapi untungnya tidak banyak titik becek tersebut dan tidak separah di Gunung Angsi dulu yang sampai membuat sepatu saya jebol.
baca juga: Mendaki Gunung Angsi
Dalam trekking hari itu kami hanya sampai sungai saja. Di sana ada semacam kolam kecil yang terbentuk dari aliran air terjun kecil yang terbendung oleh kayu dan bebatuan yang disusun melintangi sungai.

Air terjun kecil
Kami duduk-duduk beristirahat di sana sembari makan nasi lemak bungkus yang kami bawa. Banyak pengunjung lain pula yang beristirahat di sana. Ada yang masuk ke dalam kolam juga. Saya sempat merasakan airnya, lumayan dingin juga. Haha.

Duduk-duduk di sungai

Duduk-duduk di sungai
Dari sungai tersebut kami kembali lagi turun ke bawah. Namun kali ini kami melalui jalur yang berbeda dengan keberangkatan tadi.
Dalam perjalanan turun itu kami sempat singgah di salah satu viewpoint yang ada di sana. Tempatnya berupa batu besar yang berada di tepi tebing dan jarang pepohonan di sekitarnya. Kita dapat melihat pemandangan kawasan Puchong dengan lega di sana.

Tampak kawasan Puchong di sekitar Bukit Wawasan
Kata bang Maslih sebetulnya Bukit Wawasan ini memiliki puncak juga. Namun, puncak tersebut dipenuhi pepohonan sehingga bukan tempat yang pas juga untuk melihat pemandangan.
Viewpoint itu sudah sangat dekat sekali dengan pintu masuk Bukit Wawasan ini. Tapi melalui pintu masuk yang berbeda dengan keberangkatan kami tadi.
Bagi rekan-rekan yang ingin trekking di sana dan ingin melihat rute yang kami lalui bisa download file GPX-nya di sini. Sayang saya tidak merekam seluruh trek yang kami lalui. Saya sempat lupa men-start tracking dan sempat saya matikan di beberapa titik.

Rute trekking di Bukit Wawasan
Selain rute yang kami lalui ini ada beberapa alternatif rute lain yang tersedia karena di sana ada cukup banyak percabangan. Kurang lebih jarak yang kami tempuh mungkin ada sekitar 5-6 km kala itu.