Tag Archives: menulis

Menulis Lagi

Tak terasa sudah lama saya tidak menulis di blog ini. Artikel terakhir yang saya terbitkan sudah setahun yang lalu. Banyak hal-hal menarik atau tidak-terlalu-menarik-namun-sayang-untuk-tidak-ditulis menjadi terlewatkan untuk didokumentasikan.

Yang saya rasakan setelah vakum menulis sekian lama adalah kemampuan untuk mengemukakan gagasan secara runut menjadi kurang terasah. Walaupun selama ini saya cuma menulis artikel-artikel ringan yang tidak cukup berbobot, kebiasaan menulis artikel blog tanpa saya sadari secara tidak langsung melatih diri bagaimana menyusun kalimat pembuka sebelum masuk ke dalam inti dan mengakhiri dengan sebuah kesimpulan.

Selain itu, yang saya rasakan juga selama ini kebiasaan menulis blog ternyata adalah sebuah refreshing bagi saya walaupun kadang-kadang bisa pusing juga menyusun kalimat yang baik dan menarik untuk artikel di blog ini. Wwkwkwk. Karena itu, saya mencoba tidak mematok harus bisa menghasilkan berapa artikel dalam seminggu atau sebulan.

Yang penting mencoba memulai menulis lagi saja dulu. Sehari mencicil separagraf juga sudah cukup. Wkwkwk. Mari kita coba.

Absen Sebulan

Wew… Rasa-rasanya sejak mulai aktif ngeblog, ini kali pertama saya absen menulis blog lebih dari sebulan. Selama bulan September kemarin tak ada satu artikel pun yang saya hasilkan. 😦

Sebuah kemunduran buat saya. Padahal saya mencoba berkomitmen untuk setidaknya menulis satu artikel dalam satu minggu.

Alasan penyebabnya sangat klasik: sibuk. Kebetulan sedang ada projek di kantor yang agak memaksa saya untuk mengerjakannya hingga malam hari. Ya karena mengejar milestone, ya karena butuh akses internet cepat juga yang itu bisa saya dapatkan di kantor.

Karena pekerjaan saya lebih banyak di depan komputer, jadi begitu pulang sampai kontrakan, sudah lelah menatap layar komputer lagi :(. Jadi nggak ada semangat buat nulis blog deh haha.

Selain itu juga koneksi internet di kontrakan yang terbatas, hanya mengandalkan tethering data dari paket internet HP saya. Faktor yang terakhir ini yang sebenarnya sangat krusial. Ini sangat memengaruhi mood saya dalam menulis blog. Sebenarnya kalau ada niat bisa saja sih ngetik di notepad dulu, terus diunggah kemudian, haha.

Padahal selama 2 bulan ke belakang, Agustus-September, ada beberapa event yang ingin saya share juga, selain tentu saja menyelesaikan seri cerita trip Indochina akhir bulan Mei lalu. Sekilas saja, jadi selama bulan Agustus-September itu beberapa event yang terlewat untuk saya ceritakan adalah:

  • 17 Agustusan di Gunung Papandayan
  • Lari 17 Km di Independence Day Run 2014
  • Lari Half Marathon di Bromo Marathon 2014
  • Berburu tiket di Travel Fair Garuda Indonesia 2014

Dalam beberapa artikel selanjutnya mungkin akan saya isi dengan cerita tentang event-event tersebut. Yuk ah, semangat menulis lagi di awal bulan Oktober ini. 🙂

Kompetisi Blog AirAsia Indonesia Berhadiah ke Nepal

Ok, break sejenak dari tulisan berantai mengenai catatan perjalanan backpacking Indochina kemarin. Buat teman-teman blogger, khususnya yang beraliran travel writer (btw memang ada ya aliran-aliran blogger, hehe), ada info menarik nih dari AirAsia Indonesia, yang sayang banget jika dilewatkan. Ini dia poster pengumumannya:

Poster pengumuman Kompetisi Blog AirAsia

Berikut ini informasi lebih detailnya yang aku kutip dari link bit.ly/airasiablogcompetition2014

—————————————————————————————-

Mimpi berpetualang ke Himalaya, Nepal?
Mengeksplor peninggalan sejarah yang unik di Penang?
Atau bersantai di pantai eksotis yang ada di Pulau Dewata, Bali?

Ikuti kompetisi blog 10 tahun AirAsia Indonesia

Tema: “Bagaimana AirAsia Mengubah Hidupmu?”

Hadiah:
· Juara Pertama Piala dan Piagam + 2 Tiket PP ke Nepal, uang saku Rp 10 juta, dan akomodasi (5 hari 4 malam)
· Juara Kedua Piala dan Piagam + 2 Tiket PP ke Penang, uang saku Rp 7,5 juta, dan akomodasi (4 hari 3 malam)
· Juara Ketiga Piala dan Piagam + 2 Tiket PP ke Bali, uang saku Rp 5 juta, dan akomodasi (3 hari 2 malam)

Periode: 1 Juli – 31 Agustus 2014

Syarat & Ketentuan:
· Kompetisi terbuka untuk umum, Warga Negara Indonesia (WNI), usia 18 sampai 55 tahun
· Kontestan wajib memiliki Blog, Facebook, dan Twitter
· Tulisan harus karya sendiri dan tidak mengandung unsur SARA, pornografi, dan kekerasan
· Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
· Panjang tulisan minimal 500 kata maksimal 1000 kata yang sudah diposting di dalam blog
· Kontestan wajib mengirimkan biodata (Nama, No. KTP/passport, Nomor HP, Alamat email, Alamat blog) beserta tulisan
· Tulisan dikirim ke AABC_ID@airasia.com, jangan lupa cantumkan biodata di body email plus link tulisan
· Kontestan boleh mengirimkan lebih dari satu tulisan
· Kontestan wajib follow  social media AirAsia Indonesia, www.facebook.com/AirAsiaIndonesia dan www.twitter.com/AirAsiaID, serta blog dan social media Trinity, www.naked-traveler.comwww.facebook.com/TrinityTraveler, dan www.twitter.com/TrinityTraveler
· Tulisan yang dikirimkan akan menjadi milik AirAsia Indonesia
· Kompetisi ini tertutup untuk karyawan AirAsia Indonesia dan keluarga
· Untuk pertanyaan lebih lanjut, silakan tulis komen di notes pada link bit.ly/airasiablogcompetition2014
· Pajak hadiah ditanggung oleh pemenang

Juri:
· Trinity (Blogger & Travel Writer)
· Tim AirAsia Indonesia

Tulis, sebarkan, dan wujudkan mimpi petualanganmu sekarang juga!

—————————————————————————————-

Menarik nih hadiahnya. Apalagi Nepal dengan Himalaya-nya ada di dalam travel bucket list-ku. Coba aja ah, siapa tahu beruntung. 😀

Menulis Diary

Hari ini ketika aku pulang ke rumah orang tua di Malang, iseng-iseng aku merapikan buku-buku di kamarku. Buku-buku yang kugunakan sewaktu ku sekolah dulu. Ya, sampai sekarang aku memang masih menyimpan buku-buku sekolahku. Bisa dibilang aku ini termasuk tipe orang yang sangat menghargai memori. Setiap benda yang berbau kenangan, hampir dipastikan masih kusimpan dengan rapi. Tak terkecuali buku diary.

Semenjak kelas 2 SMP hingga SMA, aku memang memiliki hobi menulis diary. Faktor utama pendorongku adalah karena ikut-ikutan kakak sepupuku — yang kebetulan saat itu kuliah di Malang dan tinggal sekamar denganku — yang juga biasa menulis diary. Saat itu aku melihat menulis diary adalah solusi untuk menuangkan ide-ide atau curahan hati yang ada di pikiranku saat itu.

Namun, sebenarnya saat SD kelas 6 pun aku di sekolah dalam pelajaran bahasa Indonesia juga sudah mendapatkan pengajaran tentang menulis diary. Aku masih ingat betul ketika guruku mengatakan bahwa kita mungkin bisa berbohong kepada orang lain tapi tidak kepada buku diary. Beliau mencontohkan sebuah kasus dugaan pidana korupsi yang menimpa salah satu direktur — saya lupa direktur apa — di Malang. Pengadilan kesulitan menemukan bukti yang menyatakan dia bersalah. Tapi pihak yang berwenang menemukan sebuah tulisan direktur itu dalam sebuah buku — yang ternyata merupakan buku diary-nya — yang berisi curhatan dia setelah melakukan korupsi. Sayangnya, buku diary tidak bisa dijadikan barang bukti karena tidak bisa dipertanggungjawabkan. Padahal, seperti kata guru saya tadi, seseorang hampir dipastikan tidak akan pernah berbohong dalam menulis diary.

Apa yang dikatakan oleh guruku itu ternyata memang kurasakan ketika menulis diary. Kecuali dalam kasus di mana kita menulis diary untuk konsumsi ‘publik’. Dalam arti, kita tidak menutup kemungkinan untuk mempersilahkan orang lain untuk membaca buku diary kita. Kalau memang seperti itu, besar kemungkinan kita akan menutup-nutupi beberapa fakta yang kita tidak ingin orang lain tahu.

Ketika membaca-baca buku diary-ku itu, aku cuma bisa tersenyum-senyum. Yap, kebanyakan yang aku tulis dulu memang tentang cinta monyet khas anak sekolah, eaaa … pengalaman jatuh cinta kepada seorang perempuan di sekolah, hehehe. Namun, tidak hanya itu, dalam buku diary itu aku juga banyak bercerita tentang kegiatan yang kujalani hari itu, interaksi dengan teman-teman, serta perjuangan menembus SMA favorit hingga PTN favorit. Kalau membaca tulisan-tulisan itu, jadi bisa merasakan lagi suasana sekolah dulu. Masa sekolah memang masa-masa yang indah.

Masa kuliah sebenarnya juga lebih indah walaupun tekanan yang dirasakan lebih berat. Karena pada masa kuliah itu, kesempatan untuk mengaktualisasi diri dan berkarya terbentang luas. Sayang, setelah lulus SMA, aku berhenti untuk menulis diary. Ya, mungkin karena sudah ada blog ini walaupun sebenarnya tak bisa disamakan antara diary dan blog, hahaha. Menulis blog kan bersifat publik, sementara menulis diary bersifat privat.

Menulis dan Berkarya

Baru dapat quote dari grup Facebook SMA yang dikutip oleh guru saya. Saya rasa quote-nya sangat bagus. Quote tersebut merupakan kata-kata Pramoedya Ananta Toer, penulis kenamaan Indonesia.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” — Pramoedya Ananta Toer.

Mungkin menulis blog ini adalah termasuk yang dimaksud oleh bung Pramoedya tadi, hehehe. Mahasiswa menulis skripsi atau tugas akhir barangkali juga termasuk yang dimaksud oleh beliau. 😀

Namun, barangkali kalau boleh saya tambahkan, tidak hanya menulis agar tidak hilang dalam masyarakat dan sejarah. Anak Informatika atau Ilmu Komputer misalnya, dengan membuat software komputer, apalagi yang berguna untuk masyarakat banyak, Insya Allah ia tidak akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah itu tadi. Jadi poin utama di sini adalah BERKARYA.