Category Archives: Events

Catatan Waktu Lari #Mandiri4Nation

Akhirnya keluar juga pengumuman hasil lari event #Mandiri4Nation. Lumayanlah … nggak nyangka bisa finish di urutan ke-101 lari 10K dengan catatan waktu 00:52:23 (gun time) atau 00:52:04 (chip time).

Di pengumuman hasil lari yang dikeluarkan panitia itu juga tercantum usia para peserta. Nggak nyangka wanita yang sempat adu sprint denganku di KM terakhir ternyata usianya sudah kepala 3. Hebat juga beliau masih kuat di usia segitu.

Event lari berikutnya mudah-mudahan bisa masuk 100 besar. Bukan target yang harus tercapai sih. Bagiku sih yang penting ini menjadikan ini sebagai motivasi saja agar giat berlari untuk menjaga stamina dan fisik tubuh. 😀

Gambar

sumber: http://mandiri4nation.com/welcome/catatan_waktu/10K

Lari di #Mandiri4Nation

Akhirnya setelah beberapa tahun, aku ikutan lomba lari 10K lagi. Terakhir kali aku ikut lomba lari adalah pada saat SMP kelas 3. Saat itu aku ikutan kategori 10K Marathon Nasional Malang (MNM) dan finish 20 besar di tingkat sekolah.

Setelah 8 tahun berselang aku ikutan lari 10K lagi di Jakarta dalam event “Mandiri Run For Our Nation” tanggal 7 Oktober 2012 baru saja ini. Sebenarnya selama ini aku menjadikan lari cuma sebagai hobi saja. Tak pernah terpikir untuk ikutan lomba atau semacamnya. Tapi berhubung akhirnya ada seorang teman — Khairul — yang mengajak untuk ikutan event lomba lari ini, tanpa pikir panjang aku mengiyakan ajakan itu.

Sebelumnya dia sempat mengajak ikutan lari di Adidas King of The Road dan Jakarta Marathon pada bulan yang lalu. Tapi ternyata pendaftaran sudah ditutup dan ada bentrok dengan jadwal yang lain. Namun kali ini konkret juga akhirnya.

#mandiri4nation

#mandiri4nation

Jadilah event #Mandiri4Nation ini menjadi ajang comeback — yoii… bahasanya — setelah 8 tahun absen dari ajang lomba lari. Awalnya nggak yakin juga sewaktu mendaftar kategori 10K. Biasanya tiap lari sendirian, bisa dapat 5K saja sudah luar biasa, haha.

Tapi alhamdulillah, selama sebulan belakangan ini semenjak libur lebaran bisa rutin lari dengan jarak tempuh rata-rata 4-5 Km. Bahkan, dua hari sebelum perlombaan, aku memaksa latihan lari di lapangan SARAGA hingga mencapai jarak minimal 10K. Nggak nyangka sanggup juga menyelesaikan jarak tempuh 10,18 Km dalam waktu 55:32.

Catatan itu lumayan memberi kepercayaan diri buat lomba dua hari berikutnya. Target sih nggak muluk-muluk. Bisa finish 10K dalam waktu kurang dari sejam.

Sempat khawatir juga sih aku bakal kehabisan tenaga di tengah perlombaan. Soalnya dalam perjalanan menuju ke tempat lomba, aku dan Khairul sempat harus berjalan kaki setidaknya ada minimal 1K gara-gara harus memutar dari belakang gedung JCC menuju tempat garis start.

Alhamdulillah ternyata kekhawatiran itu tak terbukti. Bahkan, aku bisa memperbaiki catatan waktuku di latihan 2 hari sebelumnya. Menurut catatan aplikasi Runkeeper yang kugunakan, aku menempuh jarak 10,60 Km dalam waktu 52:02.

Sampai saat ini aku juga masih menunggu catatan waktu dari panitia yang katanya akan segera dirilis sesudah perlombaan di sini. Tapi faktanya sampai tulisan ini kubuat, belum dirilis juga. Begitu pula foto-foto selama lomba.

Seru juga ternyata ikut lomba lari itu. Adalah kepuasan tersendiri ketika bisa menyalip beberapa orang di depan. Aku salut juga sama beberapa cewek yang konsisten lari hingga 10K tanpa pernah berhenti. Kuat sekali mereka.

Setelah perlombaan, semua peserta lari mendapat kartu prabayar Mandiri E-Toll dengan saldo 50.000. Lumayan … bisa makan ‘gratis’ di food court di arena acara #Mandiri4Nation dengan kartu itu, hahaha. 😀

Hore, finish....!

Hore, finish….!

Gerbang Finish

Timer

Khairul & Neo

Khairul & Neo

Ikutan #GDG #DevFestBDG

Hari Sabtu yang lalu, 6 Oktober 2012, aku mengikuti acara Google Developer Group (GDG) DevFest Bandung yang bertempat di Hotel The Luxton, Dago-Bandung. Sebagaimana dilaporkan oleh blog GDG Bandung, acara ini diikuti oleh sekitar 140 orang peserta. Namun, aku agak heran juga sih, dari sekian jumlah itu — di luar panitia — hanya sedikit mahasiswa/alumni ITB yang mengikuti acara itu. Selain aku, ada satu orang lagi anak STI ’09 yang ikutan.

Yang pasti yang nggak ikutan akan menyesal. Soalnya tempatnya cozy & lux banget. Ada coffee break dan makan siang prasmanan khas hotel berbintang, serta dapat goodies kaos dan sticker, hehehe.

Tapi bukan karena itu juga kali motivasi untuk datang ke sini. Topik-topik yang ditawarkan di acara ini menurutku cukup menarik. Ada tentang project butter Android Jelly Beans, tips membangun aplikasi Android, membangun aplikasi dengan HTML5, menggunakan Canvas di HTML5, membangun aplikasi artificial intelligence sederhana, dan perkenalan beberapa electronic frameworks.

Presentation by Tony Chan

Presentation by Tony Chan (src: foto panitia)

Dari sekian pembicara yang berkesempatan sharing knowledge pada hari itu, materi yang disampaikan oleh Tony Chan (Google Android Dev. Advocate) adalah yang paling menarik bagiku. Di sesi pertama dia menjelaskan mengenai project butter yang digunakan di Android 4.1 (Jelly Beans).Perubahan-perubahan apa saja yang terdapat pada Jelly Beans dibandingkan OS terdahulunya. Bagaimana strategi yang digunakan para engineer OS Android di sana untuk membuat proses display menjadi lebih smooth. Bagaimana fitur notifikasi di Jelly Beans sekarang lebih fleksibel dan sebagainya.

Di sesi kedua Tony menjelaskan mengenai tips-tips dalam membuat aplikasi Android, terutama dari segi desain atau layout. Materi ini sebenarnya sangat menarik dan berguna sekali bagi developer. Karena dengan mengetahui tips-tips tersebut, para developer akan mengetahui bagaimana aplikasi yang dipandang menarik oleh user. Sayang sekali, waktu untuk sesi kedua ini benar-benar terbatas sekali. 😦

Kang Imaduddin

Kang Imaduddin menyampaikan materi HTML5

Materi lain seperti HTML5 juga cukup menarik. Memberikan pandangan kepadaku mengenai pros n cons membangun aplikasi dengan HTML5, dibandingkan dengan native, dan juga hybrid. Terus terang HTML5 ini adalah hal yang baru bagiku. Aku belum banyak mengoprek di sana. Hmm … jadi tertarik untuk mempelajari lebih dalam HTML5. Terutama fitur canvas-nya yang pada pertemuan kemarin banyak sekali demo yang diperlihatkan tentangnya.

Sementara itu materi dari Pak Peb — oh ya, aku nggak nyangka kalau Pak Peb mengisi juga di acara ini — sebelumnya asa sudah pernah dapat. Kalau tidak salah, di acara Phyton Meet Up beberapa bulan yang lalu di kampus ITB. Tapi tidak pernah ada kata rugi atau bosan untuk mendengarkan materi yang sama untuk kedua kalinya. Karena biasanya yang kedua, (seharusnya) jadi lebih mengerti, hehehe.

Materi terakhir mengenai electronic frameworks. Itu merupakan materi yang benar-benar baru bagiku karena selama berkuliah di Informatika, tidak pernah bersentuhan dengan itu. Sayangnya kebanyakan framework tersebut berbayar euy. Mudah-mudahan ada waktu untuk mengoprek framework-framework itu. Seru juga sepertinya ‘bermain-main’ dengan electronic frameworks itu.

Alhamdulillah, puaslah ikutan acara kemarin. Selain dapat makanan gratis (banyak lagi, hihihi), kaos gratis, tapi yang paling penting nih … juga dapat banyak knowledge baru. 😀

Foto bersama seusai acara

Foto bersama seusai acara (src: foto panitia)

It’s Time to Move On

It’s time to move on (baca: waktunya pindahan :D).

Ya, tak terasa sudah 3 tahun aku menetap bersama 5 orang kawanku sesama angkatan IF 2007, yakni Haris, Kamal, Khairul, Adi, dan Wafi di kontrakan di jalan Sangkuriang Dalam, yang kemudian kami sebut dengan padepokan Sandal, hahaha. Kini tiba saatnya perpisahan itu harus terjadi.

Pertama, pada bulan April lalu di mana Khairul yang lulus lebih dahulu pada bulan April itu, harus pindah ke Jakarta karena ia mendapatkan pekerjaan di sana. Lalu 2 bulan kemudian,   pada minggu ketiga Juni, Kamal menyusul pindahan ke rumah yang baru dibelinya di Bandung ini. Dan kini aku dan Wafi yang pindah ke kosan yang baru di Cisitu. Adi dan Haris sementara ini masih berada di kontrakan yang lama.

Malam kemarin kami berlima — minus Adi — melakukan farewell party (ceileeh istilahnya…) dengan makan malam bersama di Abuba Steak. Keesokan harinya, alias hari ini, kami, khususnya aku dan Wafi, mulai mengemasi barang-barang untuk pindahan hari ini juga. Yup, semalam akan menjadi malam terakhir aku menginap di kontrakan ini.
Khairul menyortir barang-barangnya

Khairul menyortir barang-barangnya

Capai juga ya mengurusi pindahan itu. Apalagi alat angkut yang kami gunakan adalah gerobak dorong. Aku dan wafi PP kosan lama-kosan baru sebanyak 3 kali. Lumayan juga sih. Barangnya banyak soalnya dan cukup berat juga.
Haris beberes

Haris beberes

Mungkin dalam 1-3 tahun ke depan aku bakal masih pindah-pindah. Soalnya rencana yang kumiliki dalam kurun waktu itu masih abu-abu. Yah, mungkin kalau sudah beristri (amin… mudah-mudahan bisa menyegerakan :D), semuanya bakal lebih jelas. Setidaknya bisa memulai mencari tempat tinggal tetap, hehehe.
Anyway, waktu 3 tahun tinggal bersama kawan-kawan ini ternyata terasa sebentar. Tak terasa kami semua masing-masing sudah mulai menentukan jalan masing-masing. Walaupun kami masing-masing berpisah sudah tidak akan menetap di rumah itu lagi, tapi kenangan itu akan tetap terjaga selamanya di rumah kontrakan itu. Duh, kok jadi melankolis gini, hehehe. Lanjut beres-beres ah. 😛 

Nonton Langsung Indonesia Open SSP 2012 (Bagian 2-Tamat) : Final

Berbeda dengan pertandingan semifinal hari sebelumnya di mana aku hanya menonton seorang diri, kali ini aku menonton bersama Khairul dan Lutfi, dua orang teman seangkatan Informatika ITB 2007 yang kini keduanya bekerja di Jakarta. Pertandingan final hari itu dimulai pukul 12.00.

Kami sengaja melewatkan aksi hiburan yang disajikan panitia yang menampilkan artis-artis, salah satunya adalah Ayu Tingting. Sebab, kami lebih memilih untuk menikmati terlebih dahulu arena hiburan di luar stadion. Ketika waktu mulai mendekati pukul 12 siang, kami pun segera memasuki tribun di dalam stadion.

Tribun kelas satu yang kami masuki ternyata saat itu telah penuh dengan penonton. Kami pun sampai terpaksa menempati bangku di dekat giant screen. Tak disangka, di sana kami berjumpa dengan 3 orang adik angkatan kami di Informatika ITB, yakni angkatan 2010. Mereka kebetulan juga merupakan anggota Unit Bulutangkis ITB.

Eh, ternyata masih sempat lihat Ayu TIngting sebentar ding, hehe.

Ayu Tingting di Istora

Ayu Tingting (tampak kejauhan) di Istora

Pertandingan final pertama yang dipertandingkan pada hari itu adalah partai ganda wanita sesama pemain China yang juga ganda nomor 1 dan 2 dunia, yakni Wang Xiaoli/Yu Yang dan Zhao Yunlei/Qian Ting. Awalnya aku kira pertandingan ini akan berjalan membosankan karena kedua pasangan merupakan satu negara. Namun, dugaanku salah. Kedua pasangan ternyata bermain apik dan ngotot. Permainan pun berakhir dengan 3 set untuk kemenangan Wang/Yu.

Zhao Yunlei/Qian Ting vs Wang Xiaoli/Yu Yang

Zhao Yunlei/Qian Ting vs Wang Xiaoli/Yu Yang

Pertandingan berikutnya adalah partai ganda putra antara pasangan Denmark Mathias Boe/Carsten Mogensen (MB/CM) melawan ganda putra terkuat Korea, Lee Yong Dae/Jung Jae Sung (LYD/JJS). Sudah pasti seluruh stadion heboh, terutama cewek-cewek ABG nih. Apa lagi kalau bukan karena Lee Yong Dae.

Dalam pertandingan itu ada kejadian lucu dan agak malu-maluin sih sebenarnya menurutku. Saat jeda antara set kedua dan ketiga, Lee Yong Dae kan ganti kaos. Gila, cewek-cewek se-Istora pada histeris semua. Padahal sebelumnya, si Mogensen ganti kaos semuanya biasa-biasa saja. Ckckck.

Tentang pertandingannya itu sendiri, mantap … seru banget!! Sayang banget pasangan Denmark yang terlihat meyakinkan di awal set 1 — sempat unggul hingga 5-0 — harus kalah dalam final itu. Memang mereka sempat bangkit di set kedua. Namun, berbicara set ketiga, it’s always Korea. Pasangan LYD/JJS ini memang terkenal punya stamina yang cukup bagus. Terbukti, di set ketiga itu MB/CM tidak mampu mengimbangi lagi permainan LYD/JJS. Mereka kalah segala-galanya.

Mathias Boe/Carsten Mogensen vs Lee Yong Dae/Jung Jae Sung

Mathias Boe/Carsten Mogensen vs Lee Yong Dae/Jung Jae Sung

Pertandingan berikutnya atau pertandingan ketiga final kali itu, yakni partai tunggal putri antara Li Xuerui (China) melawan Saina Nehwal (India). Bagi Saina, ini adalah partai Continue reading

Ikut Kajian #IndonesiaTanpaJIL di Kampus

Tadi sore, bertempat di Selasar CC Barat, Gamais ITB mengadakan sebuah kajian dengan topik yang lagi hot-hotnya belakangan ini, yaitu #IndonesiaTanpaJIL. Narasumbernya — bagi yang aktif mengikuti ‘kajian’ #IndonesiaTanpaJIL di dunia maya (Facebook & Twitter) tentu sudah tak asing lagi — yaitu kang Hafidz (@hafidz_ary).

Sayang euy, saya telat setengah jam, baru gabung sekitar 16.30. Padahal sejak pukul 16.00 sudah stand by di basement CC Barat. Maklum, sudah lama tak aktif di kampus, sudah nggak ingat kalau penyebutan selasar CC Barat itu yang dimaksud itu selasar depan yang menghadap ke CC Timur. Saya kira yang dimaksud itu selasar CC Barat di basement karena berasumsi pasti acaranya bakal diadakan di sana karena tempatnya kondusif.

Ketika saya datang, ternyata jumlah mahasiswa yang sudah datang lebih dulu sudah banyakan. CC Barat sekitar 3/4-nya sudah penuh. Terpaksa saya dapat tempat di pinggir belakang. Sayangnya, panitia sepertinya kurang siap mengantisipasi itu. Sound system berlum terpasang, sementara di dekat situ, tepatnya di lapangan CC sedang rame-ramenya orang-orang teriak-teriak mendukung tim basket yang tengah bertanding. Alhasil, suara yang terdengar kurang begitu jelas. Tapi Alhamdulillah, di tengah-tengah acara sound system sudah terpasang walaupun cukup sering putus-putus.

Pada kesempatan kajian ini, Kang Hafidz menjelaskan bahwasannya fenomena yang dialami umat muslim saat ini merupakan sejarah yang berulang yang juga sudah diceritakan di dalam Al-Qur’an.

Kang Hafidz mengutip beberapa buah ayat dari Al-Quran surat At-Taubah ayat 64-66 mengenai orang-orang munafik yang seuka berolok-olok mengenai Allah dan Rasul-Nya, ataupun ajaran Islam. Celakanya, tanpa kita sadari hal tersebut sering kita temui di kehidupan kita dan mungkin sebagian dari kita sudah terbiasa dengannya. Contohnya, seperti mengatakan “astrojim” dari seharusnya “astaghfirullah al-adhim”, mengatakan “alhamudulillah ya …” dengan nada becanda dsb.

Ketika orang-orang seperti itu diingatkan agar tidak melakukannya kembali, jawaban yang mereka lontarkan, “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Persis sebagaimana yang diceritakan oleh QS. At-Taubah ayat 65. Kemudian mereka akan meminta maaf. Namun, pada ayat berikutnya, ayat 66, dijawab, “Tidak perlu kamu meminta maaf karena kamu telah kafir sebelum beriman.” Masya Allah … semoga kita dijauhkan dari perbuatan-perbuatan yang demikian.

Selain menjelaskan mengenai cerita Al-Qur’an mengenai orang munafik yang sering memperolok-olok Islam, Kang Hafidz juga mengungkapkan  Continue reading

Nonton Langsung Final Bulutangkis SEA Games XXVI

Ini kali kedua aku menonton langsung pertandingan bulutangkis di Istora Senayan, Jakarta. Kalau sebelumnya aku menonton final Djarum Indonesia Open Premier Super Series (DIOPSS) bersama dua orang teman, kali ini aku sendirian saja :(. Habisnya mereka tidak cukup tertarik untuk menyaksikan langsung final bulutangkis SEA Games yang notabene memang kalah gengsinya dibandingkan dengan turnamen bulutangkis sekelas Super Series.

Namun, aku tetap memutuskan berangkat ke Istora sendirian. Kapan lagi bisa menyaksikan langsung jagoan-jagoan bulutangkis Indonesia tampil di final lima nomor sebuah turnamen.

Aku berangkat dari Bandung pagi-pagi dengan menumpang KA Argo Parahyangan. Sampai di stasiun Gambir langsung jalan kaki menuju shelter busway Monas untuk ganti menumpang busway menuju kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan. Suasana kompleks GBK lebih ramai dibanding aku ketika datang menonton final Indonesia Open dulu. Apalagi sebabnya bila bukan karena timnas U-23 juga akan bertanding petang hari itu. Jadi selain final bulutangkis, juga ada pertandingan semifinal cabang sepakbola.

Sementara itu, suasana Istora Senayan cukup “lengang” kala aku datang ke sana. Tak perlu mengantri untuk mendapatkan tiket. Kali ini aku membeli tiket untuk tribun I. Variasilah, dulu sudah pernah nyoba tribun II, sekarang ingin mencoba juga rasanya menonton dari tribun I :D.

Tiket SEA Games

Tiket SEA Games

Ngomong-ngomong soal tiket, tiket untuk pertandingan cabang badminton ini cover depannya sama dengan cabang-cabang olahraga SEA Games yang lain. Bagian depan dicetak dalam warna dominan biru dengan bahan kertas karton mengkilap. Baru di bagian belakangnya tertera nama cabang yang dipertandingkan dan nama babaknya.

Oh ya, dibandingkan dengan saat penyelenggaraan DIOPSS, kondisi Istora terlihat lebih segar sekarang. Mungkin karena spanduk dan baliho yang dipasang di seantero stadion lebih bervariasi warnanya, tidak seperti penyelenggaraan DIOPSS kemarin yang penuh warna merah (warna sponsor) di mana-mana.

Motto SEA Games XXVI : Bersatu & Bangkit

Motto SEA Games XXVI : Bersatu & Bangkit

Pertandingan final bulutangkis SEA Games ini akan dimulai pukul 14.00. Pintu masuk stadion baru dibuka pukul sekitar pukul 13.15. Aku termasuk beruntung bisa berada di antrian yang agak awal sehingga ketika masuk ke dalam masih belum terlalu ramai sehingga masih bisa mendapatkan tempat yang cukup pewe untuk menyaksikan pertandingan walaupun bukan berada di deretan kursi paling depan.

Setengah jam sebelum pertandingan dimulai, tiba-tiba Nadya Melati, salah satu pemain ganda putri Indonesia, memasuki lapangan bulutangkis. Oh, ternyata dia melakukan uji coba lapangan (atau uji coba shuttle cock ya?). Jadi, dia diminta oleh official pertandingan untuk memukul shuttle cock dari sisi lapangan yang satu ke sisi yang lain. Hmm … aku baru tahu ada prosedur seperti itu. Apa biasanya memang harus seperti itu ya?

Nadya Melati uji coba lapangan

Nadya Melati uji coba lapangan

Sebelum pertandingan pertama dimulai, panitia menyuguhkan tarian adat Jawa — aku lupa namanya — bertempat di court 2. Kira-kira ada sekitar 10 menitlah tarian itu dipertunjukkan.

Tak berapa lama kemudian tibalah saat yang dinanti-nanti, pertandingan pertama final SEA Games cabang bulutangkis antara Anneke Feinya Agustin/Nitya Krishinda Maheswari vs Nadya Melati/Vita Marissa! Dua pasangan ganda putri yang tengah melejit peringkatnya di ranking dunia. Anneke/Nitya kini ada di peringkat 19 dunia di mana sekitar 3 bulan lalu berada di kisaran 30-an. Sedangkan Nadya/Vita saat ini berada di peringkat 10 dunia.

Anneke/Nitya vs Nadya/Vita

Anneke/Nitya vs Nadya/Vita

Pertandingan berlangsung seru. Awal-awal set 1 Nadya/Vita tampak mendominasi dengan smash-smash keras mereka. Tapi pertahanan Anneke/Nitya kokoh juga ya. Terbukti saat kedudukan 20-19 untuk Anneke/Nitya, sebuah serangan bertubi-tubi dari Vita yang tampaknya akan membuat mati, dapat dikembalikan dengan baik oleh Nitya sehingga skor pun terkunci di angka 21-19.

Pertandingan itu sendiri akhirnya dimenangkan Anneke/Nitya dengan 2 set langsung yang berarti mereka berhak memperoleh medali emas dan merupakan gelar kedua mereka tahun ini setelah menjuarai Vietnam GP Agustus lalu. Melihat kiprah mereka selama SEA Games yang tak pernah terkalahkan, pasangan ini memang terlihat menjanjikan. Aku optimis peringkat pasangan ini dapat terus meningkat lagi hingga menembus 10 besar dunia.

Bona/Ahsan vs Kido/Hendra

Bona/Ahsan vs Kido/Hendra

Pertandingan berikutnya yang digelar adalah partai final ganda putra antara Bona Septano/Mohammad Ahsan vs Markis Kido/Hendra Setiawan. Rekor pertemuan mereka sebelum ini adalah 1-1. Pertandingan yang menarik untuk disimak karena melibatkan dua kakak beradik yang akan saling bermusuhan di lapangan, yakni Markis Kido dan Bona Septano.

Permainan yang dipertontonkan kedua pasangan di set pertama benar-benar sesuai dengan ekspektasiku, banyak jumping smash keras dilancarkan dan skor pun juga ketat alias kejar-kejaran. Terbukti permainan harus diakhiri setelah melalui beberapa kali deuce dan berakhir dengan skor 25-23 untuk Bona/Ahsan.

Namun, sayangnya tidak demikian di set kedua. Bona/Ahsan melejit dengan mudah dan unggul jauh. Entah kenapa, pertahanan Markis/Hendra saat itu begitu buruk dan sering salah pengertian. Kesalahan-kesalahan seperti shuttle cock gagal melewati net juga kerap terjadi. Set kedua pun benar-benar menjadi milik Bona/Ahsan. Sama halnya dengan Anneke/Nitya, medali emas SEA Games ini juga menjadi gelar kedua Bona/Ahsan tahun ini setelah gelar Indonesia GPG sekitar 1-2 bulan yang lalu.

Fu Mingtian vs Adriyanti Firdasari

Fu Mingtian vs Adriyanti Firdasari

Cukup sudah partai All-Indonesian Finalnya. Partai berikutnya giliran mempertemukan tunggal putri Singapura Fu Mingtian melawan jagoan tunggal putri Indonesia, Adriyanti Firdasari. Keduanya sama-sama membuat kejutan dengan mengalahkan unggulan pertama dan kedua dari Thailand, Porntip Buranaprasertsuk dan Inthanon Ratchanok, di semifinal. Fu Mingtian tidak sendirian. Ia didukung beberapa pemain dan official Singapura yang berada di tribun VIP timur. Sementara Firdasari tentu saja didukung oleh ribuan suporter INA.

Set pertama tampak berjalan mudah bagi Firdasari. Apalagi dibantu dengan banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh Fu Mingtian. Firda unggul di set pertama dengan skor 21-14. Namun, aku baru tahu kalau Firda tengah cedera di pertandingan itu. Saat break set 1 menuju set 2, Firda meminta spray penghilang rasa sakit. Ternyata dia memang Continue reading