Category Archives: Random

Be Like Kante, Tetap Energik Ketika Berpuasa

Bagi penggemar bola, khususnya yang mengikuti Liga Champions, tentunya sudah tahu bahwa bintang babak semifinal minggu lalu adalah N’Golo Kante. Dia 2 kali terpilih menjadi man of the match (MOTM) dalam pertandingan melawan Real Madrid.

Hebatnya dia melakukannya dalam kondisi ketika sedang berpuasa. Luar biasa! Dalam pertandingan leg kedua, total jarak 11,38 km telah dia tempuh sepanjang pertandingan!

Bagi saya hal tersebut tentunya sangat inspiratif. Terbukti puasa tidak menghalangi Kante untuk bermain seperti biasa. Malah ternyata puasa Ramadan ini memberikan berkah bagi dia bisa menjadi MOTM.

Walaupun ini kembali lagi ke kondisi fisik setiap orang yang tentunya berbeda, pelajaran yang bisa diambil di sini menurut saya adalah jangan sampai puasa menjadi alasan untuk membenarkan sikap lemas atau malas untuk beraktivitas seperti biasa.

Apalagi jika aktivitas kita tidak banyak melibatkan aktivitas fisik secara berat. Insya Allah seharusnya kita bisa tetap energik dalam beraktivitas sebagaimana biasanya. Kuncinya di mindset.

Ini tulisan untuk refleksi diri sendiri sebetulnya hehe. Kalau bagi saya pribadi, yang cukup menghalangi aktivitas seperti biasa saat puasa itu lebih kepada menahan kantuk. Biasanya dengan melakukan stretching bisa segar kembali. Tapi memang tantangannya harus disiplin.

Puasa memang tinggal 2 hari lagi insya Allah. Tapi insya Allah inspirasi dari Kante ini bisa menjadi pengingat juga untuk puasa-puasa berikutnya. 😀

Advertisement
Gunung Putri Tidur

Gunung Putri Tidur

Salah satu pemandangan di kampung halaman yang tidak pernah jemu saya pandang adalah deretan gunung yang membentang di horizon barat daya Kota Malang yang dikenal dengan Gunung Putri Tidur. Anda bisa mencarinya di Google Maps atau atlas (eh masih ada yang punya atlas kah, hehe). Tentu saja Anda tidak akan menemukan nama Gunung Putri Tidur ini di sana karena nama tersebut bukanlah nama sebenarnya. Hehehe.

Nama Gunung Putri Tidur ini populer di masyarakat Malang karena memang bentuknya yang tampak seperti seorang gadis yang sedang tidur dari kejauhan. Padahal sejatinya “gunung” ini adalah sebuah pegunungan yang terdiri atas 3 gunung, yakni Gunung Butak di bagian “kepala” (menyerupai rambut yang terurai, cekungan mata, hidung, dan mulut), Gunung Kawi di bagian “dada” dan “perut”, dan Gunung Panderman di bagian “kaki”.

Saya cukup beruntung karena pemandangan Gunung Putri Tidur ini terlihat cukup jelas dari lingkungan tempat tinggal saya karena masih banyak sawah. Mungkin hanya perlu berjalan kaki sekitar 100 meteran agar bisa melihat pemandangan Gunung Putri Tidur itu.

Kalau dulu waktu kecil bahkan mungkin hanya perlu berjalan kaki sekitar 20 meter karena dulu sawahnya masih sangat luas, belum dibangun perumahan seperti sekarang.

Kalau dari area kota, sepertinya pemandangan Gunung Putri Tidur ini tidak tampak jelas karena terhalang bangunan-bangunan dan juga papan-papan reklame.

Oh ya, dulu waktu kecil di kalangan teman-teman sepermainan populer sekali tebak-tebakan begini: “Gunung, gunung apa yang paling tinggi di dunia?”

Jawabannya adalah: “Ya Gunung Putri Tidur! Tidur aja tingginya segitu, apalagi kalau berdiri. Hahaha.”

Tebak-tebakan yang sangat lokal sekali ya. Saya jadi ingat tebak-tebakan lokal semacam ini dulu pernah saya dapatkan juga dari teman kuliah saya yang asli Bandung.

“Sungai, sungai apa yang paling panjang di dunia?”

“Yak, jawabannya adalah Sungai Cikapundung! Gimana nggak panjang, Asia Afrika saja dilewati. Hahaha.”

Saya yang merupakan orang baru di Bandung awalnya nggak nyambung dengan jawaban tersebut. Lalu diberitahu Asia Afrika itu maksudnya adalah nama jalan, yakni Jalan Asia-Afrika yang ada di tengah Kota Bandung. Hehehe.

Bagaimana di daerah Anda? Apakah ada tebak-tebakan lokal semacam ini? Eh, kok topiknya jadi bahas tebak-tebakan ya. Hahaha.

Tidak Maag Ketika Berpuasa

Bagi saya hal menarik dari berpuasa adalah kemampuan tubuh untuk beradaptasi dalam kondisi lapar dan dahaga. Maksud saya begini. Ketika tidak berpuasa, setiap kali melewatkan makan, terutama sarapan pagi, perut saya akan meronta-ronta. Namun ketika berpuasa, hal itu alhamdulillah tidak saya rasakan.

Beberapa hari yang lalu saya melewatkan waktu sahur ketika sedang dinas. Saya bangun beberapa menit setalah azan subuh dikumandangkan. Efek kopi hitam yang saya minum malam sebelumnya membuat saya baru bisa tidur pukul 1 malam. Alarm yang sudah saya setel tak terdengar oleh saya.

Saya pun terpaksa menjalani hari itu dengan perut kosong. Saya cemas tak ada energi untuk berakvitias hari itu. Apalagi dari penginapan saya masih perlu berjalan kaki hampir 1 km menuju tempat dinas. Saya takut apabila rasa sakit akibat maag menyerang sehingga saya tidak bisa menjalani aktivitas dengan normal.

Alhamdulillah nyatanya saya bisa menjalani hari itu dengan lancar. Aktivitas saya yang banyak melibatkan kerja otak juga tidak terhambat. Padahal pada hari biasa sebelum Ramadan, jika melewatkan sarapan pagi, saya tidak pernah bisa bekerja dengan baik akibat rasa sakit gejala maag dari perut yang meronta-ronta sebagai.

Dari yang saya dari sebuah artikel, salah satu efek puasa adalah berkurangnya asam lambung yang diproduksi. Walaupun demikian, masih dalam artikel yang sama disebutkan bahwa memikirkan makanan atau mencium baunya dapat merangsak otak kita untuk memerintahkan lambung untuk memproduksi asam lambung lagi.

Mahalnya Harga Tiket Penerbangan Domestik

Akhirnya saya menuangkan juga kekesalan saya di blog ini. Seperti yang sudah diketahui bersama sejak awal tahun 2019 ini harga tiket pesawat domestik melambung tinggi.

Saya sebetulnya bukan orang yang sering bepergian dengan pesawat antar kota di Indonesia. Kampung dan tempat domisili saya sekarang masih sama-sama di Pulau Jawa. Masih ada bus dan kereta api yang masih menjadi pilihan yang ramah.

Dahulu sesekali saya pergi menaiki pesawat jika ada urusan yang mendadak, atau memang tengah ada promo. Harga rata-rata tiket termurahnya ketika itu memang bersaing dengan kereta api kelas eksekutif.

Ketika harga tiket melambung tinggi awal tahun ini, saya belum merasakan dampaknya secara langsung. Hingga beberapa waktu yang lalu ada kawan dekat saya yang hendak menikah di Pekanbaru.

Saya melihat harga tiket pesawatnya gila-gilaan. Satu arah harga tiketnya 1,1 juta paling murah. Pada tahun kemarin, dengan harga segitu saya sudah bisa pulang-pergi naik pesawat ke nikahan teman saya di Padang. Bahkan lebih murah sedikit.

Karena kenaikan harganya yang tidak masuk akal bagi saya, akhirnya saya pun urung datang ke nikahan kawan saya itu. Mungkin kenaikan harga itu masih bisa ditoleransi jika saya pergi bukan untuk 1-2 hari saja di sana.

Dampak kenaikan harga ini tentunya akan lebih terasa bagi mereka yang domisili dan kampung halamannya berbeda pulau. Seperti kawan kantor saya yang orang tuanya tinggal di Ambon. Sekali naik pesawat sekarang minimal 2,5 juta. Pulang pergi sudah habis 5 juta.

Dengan harga yang sama sudah bisa dapat tiket ke Jepang dan sekitarnya PP. Akhirnya untuk urusan wisata orang lebih pilih ke luar negeri.

Tidak mengherankan apabila jumlah penumpang domestik menurun. Jumlah penerbangan pun juga turut berkurang.

Tapi rupa-rupanya, walaupun jumlah penumpang menurun, kalau menurut artikel ini, jumlah pendapatan maskapai malah meningkat karena naiknya tiket pesawat itu. Well, sepertinya bukan tidak mungkin fenomena ini masih akan terus bertahan untuk beberapa waktu ke depan dan bahkan seterusnya.

*sumber gambar: WordPress Free Photo Library

Membentuk Kebiasaan Baru dalam Sekian Hari

Ada poin yang menarik bagi saya pada dialog antara Pandji Pragiwaksono dan Deddy Corbuzier dalam vlog YouTube di bawah ini. Yakni ketika Pandji bertanya berapa lama usaha yang kira-kira ia perlukan untuk memiliki badan atletis seperti Deddy.

Deddy menjawab 21 hari. Menurut Deddy, 21 hari itu adalah jumlah hari yang diperlukan untuk membentuk kebiasaan baru.

Setelah mendengar jawaban Deddy itu, saya pun googling dengan kata kunci “21 days rule to form new habit”. Saya penasaran apakah teori ini adalah teori Deddy sendiri atau ada landasan yang dia ikuti.

It turns out that the 21-day rule is really a thing. Dalam artikel ini disebutkan bahwa dr. Maxwell Maltz adalah orang yang mengeluarkan teori tersebut setelah mengamati pola yang terjadi pada pasiennya.

“These, and many other commonly observed phenomena tend to show that it requires a minimum of about 21 days for an old mental image to dissolve and a new one to jell.”

dr. Maxwell Maltz

Tapi yang juga ditekankan oleh dr. Maltz, 21 hari itu adalah jumlah hari minimum untuk menghilangkan kebiasaan lama dan membentuk kebiasaan baru. Jadi bukan selalu 21.

Pada penelitian yang lain oleh dokter yang berbeda — masih disebutkan dalam artikel yang sama — rupanya rata-rata jumlah hari yang diperlukan untuk membentuk kebiasaan baru itu adalah 66 hari. Phillippa Lally, dokter yang melakukan penelitian tersebut, menyebutkan bahwa dari hasil penelitiannya itu juga, sebetulnya jumlah hari itu bisa bervariasi mulai dari 18 hingga 254 hari, tergantung pada beberapa faktor.

Terlepas dari berapa jumlah hari yang scientifically proven, menurut saya penting juga memiliki target jumlah hari sebagai bagian dalam usaha membentuk kebiasaan baru itu. Setidaknya itu ada goal yang konkret yang bisa kita kejar dan evaluasi.

Bakar-Bakar Sate Daging Kurban

Jumat minggu kemarin, bertepatan dengan hari ke-2 Tasyrik, dalam rangka Idul Adha kantor mengadakan acara bakar-bakar sate daging kurban. Lumayan seru juga kegiatannya. Kami saling bahu-membahu dalam menyiapkan sate daging sampai disajikan.

Ada tim yang membeli perlengkapan. Ada tim yang menyiapkan bumbu sate. Ada tim yang menyiapkan arang. Ada tim yang mengipas-ngipasi sate. Dan ada tim yang memotong-motong buah pepaya juga untuk pencuci mulut.

Membakar arang

Membakar arang

Membumbui sate

Membumbui sate

Baru kali ini sih kami mengadakan kegiatan ini. Bagus lah buat mempererat teman-teman tukang ngoding ini supaya nggak di depan komputer terus, hehehe.

Makan-makan

Makan-makan

 

 

Ngopi di Kantor

Teman-teman di kantor lagi menggandrungi kopi. Kalau dulu biasanya beli kopi sachet, sekarang teman-teman mulai menyukai kopi original. Kalau dulu juga biasanya bikin kopi cuma diaduk biasa, sekarang di kantor sudah ada alat manual brewing seperti French Press dan Vietnam Drip.

Kebetulan beberapa waktu yang lalu di sebuah toko kopi online beberapa kali ada program promo. Kami membeli French Press dan Vietnam Drip di sana. Selain itu di sana kami juga membeli beraneka kopi yang berasal dari berbagai daerah.

Menariknya, mereka ternyata juga menjual kopi yang berasal dari negara lain. Kami pun tertarik untuk mencobanya. Sementara ini kami baru mencoba kopi Brazil.

Kegiatan membikin kopi ini ternyata bisa menjadi selingan atau hiburan tersendiri di kantor. Bereksperimen dengan alat brewing dan mencoba rasa kopi dari berbagai daerah.