Category Archives: Curhat

Menulis Lagi

Tak terasa sudah lama saya tidak menulis di blog ini. Artikel terakhir yang saya terbitkan sudah setahun yang lalu. Banyak hal-hal menarik atau tidak-terlalu-menarik-namun-sayang-untuk-tidak-ditulis menjadi terlewatkan untuk didokumentasikan.

Yang saya rasakan setelah vakum menulis sekian lama adalah kemampuan untuk mengemukakan gagasan secara runut menjadi kurang terasah. Walaupun selama ini saya cuma menulis artikel-artikel ringan yang tidak cukup berbobot, kebiasaan menulis artikel blog tanpa saya sadari secara tidak langsung melatih diri bagaimana menyusun kalimat pembuka sebelum masuk ke dalam inti dan mengakhiri dengan sebuah kesimpulan.

Selain itu, yang saya rasakan juga selama ini kebiasaan menulis blog ternyata adalah sebuah refreshing bagi saya walaupun kadang-kadang bisa pusing juga menyusun kalimat yang baik dan menarik untuk artikel di blog ini. Wwkwkwk. Karena itu, saya mencoba tidak mematok harus bisa menghasilkan berapa artikel dalam seminggu atau sebulan.

Yang penting mencoba memulai menulis lagi saja dulu. Sehari mencicil separagraf juga sudah cukup. Wkwkwk. Mari kita coba.

Lebaran di Bandung

Akhirnya menulis di blog lagi walaupun topiknya sudah sangat telat, yakni cerita singkat tentang lebaran kemarin. Mana Idul Adha sudah kurang dari 3 minggu lagi. Wkwkwkw.

Pada Idul Fitri tahun ini untuk pertama kalinya saya merayakannya di Bandung. Setelah merantau di Bandung selama 15 tahun, baru kali ini saya tidak mudik. Tidak pulang ke kampung halaman di Malang ataupun ke kampung halaman orang tua di Sragen dan Jogja.

Di Bandung saya ikut berlebaran bersama keluarga istri. Usai sholat Idul Fitri dan silaturrahmi ke beberapa tetangga, saya dan istri pergi bersilaturrahmi ke rumah nenek istri yang hanya berjarak 5 km saja dari tempat tinggal kami.

Saya tak menyangka Bandung hari itu sangat macet sekali. Perjalanan ke rumah nenek yang biasanya memakan waktu 10-15 menit, terpaksa ditempuh dalam 25-30 menit.

Rupanya setelah sholat Ied, orang-orang berbondong-bondong berziarah ke makam sanak saudara mereka. Saya baru tahu ternyata begitu tradisi di sini. Tak terkecuali di keluarga nenek istri saya.

Kami berziarah ke makam kakek, om, dan bibi di pemakaman Pasir Impun. Di gang tampak banyak terparkir sepeda motor para penziarah. Dari rumah nenek kami berjalan kaki saja karena jaraknya relatif dekat.

Berziarah ke Pemakaman Pasir Impun, Bandung

Selain berziarah ke pemakaman Pasir Impun, kami juga berziarah ke pemakaman Cikadut. Di sana terdapat pemakaman khusus korban Covid-19. Kami ke sana untuk berziarah ke makam paman yang meninggal karena Covid-19 tahun lalu.

Berziarah ke Pemakaman Covid-19 di Cikadut, Bandung

Macetnya Bandung di hari Lebaran ini ternyata masih berlangsung hingga malam hari. Ketika pulang dari rumah nenek, jalan yang kami lalui masih lumayan padat merayap walaupun tidak semacet seperti pagi harinya.

Esoknya pada hari kedua lebaran barulah jalanan Bandung mulai agak lengang. Saya dan keluarga istri jalan-jalan ke Trans Studio Bandung. Ini kali kedua saya main ke sana setelah yang pertama waktu itu ke sana tahun 2014.

Tidak banyak perubahan rupanya. Saya malah kesulitan notice apa yang berbeda 😅. Tapi tetap menyenangkan karena kali ini ke sana bersama orang-orang spesial hehehe. Di Trans Studio Mall kami juga meetup dengan keluarga Pak Tuwo dan tante (adik dari bapak mertua) yang kebetulan sedang silaturahmi ke Bandung.

Bumi Medika Ganesa ITB

Menerima Vaksin Booster AstraZeneca

Belakangan ini di media massa ramai diberitakan bahwa vaksinasi booster akan menjadi syarat seseorang untuk diperbolehkan mudik nanti (baca di sini). Alhamdulillah jauh sebelum ramai pemberitaan itu, pada bulan Februari yang lalu saya dan istri telah menerima vaksin booster AstraZeneca.

Kala itu kami mengikuti kegiatan vaksinasi yang diadakan oleh UPT Kesehatan Institut Teknologi Bandung (ITB) di Klinik Pratama ITB. Kami mendaftar melalui website UPT Kesehatan ITB. Kebetulan selain memberikan kuota untuk civitas akademika ITB, mereka juga memberikan kuota untuk masyarakat umum.

Btw, saya baru tahu lokasi “Klinik Pratama” ITB ini ternyata sama dengan lokasi Bumi Medika Ganesa (BMG) ITB yang berada di samping Masjid Salman ITB. Kalau membaca artikel ini, Klinik Pratama ITB ini ternyata baru saja diresmikan pada awal tahun 2019 yang lalu. Pantas saja namanya terasa kurang familiar bagi saya.

Ini untuk pertama kalinya kami ke BMG lagi semenjak lama menanggalkan status sebagai mahasiswa. Kami saling bercerita mengenai pengalaman kami di BMG ini.

Istri bercerita dulu dia pernah mendapatkan tindakan bedah minor di bagian kaki di BMG ini. Sementara saya dulu pernah periksa ke dokter di BMG ini karena pernah mengalami maag yang cukup parah hampir seminggu nggak hilang-hilang dan pernah juga mengalami pilek berat yang sangat mengganggu.

Dalam kegiatan vaksinasi ini, saya dan Istri mendapatkan jadwal vaksin shift pertama pukul 7.30 pada (kalau tidak salah) hari ke-9 penyelenggaraan. Pada jam segitu peserta vaksin yang datang sudah lumayan ramai. Tapi alhamdulillah masih dapat nomor antrian di angka 30-an.

Antri vaksin booster di Klinik Pratama ITB

Prosesnya berjalan cepat. Begitu datang kami langsung setor KTP ke petugas, dapat nomor antrian, lalu menunggu panggilan.

Saat tiba waktunya nomor antrian kita dipanggil, pertama-tama yang kita datangi adalah petugas pendaftaran. Di situ ada beberapa data yang perlu kita konfirmasi. Setelah itu KTP dikembalikan.

Berikutnya menunggu giliran screening. Oleh petugas screening, tensi kita diukur lalu kita diberikan beberapa pertanyaan mengenai kondisi kita. Setelah itu lanjut ke ruang suntik vaksin.

Selesai vaksin, lanjut lagi ke area observasi. Di sana kita menunggu sekitar 10-15 menit. Nanti kita akan dipanggil lagi oleh petugas yang lain yang akan menanyakan kondisi kita setelah divaksinasi. Di sana pula kita akan memperoleh print out sertifikat vaksin booster yang sudah kita terima.

Ini untuk pertama kalinya saya mendapatkan vaksin AstraZeneca setelah sebelumnya pada vaksin pertama dan kedua mendapatkan Sinovac. Saya merasakan efek yang lebih kuat setelah menerima vaksin AstraZeneca ini.

Usai vaksin pagi itu saya masih sempat masuk kerja. Tapi siang harinya saya merasa agak mual dan pusing. Namun saya masih paksakan untuk bekerja seperti biasa. Saya harus melawan rasa kantuk dan pusing yang lumayan 😅. Padahal sudah ngopi juga.

Keesokan harinya, saat bangun tidur saya merasakan demam. Badan meriang dan terasa pegal-pegal. Kepala juga terasa pusing-pusing. Ternyata benar cerita yang selama ini saya sering dengar bahwa vaksin AstraZeneca ini efeknya lebih terasa daripada vaksin Sinovac.

Jadinya saya banyak tiduran hari itu. Malamnya suhu badan sudah agak kembali normal. Tapi badan masih pegal-pegal dan lemas. Efek ini masih saya rasakan hingga keesokan harinya lagi. Alhamdulillah pada malam ketiga usai divaksin, saya sudah merasa enakan lagi. Esoknya sudah bisa kembali beraktivitas normal kembali.

Tanpa Italia Lagi di Piala Dunia

Subuh itu saat bangun tidur, saya langsung membuka aplikasi livescore di HP saya mengecek hasil pertandingan semifinal play-off kualifikasi Piala Dunia zona Eropa yang baru saja selesai dimainkan. Alangkah tercengangnya saya melihat skor pertandingan Italia melawan Makedonia Utara yang berakhir 0-1 untuk kemenangan tim tamu. Dengan hasil tersebut artinya Italia gagal melaju ke Piala Dunia 2022 di Qatar.

Saya tak menyangka Italia akan kalah melawan Makedonia Utara. Namun terus terang saya juga ada feeling Makedonia Utara akan menyulitkan Italia karena morale timnas Italia saya lihat sedang tidak bagus dalam beberapa pertandingan terakhir.

Lagi-lagi kemampuan finishing Italia lah yang menjadi momok bagi mereka sendiri. Percuma punya ball posession 66% dan jumlah tendangan on target/off target sebesar 5/32 (sumber di sini) kalau tiada satu gol pun tercipta.

Terlihat sekali Italia memiliki problem di lini serang. Italia tidak punya striker mematikan. Ciro Immobile yang selama ini kurang moncer di timnas, nyatanya masih terus menjadi pilihan utama karena memang dialah striker Italia dengan catatan paling baik di klub saat ini. Ketika ia buntu di timnas, tidak ada pilihan lain yang bisa menggantikan.

Kehilangan Federico Chiesa dan Leonardo Spinazzola juga sangat berpengaruh bagi Italia. Tidak ada pemain cepat dan kreatif lagi yang pandai mengobrak-ngabrik jantung pertahanan lawan.

Setelah juara Euro 2020 kemarin, Roberto Mancini sudah mulai jarang lagi terlihat bereksperimen dengan susunan dan formasi inti. Beda sekali ketika dia memulai menangani timnas Italia setelah Piala Dunia 2018 lalu. Berbagai pemain bergantian masuk dan keluar tim. Banyak talenta baru diberikan kesempatan.

Tapi hal tersebut memang bisa dimaklumi. Di saat pressure pertandingan yang makin tinggi, tentunya pelatih akan lebih cenderung stick pada the winning team. Cuma disayangkan saja, ada pemain yang sudah berkali-kali tidak perform di Gli Azzurri, ternyata masih dipilih terus. Berarti memang sebegitu sedikitnya pilihan yang tersedia.

baca juga: Piala Dunia Tanpa Italia (dan Buffon)

Tanpa Italia, tentunya Piala Dunia nanti lagi-lagi akan terasa hambar bagi saya. Tidak ada lagi tim yang dijagokan.

Tapi terus terang, dibandingkan 2018 kemarin ternyata perasaan saya biasa-biasa saja dengan kegagalan Italia saat ini 🤣. Mungkin karena kemarin baru saja mengalami euforia juara Euro dan sebelumnya juga sudah pernah tidak lolos Piala Dunia juga.

Selain itu mungkin faktor usia juga wkwkwk. Mendukung tim bola menjadi sewajarnya saja, tidak perlu larut dalam kebahagiaan saat menang atau kesedihan saat kalah.

Tidak lolos Piala Dunia 2 kali secara berturut-turut yang dialami oleh Italia ini rupanya bukan hal baru yang dialami oleh negara besar sepakbola. Yang paling spektakular tentu saja kegagalan Prancis lolos ke Piala Dunia 1990 dan 1994. Padahal saat itu mereka memiliki pemain-pemain hebat seperti Jean Pierre Papin, Eric Cantona, Marcel Desailly dan Didier Deschamps.

Namun apa yang terjadi setelahnya? Prancis rebuild dan pada Piala Dunia berikutnya tahun 1998 Prancis juara.

Jika dibandingkan dengan skuad Prancis saat itu yang bertabur bintang, kondisi Italia saat ini bisa dibilang sangat minim pemain bintang. Menarik ditunggu apakah Italia bisa rebuild untuk turnamen Piala Dunia berikutnya, atau tak perlu-perlu jauh, mempertahankan status juaranya di Euro 2024 nanti.

Alhamdulillah Sah! (Part 1 – Menuju Perkenalan)

Tak terasa sudah 3 bulan lebih saya telah menjadi suami orang 😅. Sudah dari lama saya sebenarnya ingin menulis tentang peristiwa bersejarah bagi saya ini, namun bingung juga harus memulai dari mana, haha.

Bulan Desember kemarin alhamdulillah saya telah sah menikah dengan seorang perempuan yang juga merupakan adik tingkat saya ketika kuliah S1 dulu. Walaupun kami berkuliah di kampus dan jurusan yang sama, kami tidak pernah saling mengenal ketika itu. Jangankan kenal, tahu saja tidak. Mungkin karena angkatan kami terpaut 3 tahun.

Ketika dia baru masuk kuliah jurusan di tahun keduanya, saya mulai masuk ke tahun kelima di mana saya tengaj berkutat dengan tugas akhir (TA). Saya juga sudah jarang sekali ke kampus, apalagi saya sempat cuti di semester 9.

Bisa dibilang saya baru berkenalan secara ‘resmi’ dengan dia pada awal bulan April 2021 lalu, beberapa hari sebelum memasuki bulan Ramadan. Setelah 9 tahun lulus kuliah (ya saya sudah tua 😂), saya baru mengenalnya.

Continue reading
Vaksinasi di Polkesma

Vaksinasi Sinovac Dosis Kedua

Alhamdulillah dua minggu lalu (14/8) akhirnya saya merampungkan vaksi Sinovac dosis kedua. Tempat pelaksanaannya masih seperti vaksin pertama, yakni di Poltekkes Malang (Polkesma).

Karena ini adalah vaksinasi kedua, saya tidak perlu mendaftar lagi untuk mengikutinya. Secara otomatis saya sudah terdaftar sebagai peserta vaksinasi dosis kedua pada tanggal tersebut. Nama saya tercatat dalam PDF daftar peserta vaksinasi yang dirilis di website Polkesma.

Berbeda dengan vaksinasi dosis pertama di mana saya mendapatkan shift pertama, yakni jam 8.00, pada pelaksanaan vaksin kedua ini saya mendapatkan shift ketiga, yakni pukul 10.00-11.00. Saya sampai di lokasi sekitar pukul 10.20.

Sama seperti vaksinasi pertama, kali ini kita juga masih diminta untuk membawa fotokopi KTP. Selain itu kita juga perlu membawa kartu vaksinasi yang diberikan pada vaksinasi pertama.

Ada beberapa tahapan yang harus kita lalui sampai akhirnya divaksinasi. Pertama kita mengantri untuk registrasi ulang dulu. Kemudian kita mengantri lagi untuk proses screening. Selepas lulus screening, kita diarahkan ke meja untuk pendataan terakhir. Setelah itu barulah kita diarahkan ke meja vaksinasi.

Antrian vaksinasi di Polkesma

Alhamdulillah saya tidak merasakan sakit yang berarti saat disuntik. Petugas vaksinatornya sangat pro sekali. Saya bahkan merasa kayak nggak disuntik. Saya sampai memastikan bekas suntikan memang tampak di tangan saya. Hehehe.

Selesai disuntik, terakhir kita diarahkan menuju area observasi. Di sana kita menunggu dipanggil oleh petugas yang akan menyerahkan kartu vaksinasi kita kembali.

Alhamdulillah proses vaksinasi dosis kedua ini berjalan lancar. Total waktu yang saya habiskan sejak tiba di lokasi hingga selesai dari area observasi hanyalah sejam saja. Sistem antriannya memang sangat efisien. Tak perlu menunggu lama, sore harinya ketika saya cek aplikasi Peduli Lindungi, status vaksinasi saya juga sudah ter-update di sana.

Alhamdulillah tidak ada efek samping yang saya rasakan setelah vaksinasi dosis kedua ini. Malamnya tangan saya masih kuat saya pakai untuk mencuci baju. Hihihi. Keesokan harinya saya pakai latihan push-up dan plank pun Alhamdulillah masih bisa.

Sentra Vaksinasi Covid-19 Polkesmas

Mendapatkan Vaksin Sinovac Dosis Pertama

Alhamdulillah. Akhirnya saya divaksin juga. Pada hari Sabtu kemarin (17/7) saya mengikuti kegiatan vaksinasi yang diselenggarakan di lingkungan kampus Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang (Polkesma).

Hunting Info Vaksin

Saya bilang “akhirnya” karena saya harus mencari info ke mana-mana mengenai kegiatan vaksinasi baik di Bandung maupun di Malang. Kebetulan saya domisili Bandung, sementara KTP masih alamat Malang.

Sebenarnya nggak ke mana-mana juga sih haha. Cuma modal HP saja. Saya follow beberapa akun Instagram seperti @infovaksincovid_19 (info vaksin di berbagai daerah di Indonesia) dan @immuninme (info vaksin khusus wilayah Malang Raya).

Di Bandung saya selalu kehabisan kuota. Setiap ada info pendaftaran vaksin, saya sering terlambat untuk mendaftarkan diri. Pernah berhasil dapat kuota, tapi baru akhir Juli jadwal divaksinnya. Akhirnya saya urungkan.

Sebelum PPKM Darurat berlangsung, saya memutuskan untuk pulang ke Malang karena puskesmas dekat rumah ternyata akan melaksanakan kegiatan vaksinasi. Sayangnya, saya juga selalu kehabisan kuota vaksin di sana.

Beberapa kali datang selalu kalah antrian karena ternyata pihak puskesmas juga lebih memprioritaskan orang lansia. Bahkan pernah suatu hari saya lihat di Instagram Story puskesmas tersebut bahwa kupon antrian sudah habis sebelum waktu sholat subuh, sekitar jam 4.20. Weww.

Continue reading