Tag Archives: idul fitri

Lebaran di Bandung

Akhirnya menulis di blog lagi walaupun topiknya sudah sangat telat, yakni cerita singkat tentang lebaran kemarin. Mana Idul Adha sudah kurang dari 3 minggu lagi. Wkwkwkw.

Pada Idul Fitri tahun ini untuk pertama kalinya saya merayakannya di Bandung. Setelah merantau di Bandung selama 15 tahun, baru kali ini saya tidak mudik. Tidak pulang ke kampung halaman di Malang ataupun ke kampung halaman orang tua di Sragen dan Jogja.

Di Bandung saya ikut berlebaran bersama keluarga istri. Usai sholat Idul Fitri dan silaturrahmi ke beberapa tetangga, saya dan istri pergi bersilaturrahmi ke rumah nenek istri yang hanya berjarak 5 km saja dari tempat tinggal kami.

Saya tak menyangka Bandung hari itu sangat macet sekali. Perjalanan ke rumah nenek yang biasanya memakan waktu 10-15 menit, terpaksa ditempuh dalam 25-30 menit.

Rupanya setelah sholat Ied, orang-orang berbondong-bondong berziarah ke makam sanak saudara mereka. Saya baru tahu ternyata begitu tradisi di sini. Tak terkecuali di keluarga nenek istri saya.

Kami berziarah ke makam kakek, om, dan bibi di pemakaman Pasir Impun. Di gang tampak banyak terparkir sepeda motor para penziarah. Dari rumah nenek kami berjalan kaki saja karena jaraknya relatif dekat.

Berziarah ke Pemakaman Pasir Impun, Bandung

Selain berziarah ke pemakaman Pasir Impun, kami juga berziarah ke pemakaman Cikadut. Di sana terdapat pemakaman khusus korban Covid-19. Kami ke sana untuk berziarah ke makam paman yang meninggal karena Covid-19 tahun lalu.

Berziarah ke Pemakaman Covid-19 di Cikadut, Bandung

Macetnya Bandung di hari Lebaran ini ternyata masih berlangsung hingga malam hari. Ketika pulang dari rumah nenek, jalan yang kami lalui masih lumayan padat merayap walaupun tidak semacet seperti pagi harinya.

Esoknya pada hari kedua lebaran barulah jalanan Bandung mulai agak lengang. Saya dan keluarga istri jalan-jalan ke Trans Studio Bandung. Ini kali kedua saya main ke sana setelah yang pertama waktu itu ke sana tahun 2014.

Tidak banyak perubahan rupanya. Saya malah kesulitan notice apa yang berbeda 😅. Tapi tetap menyenangkan karena kali ini ke sana bersama orang-orang spesial hehehe. Di Trans Studio Mall kami juga meetup dengan keluarga Pak Tuwo dan tante (adik dari bapak mertua) yang kebetulan sedang silaturahmi ke Bandung.

Silaturahmi Lebaran Secara Virtual Jilid 2

Seperti halnya tahun lalu, tahun ini qadarullah rupanya pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Larangan mudik diberlakukan oleh pemerintah tanggal 6-17 Mei dengan maksud mencegah penyebaran Covid-19.

Saya termasuk yang beruntung bisa mudik ke rumah orang tua seminggu sebelum larangan tersebut diberlakukan. Bahkan kereta api yang saya tumpangi ketika itu masih terbilang biasa saja okupansinya, jika tidak ingin dibilang sepi.

Namun, saya dan orang tua tidak bisa mudik ke rumah eyang yang berada di Jawa Tengah. Keluarga besar kami tidak bisa berkumpul bersama merayakan Idul Fitri sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Akan tetapi alhamdulillah dua hari yang lalu kami masih bisa bersilaturahmi secara virtual melalui aplikasi Zoom. Seperti tahun lalu, kali ini saya juga diminta untuk menginisiasi dan menjadi host dalam zoom meeting keluarga besar tersebut. XD

Silaturahmi virtual keluarga besar via Zoom

Sayangnya tidak semuanya bisa bergabung dalam sesi Zoom tersebut. Namun alhamdulillah setidaknya setiap masing-masing keluarga anak-anaknya eyang terdapat perwakilan yang bisa hadir.

Dalam acara silaturahmi virtual biasalah saling bertegur sapa satu sama lain dan bertanya kabar. Setelah berbasa-basi satu sama lain, acara dimulai dengan sambutan dan sedikit kultum. Ketika itu kebetulan Bapak yang mengisi karena pakde yang biasanya memimpin pertemuan keluarga mengalami kendala teknis pada microphone beliau.

Lalu masing-masing keluarga mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan ucapan lebaran. Setelah itu lanjut bincang-bincang hal lain-lain lagi.

Total pertemuan tersebut mungkin hanya memakan waktu sekitar 1,5 jam saja karena memang tanggung sih agak mepet dhuhur bisa mulainya. Namun tetap disyukuri karena masih bisa bertemu walaupun baru secara virtual.

Tahun depan harapannya tentu saja semoga pandemi ini sudah berakhir dan kita semua bisa bersilaturahmi kembali secara langsung. Apalagi tahun depan eyang insya Allah akan menginjak usia yang ke-100 sehingga tentunya momen tersebut akan terasa manis jika semua anak, cucu, dan cicit beliau bisa berkumpul bersama. Aamiin Allahumma aamiin.

Memasak Opor Ayam

Menyambut Lebaran dengan Memasak Opor Ayam

Ada yang berbeda pada lebaran tahun ini. Seperti kita ketahui bersama, lebaran tahun ini terjadi di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.

Untuk mengantisipasi penyebaran yang semakin parah, pemerintah pun mengeluarkan larangan mudik. Mau tidak mau saya pun terpaksa tidak mudik pada lebaran tahun ini.

Ini pertama kalinya saya tidak bisa merayakan lebaran bersama keluarga di kampung halaman. Tentunya ada yang kurang karena tidak bisa bertemu dengan sanak saudara.

Untungnya di perantauan ini saya tidak sendiri. Masih ada teman-teman sekontrakan (housemate) yang juga tidak bisa pulang kampung.

Untuk mengobati rasa rindu pada tradisi lebaran di kampung halaman, pada siang hari ini tadi kami memasak opor ayam bersama untuk menyambut malam lebaran. Walaupun kampung halaman kami berbeda-beda — ada yang dari Malang, Semarang, Solo, Sragen, Karanganyar, dan Kendal — tradisi kami sama-sama biasa makan opor ayam dan ketupat. Namanya juga tradisi masyarakat Indonesia. Hihihi.

Kebetulan ada teman yang memang jago masak. Dia sudah hafal berbagai bumbu masakan di luar kepala. Untuk mempersiapkan masakan ini, kami tinggal mengikuti instruksinya.

Berapa jumlah bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, serai, dan bumbu-bumbu lainnya yang perlu dimasukkan, dia yang memberi tahu. Kemudian bagaimana ayamnya dimasak, kami juga mengikuti arahannya. Saya pribadi pun jadi belajar masak juga ke dia.

Mengulek bumbu-bumbu

Sementara itu, untuk ketupat kami tidak membikin sendiri. Kami mencari yang sudah jadi. Namun sayangnya ketika keluar mencari di pasar menjelang dhuhur, stoknya sudah tidak ada.

Tapi alhamdulillah hari ini tadi teman kantor salah seorang teman kontrakan juga ada yang mengirimkan paket makanan berisi ketupat, opor, sambal goreng kentang, rendang daging, dan sayuran lainnya.

Kami pun bisa makan opor ayam lengkap dengan ketupat. Malah ada kelebihan yang masih bisa dihangatkan lagi untuk besok pagi setelah sholat Ied.

Buka bersama malam lebaran dengan opor ayam

Alhamdulillah walaupun tidak bisa berkumpul bersama keluarga di kampung halaman, saya sangat bersyukur masih mendapatkan kesempatan untuk berbagi keceriaan lebaran ini bersama teman-teman dan menikmati hidangan yang biasa disajikan dalam tradisi lebaran kami.

Btw, selamat berlebaran 1441 H kawan-kawan semua! Semoga amal ibadah kita selama bulan Ramadan kemarin diterima Allah SWT dan kita diberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadan yang akan datang. Aamiin YRA.

Selamat Idul Fitri 1433 H

Lama nggak ngeblog nih. Mumpung masih suasana bulan Syawal, dalam kesempatan ini saya mau mengucapkan:

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1433 H

Taqabbalallahu minna wa minkum.

Semoga amal kita semua selama bulan Ramadhan yang lalu diterima oleh Allah SWT dan kita kembali dipertemukan dengan bulan Ramadhan tahun yang akan datang.

Mohon maaf pula atas segala khilaf yang pernah saya perbuat. Semoga kita semua selalu diberikan kelimpahan rahmat dan ampunan-Nya.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1431 H

Allohuakbar… Allohuakbar… Allohuakbar… Walillahilhamd…!

Setelah melalui satu bulan pembinaan/tarbiyah di bulan Ramadhan, hari ini tibalah kita pada hari kemenangan di hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1431 H. Ramadhan dan hari raya tahun ini terasa spesial karena beberapa ormas Islam terkemuka di negeri ini beserta pemerintah memulai dan mengakhiri puasa Ramadhan secara bebarengan. Aku masih ingat beberapa tahun yang lalu, aku pernah memulai puasa lebih dahulu dan pernah juga berhari raya lebih dahulu dibandingkan keluarga dan teman-teman di sekolah karena mengikuti rukyatul hilal global. Tapi alhamdulillah tahun ini ternyata bisa bebarengan bersama keluarga dan teman-teman.

Ada tradisi yang unik di negeri kita ini setiap menyambut hari raya Idul Fitri. Apalagi kalau bukan mudik dan bersilaturrahim ke keluarga, tetangga, teman-teman, dan rekan-rekan sejawat. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin inovatif dan canggih, kini budaya itu melebar menjadi saling berkirim ucapan maaf dan selamat hari raya melalui SMS, email, dan yang lagi heboh sekarang ini adalah facebook dan twitter. Bahkan budaya mengirim SMS saat lebaran sepertinya sudah bergeser menjadi ngemention teman di twitter dan nge-wall atau nge-tag di facebook. Terbukti sekarang aku sudah jarang menerima SMS lebaran 😦 (ya mesti aja, lha wong hp-ku lagi bermasalah :p) .

Berbicara tentang silaturrahim, ada sebuah artikel menarik tulisan terbaru Ustadz Abdullah Gymnastiar (Aa’ Gym) di website Eramuslim (klik di sini). Beliau menuturkan bahwasannya silaturrahim itu bukan hanya ditandai dengan saling berbalasan salam tangan atau memohon maaf belaka. Bila mencermati dari asal katanya, yakni shilat atau washl, yang berarti menyambungkan atau menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang, maka silaturrahim diartikan sebagai menghubungkan kasih sayang antar sesama. Silaturahim juga bermakna menghubungkan mereka yang sebelumnya terputus hubungan atau interaksi, dan memberi kepada orang yang tidak memberi kepada kita. Dan juga silaturahim ditandai dengan hubungan dengan hati, yakni keluasan hati. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Saw, bahwa beliau bersabda, “Yang disebut bersilaturahim itu bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu ialah menyambungkan apa yang telah putus” (HR Bukhari).

Tapi yang pasti silaturrahim tidak hanya dilakukan menunggu hari raya saja. Silaturrahim itu sifatnya kontinu, harus terus dilakukan. Menjaga hubungan persaudaraan dan pertemanan yang sudah terjalin agar tetap tersambung. Rasulullah SAW mengatakan dalam H.R Bukhari dan Muslim, “Barang siapa yang ingin rizkinya diluaskan dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menghubungkan tali silaturahim.”

Di hari kemenangan ini saya ingin mengucapkan kepada saudara-saudara sesama muslim,

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1431 H

تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ , وَأَحَالَهُ اللَّهُ عَلَيْك

Taqobbalallohu minna waminkum wa ahalahullohu ‘alaik (Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian dan semoga Allah menyempurnakannya atasmu)