Category Archives: Events

Hasil Undian Babak Knock-Out Piala Thomas & Uber 2014

So, tak terasa Piala Thomas dan Uber 2014 telah menyelesaikan seluruh pertandingan babak penyisihan grup. Kini turnamen telah memasuki babak knock-out yang dimulai hari ini.

Hampir seluruh tim unggulan berhasil melaju ke babak knock-out ini. Hanya Chinese Taipei (Taiwan) tim unggulan yang gagal lolos dari babak grup. Mereka disingkirkan Perancis di Thomas Cup, dan Inggris di Uber Cup.

Seperti yang sudah dijelaskan di tournament prospectus BWF, penentuan siapa lawan siapanya di babak knock-out ini dilakukan pengundian lagi setelah pertandingan terakhir penyisihan grup. Para juara grup diurutkan berdasarkan ranking dunia terbaru mereka. Peringkat 1 dan 2 ditempatkan pada pool terpisah sehingga hanya mungkin bertemu di final. Kemudian mereka akan diundi menghadapi runner-up yang bisa jadi berasal dari grup yang sama sebelumnya.

Tadi dini hari BWF telah melakukan pengundian untuk babak knock-out, dan berikut ini adalah hasil undiannya:

Drawing babak knock-out Thomas Cup 2014

Drawing babak knock-out Thomas Cup 2014

Drawing babak knock-out Uber Cup 2014

Drawing babak knock-out Uber Cup 2014

(Informasi lebih detail mengenai jadwal dan hasil pertandingan bisa dilihat di tournament software)

Cukup beruntung tim Indonesia tidak bertemu dengan China di awal-awal. Mereka baru akan bisa saling berhadapan di babak final. Namun, bukan berarti lawan yang dihadapi akan mudah. Tim Thomas Indonesia akan berjuang melawan Korea, sedangkan tim Uber akan menghadapi India, sang tuan rumah.

Babak perempat final semuanya akan dimainkan hari ini. Tim Thomas dan Uber Indonesia akan bermain pada petang hari ini. Kabarnya NET. TV akan menyiarkan ajang Piala Thomas dan Uber sejak babak perempat final ini. Mari kita dukung perjuangan tim Thomas dan Uber Indonesia untuk merebut piala ini kembali. 🙂

 

And… The Show is On! #ThomasUber2014

Li Ning Thomas & Uber Cups 2014 akhirnya resmi dibuka kemarin. Piala Thomas dan Uber tahun ini diselenggarakan di kota New Delhi, India. Pembagian grup Piala Thomas & Uber dapat dilihat pada post saya sebelumnya di sini.

Tim Uber Indonesia mengawali perjalanan di Piala Uber dengan mengalahkan Australia 5-0 dalam babak penyisihan grup X. Sementara Tim Thomas Indonesia mengalahkan Singapura 5-0 dalam babak penyisihan grup A.

Sayangnya untuk babak penyisihan ini tidak ada stasiun TV lokal yang menyiarkan secara langsung perjuangan tim Indonesia. NET. TV baru akan menyiarkan mulai babak perempat final.

Oleh karena itu, bagi Anda yang ingin menyaksikan pertandingan tim Indonesia atau partai-partai negara lainnya bisa menyaksikannya melalui channel TV berbayar di Star Sports. Atau bisa juga live streaming di channel BWF di YouTube, namun perlu trik untuk mengakali restriksi “The uploader has not made this video available in your country”. Alternatif live streaming yang lain bisa di http://www.hahasport.com/ atau http://fancystreems.com/.

Ini salah satu advertisement video dari Star Sports India untuk event Thomas & Uber Cups 2014 ini. Aku suka dengan konsep video ini. Musik India dipadu dengan suara sabetan smash, berhasil merepresentasikan atmosfer event badminton yang diselenggarakan di India.

Bagi Anda yang ingin mengikuti jadwal dan hasil-hasil pertandingan secara up to date dapat mengunjungi halaman tournamentsoftware ini. Sementara untuk update berita terkait pertandingan bisa mengunjungi situs resmi Badminton World Federation (BWF) di sini atau di Badzine. Untuk berita khusus Tim Indonesia bisa mengunjungi langsung situs PBSI di sini.

Semoga saja pada event Piala Thomas & Uber tahun ini Indonesia bisa membawa pulang kembali piala yang sudah lama lepas dari Indonesia ini. Indonesia berpeluang besar menjadi juara sekaligus memenuhi nomor unggulannya di event Piala Thomas kali ini.

Nonton Langsung Singapore Open 2014 (Bag. 2-Tamat)

Penginapan di Singapura

Aku berada di Singapura selama 3 hari 2 malam. Selama 2 malam itu aku menginap di ABC Hostel yang berlokasi di Jalan Kubor, Bugis. Aku memesan via Agoda dan mendapat tarif per malam sekitar 180 ribu rupiah.

Kenapa di sana? Pertimbangan utamaku adalah mencari hostel murah yang lokasinya dekat masjid. ABC Hostel ini hanya berjarak sekitar 50 meter saja dari Masjid Sultan.

Dengan dekat masjid aku tak perlu repot-repot untuk mencari tempat sholat. Aku merasa nggak nyaman aja sholat di kamar yang memiliki model dormitory ini di tengah orang-orang yang nggak dikenal. Selain itu, biasanya di area sekitar masjid terdapat rumah makan yang (Insya Allah) sudah jelas kehalalannya.

Mengenai Masjid Sultan ini, di depannya bertebaran berbagai rumah makan muslim. Umumnya masakan Timur Tengah atau India-Pakistan gitu. Kangen masakan Indonesia? Di pinggir jalan antara ABC Hostel dan Masjid Sultan ini terdapat rumah makan masakan Padang.

Kondisi kamar yang kutempati

Kondisi kamar yang kutempati

Selain pertimbangan dekat dengan masjid, aku juga mempertimbangkan jarak hostel terhadap shelter bus atau stasiun MRT untuk mobilitas ke tempat lain. Nah, lokasi ABC Hostel ini berjarak sekitar 200 meter ke stasiun MRT Bugis. Sekitar 20 meter dari hostel terdapat shelter bus juga.

So, maghrib itu setelah menonton babak semifinal OUE Singapore Open Super Series 2014, aku pergi menuju penginapan dengan menaiki MRT dari stasiun Stadium ke stasiun Bugis, transit di stasiun Promenade. Oh ya, waktu tempuh dari stasiun MRT ke stasiun Bugis ini juga menjadi salah satu pertimbanganku. Jarak keduanya hanya ditempuh dalam waktu kurang lebih 10 menit.

Finals Day

Pertandingan babak final Singapore Open pada hari itu baru dimulai pukul 13.00 waktu lokal. Artinya aku masih memiliki waktu efektif sekitar 3 jam lah untuk jalan-jalan ke suatu tempat. Tempat yang kupilih adalah Singapore Botanic Gardens. Cerita tentang jalan-jalanku ke sana akan kutulis di artikel terpisah.

Selain Singapore Botanic Gardens, aku sempat main juga ke Merlion Park. Singkat cerita, dari Merlion Park, tepatnya stasiun MRT Raffles Place, aku naik MRT ke stasiun Stadium, transit di stasiun Marina Bay.

Berbeda dengan sehari sebelumnya di mana aku hampir telat 2 jam, pada babak final ini aku datang setengah jam lebih awal. Stadion sudah cukup ramai. Hanya kebanyakan mereka masih bertahan di booth area. Booth area ini hanya diisi oleh Li Ning kalau tidak salah, selain tentunya juga beberapa stand makanan. Li Ning “mengobral” jersey-jersey mereka seharga SGD30 atau sekitar Rp270.000. Aku nggak tahu sih harga segitu sebenarnya termasuk mahal, normal, atau murah. Yang jelas sayang banget beli jersey dengan ngeluarin duit segitu, haha.

Suasana dalam stadion yang masih sepi

Suasana dalam stadion yang masih sepi

Pukul 13.00 tepat babak final OUE Singapore Open Super Series 2014 ini dimulai. Partai ganda campuran antar sesama pemain Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir vs Riky Widianto/Puspita Richi Dili mengawali babak final hari itu. Btw, 15 menit sebelum babak final dimulai Riky Widianto sempat diminta oleh tournament referee untuk menguji kondisi lapangan, terutama kondisi angin.

Pertandingan itu sendiri dimenangkan oleh Tontowi/Liliyana dengan skor 21-15, 22-20. Pertandingannya sendiri menurutku kurang “panas” sih. Mungkin karena mereka sudah sering latihan bersama jadi sudah tahu sama tahu. Riky/Richi sendiri kelihatan tidak sedang dalam permainan terbaiknya saat itu.

Btw, orang Singapore yang duduk di sebelahku sempat penasaran Blibli itu nama perusahaan apa. Dia melihat di jersey yang dikenakan pemain Indonesia ada tulisan Blibli.com. Langsung kukasih tahu kepada beliau kalau Blibli itu adalah situs e-commerce di Indonesia. Aku jadi penasaran, Blibli ada fasilitas shipping internasional nggak sih? Atau jangan-jangan mereka memang mau go international seperti Amazon, e-bay, dll. dengan mensponsori pemain badminton Indonesia ini?

Tontowi/Liliyana dan Riky/Richi sedang melakukan pemanasan

Tontowi/Liliyana dan Riky/Richi sedang melakukan pemanasan

Pertandingan kedua adalah all chinese women’s singles final antara Li Xuerui vs Wang Yihan. Pertandingan yang agak membosankan menurutku. Aku sampai ngantuk menontonnya. Sempat ada satu reli panjang dan sepertinya terpanjang dalam keseluruhan partai final hari itu. Tapi aku sejak awal sudah menduga partai ini akan dimenangkan oleh Wang Yihan. Entahlah, aku melihat banyak kesalahan dari Li Xuerui yang sepertinya disengaja. Another fixed match by China? Who knows.

Memasuki partai ketiga, semangatku untuk menonton mulai bangkit lagi. Partai ketiga ini mempertemukan pasangan ganda putra dari China Cai Yun/Lu Kai melawan ganda putra dari Taiwan Lee Sheng Mu/Tsia Chia Hsin. Pertandingan itu sendiri dimenangkan oleh pasangan China dengan skor 21-19, 21-14. Aku cukup impressed dengan penampilan Lu Kai secara khusus. Smash-smashnya dalam pertandingan ini benar-benar tajam dan kencang. Wow!

Awal set ke-2 partai ganda putra

Awal set ke-2 partai ganda putra

Partai keempat lagi-lagi juga menjadi milik China. Bao Yixin/Tang Jinhua yang turun di partai final ganda putri berhasil mengalahkan pasangan Denmark Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl melalui pertandingan sengit 14-21, 21-19, 21-15.

Akhirnya tibalah partai yang ditunggu-tunggu oleh penonton di stadion. Yakni partai final tunggal putra antara Lee Chong Wei dari Malaysia melawan pemain kualifikasi dari Indonesia, Simon Santoso.

Walaupun selisih peringkat kedua pemain terpaut sangat jauh, yakni peringkat 1 dunia dan 50-an, pertandingan ini menjanjikan pertarungan seru karena performa Simon yang menunjukkan kebangkitan belakangan ini. Lee Chong Wei datang ke Singapore Open ini dengan status juara 3 Super Series sebelumnya. Simon Santoso datang dengan status juara Malaysia Open GPG 2014.

Jelas, Lee Chong Wei adalah favorit kuat pada pertandingan ini. Penonton di Singapore Indoor Stadium ini juga banyak sekali yang mengelu-ngelukan Lee Chong Wei.

Adu netting antara Lee Chong Wei dan Simon Santoso

Adu netting antara Lee Chong Wei dan Simon Santoso

Namun, tanpa diduga pada pertandingan ini Simon bermain sangat cemerlang. Lee Chong Wei sepertinya tampak kaget dan tidak siap dengan penampilan bagus yang ditunjukkan Simon. Simon bermain rapih tanpa membuat banyak kesalahan. Netting-nettingnya sangat halus sehingga sering memaksa Chong Wei untuk mengangkat bola yang kemudian diakhiri Simon dengan smash yang akurat.

Dalam pertandingan ini Simon unggul 21-15, 21-10. Sebuah skor mencolok yang menunjukkan dominasi Simon atas Chong Wei. Wow! Benar-benar bangga rasanya melihat langsung pemain Indonesia berhasil mengalahkan Lee Chong Wei, apalagi dengan skor telak. Terakhir kali pemain Indonesia yang bisa mengalahkan Lee Chong Wei, kalau tidak salah, adalah Taufik Hidayat di Kejuaraan Dunia tahun 2010.

Btw, setelah kemenangan Simon ini di situs Badminton Central, forumnya para penggemar badminton dari manca negara, banyak yang menanyakan tentang brand Astec yang dipakai Simon ini. Tampaknya banyak yang baru mendengar tentang keberadaan Astec ini. Wah, kalau Simon bisa terus konsisten berprestasi, jelas ini bakal menjadi sarana promosi yang hebat bagi Astec. 😀

Simon Santoso dan Lee Chong Wei di atas podium

Simon Santoso dan Lee Chong Wei di atas podium

Setelah menonton prize ceremony nomor tunggal putra, aku pulang meninggalkan stadion. Aku kembali menuju penginapan dengan menaiki MRT. Aku sholat jama’ takhir Ashar dan Dhuhur di Masjid Sultan. Malam itu aku masih stay di Singapura untuk 1 malam lagi. Jadwal pesawat ke Bandung baru pagi keesokan harinya. (tamat)

Semifinal Lee Chong Wei vs Srikanth K.

Nonton Langsung Singapore Open 2014 (Bag. 1)

Setelah nonton langsung Malaysia Open Super Series Premier Januari lalu (baca ceritanya di sini), weekend kemarin (12-13 April) gilirannya nonton Singapore Open Super Series. Berbeda dengan di Malaysia kemarin yang nonton bersama teman, kali ini aku berangkat sendiri ke Singapura.

Pesawat Bandung-Singapura PP

Tiket Bandung-Singapura PP sudah kubeli pada awal bulan Desember 2013 lalu. Kebetulan waktu itu dapat promo Tigerair “Pergi Bayar Full, Pulang Bayar Rp 1” (atau kebalik ya, haha). Kalau ditotal pulang-pergi habis Rp539.001,-. Itu sudah termasuk booking fee Tigerair yang berlaku untuk 1 penerbangan internasional sebesar Rp63.000 dikali 2 karena pulang-pergi. Mahal ya. Tapi segitu masih terbilang murah sih untuk tiket Bandung-Singapura PP.

Pada hari Sabtu kemarin (12/4) pesawat Tigerair nomor penerbangan TR2203 take off dari Bandung menjelang pukul 12 siang. Agak telat dari jadwal seharusnya sih yang pukul 11.40 (GMT+7). Tapi hebatnya pesawat tiba on time pukul 14.35 waktu setempat (GMT+8).

Pesawat Tigerair menjelang berangkat dari Bandara Husein Sastranegara

Pesawat Tigerair menjelang berangkat dari Bandara Husein Sastranegara

Naik MRT dari Changi Airport ke Singapore Indoor Stadium

Btw, ini adalah pengalaman pertamaku ke Singapura. Sempat bingung juga sih lewat mana setelah selesai urusan imigrasi. Untungnya papan-papan informasi dan penunjuk arah di bandara Changi ini sangat jelas. Yang jelas aku harus menuju ke stasiun MRT bandara untuk dapat naik MRT ke Singapore Indoor Stadium, tempat diselenggarakannya turnamen.

Pertama-tama, aku membeli kartu EZ-link dahulu di ticket office dekat MRT gates. EZ-link ini kuperlukan agar urusan naik MRT ke mana-mana menjadi praktis (EZ-link card tidak hanya berlaku untuk MRT saja lho). Setelah itu aku naik MRT ke stasiun Stadium, pakai transit ganti MRT di stasiun Tanah Merah dan Paya Lebar.

Aku tiba di stasiun Stadium sekitar setengah empat sore. Berarti aku telat hampir 2 jam. Babak semifinal dimulai pukul 2 siang. Yah, sudah risiko sih. Soalnya dari Bandung ke Singapore ongkos pesawat yang lagi murah cuma Tigerair yang berangkat siang ini. 😀

Penampakan Singapore Indoor Stadium dari pintu keluar stasiun MRT

Penampakan Singapore Indoor Stadium dari pintu keluar stasiun MRT

Tiket Babak Semifinal dan Final

Jujur, tiket Singapore Open Super Series ini sungguh amat mahal! Standard Event Day Tickets untuk babak semifinal dipatok seharga S$40 dan final S$44. Aku nggak tahu sih itu harga tiket tersebut berlaku untuk kelas apa.

Namun untungnya pihak event organizer membuka early bird untuk tiket musiman alias untuk seluruh babak turnamen. Harganya S$40 untuk kelas 2. Yah, Kalo dihitung-hitung tentu jauh lebih murah ini sih. Akhirnya aku pun membeli tiketnya melalui website event organizer-nya, Sports Hub Singapore, di sini. Untuk masuk ke dalam stadion, aku tinggal menunjukkan print-out tiket yang sudah dikirimkan via email.

Tiket semifinal dan final Singapore Open 2014

Tiket semifinal dan final Singapore Open 2014

Semifinals Day

Sabtu sore hari itu aku telah melewatkan dua pertandingan pertama di court 1 yang mempertandingkan partai ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir vs Liu Cheng/Bao Yixin dan tunggal wanita Li Xuerui vs Sung Ji Hyun. Sementara di court 2 aku melewatkan pertandingan wakil Indonesia lainnya di ganda campuran Riky Widianto/Puspita Richi Dili yang melawan pasangan Korea Ko Sung Hyun/Kim Ha Na.

Ketika aku masuk ke dalam hall stadion, di court 1 baru akan memasuki partai ketiga antara Simon Santoso melawan Du Pengyu. Sementara di court 2 baru saja menyelesaikan set ke-1 partai ganda putra Cai Yun/Lu Kai vs Yoo Yeon Seong/Kim Sa Rang. Yah, lumayanlah masih sempat nonton Simon main. Yang lebih menggembirakan lagi, pada pertandingan itu Simon menang setelah melalui pertarungan ketat melawan Du Pengyu 16-21, 21-17, 21-17. Yayy… bisa lihat Simon di final!

Pertandingan seru lainnya sore itu tentu saja dua partai ganda putra antara Cai Yun/Lu Kai (China) vs Yoo Yeon Seong/Kim Sa Rang(Korea) dan Lee Sheng Mu/Tsai Chia Hsin (Taiwan) vs Ko Sung Hyun/Shin Baek Choel (Korea). Banyak terjadi adu reli dan jual beli smash. Men’s doubles at its highest intensity! Sayang euy, dari 2 pasangan Korea tersebut tak ada satupun yang lolos ke final.

Partai ke-4 di court 1, yakni antara pasangan ganda putri Denmark Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl melawan pasangan Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, ternyata juga tak kalah menarik. Pertarungan antara dua pasangan ganda putri ini dimenangkan oleh Christinna/Kamilla 11-21, 21-15, 21-14.

Sementara itu, partai semifinal ganda putri lainnya antara sesama pasangan China urung dilaksanakan karena salah satu pasangan melakukan walkover. Ketika pengumuman ini disampaikan oleh presenter di dalam stadion, seluruh penonton kompak berteriak, “Boo…!” Yup, bukan sekali dua kali ini saja China melakukan taktik kotor seperti ini demi menyimpan energi atau menaikkan peringkat salah satu pasangannya.

Partai penutup pada babak semifinal hari itu adalah partai tunggal putra antara peringkat 1 dunia Lee Chong Wei melawan Srikanth K. dari India. Sangat banyak juga supporter Srikanth di Singapore Indoor Stadium ini. Tidak terlalu mengherankan sih, sebab banyak di Singapura ini banyak sekali warga lokal yang merupakan keturunan India. Teriakan-teriakan dukungan terhadap Srikanth terus bergema di dalam stadion. Alhasil, walau perbedaan peringkatnya cukup jauh dengan Lee Chong Wei (antara 25 dan 1), namun Srikanth mampu memberikan perlawanan ketat sehingga hanya kalah 19-21, 18-21. Aku pikir Srikanth memiliki potensi untuk menjadi pemain top tunggal putra di dunia.

Semifinal Lee Chong Wei vs Srikanth K.

Semifinal Lee Chong Wei vs Srikanth K.

Berakhirnya partai Lee Chong Wei vs Srikanth K. itu menandai berakhirnya babak semifinal OUE Singapore Open Super Series 2014 ini. Para penonton pun langsung beranjak dari kursinya meninggalkan stadion. Aku pun pergi ke stasiun MRT Stadium untuk naik MRT ke penginapan. (bersambung)

Nonton Malaysia Open 2014

Weekend kemarin (18-19 Januari) aku dan Pambudi terbang ke Kuala Lumpur untuk menonton Malaysia Open Super Series Premier (MOSSP) 2014. Perjalanan ini sudah direncanakan sejak sebulan sebelumnya. Kebetulan saat itu ada tiket promo AirAsia Bandung-Kuala Lumpur Rp 500 ribu PP (sama seperti naik kereta api kelas bisnis Bandung-Malang PP).

Pertandingan Malaysia Open ini diselenggarakan di Putra Stadium, Bukit Jalil. Harga tiket untuk semifinal dan final sama, yakni kelas premium RM 65, lower tier RM 50, dan upper tier RM 35. Kalau dirupiahkan, tidak jauh beda dengan tiket nonton Indonesia Open SSP 2013 kemarin. Bahkan untuk kelas premiumnya jauh lebih murah dibandingkan dengan kelas VIP Indonesia Open.

Layout tribun penonton Putra Stadium

Layout tribun penonton Putra Stadium

Di hari pertama (semifinal) kami membeli tiket kelas premium. Sayang ketika kami tiba di stadion, sudah berlangsung match ketiga, yakni partai antara Goh V Shem/Lim Khim Wah (Malaysia) vs Angga Pratama/Ryan Agung Saputro (Indonesia).

Kami melewatkan dua partai wakil Indonesia sebelumnya, yakni Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir dan Tommy Sugiarto. Rugi banget.

Ini gara-gara pesawat AirAsia yang delay sampai 1,5 jam. 😦 Sudah begitu Angga/Ryan kalah pula. Alhasil cuma Tommy saja yang masuk ke final. Karena itulah kami memesan tiket kelas upper tier untuk pertandingan final keesokan harinya.

Menonton di tribun upper tier ini ternyata nyaman-nyaman saja. Bahkan, kita bisa bebas memilih tempat duduk di mana saja. Beda dengan kelas premium yang nomor kursinya sudah ditentukan. Jika tidak beruntung, malah bisa dapat bangku yang jauh dari lapangan utama.

Di tribun upper tier ini penontonnya jauh lebih sepi. Aku bahkan bisa sampai selonjoran ke bangku depan. Hanya saja dari tribun upper tier ini agak susah dalam membedakan shuttle cock lambung atau tipis di atas net. Tapi view-nya masih sangat jelas kok. Shuttle cock dan wajah pemain masih tetap jelas terlihat dari tribun tersebut.

Final ganda campuran

Final ganda campuran

Final ganda putra

Final ganda putra

Victory ceremony ganda campuran

Victory ceremony ganda campuran

Btw, aku suka banget sama perpaduan warna karpet dan lighting di dalam arena pertandingan kemarin. Karpet lapangan menggunakan warna kuning, sedangkan karpet di main hall-nya menggunakan warna hitam.

Untuk lighting-nya, lampu di tribun penonton dimatikan. Hanya lapangan saja yang disorot oleh lampu. Alhasil, lapangannya pun terlihat menyala di tengah kegelapan.

Sayang dalam pertandingan final yang berlangsung hari Ahad itu, satu-satunya wakil Indonesia, Tommy Sugiarto, harus takluk dari andalan tuan rumah Malaysia, Lee Chong Wei. Luar biasa memang Lee Chong Wei di pertandingan ini. Kelihatan sekali Lee Chong Wei berada di level yang berbeda dengan Tommy. Namun, sebenarnya di set pertama penampilan Tommy sempat memberikan harapan. Sayang, di set kedua Tommy kelihatan sekali kehabisan ide untuk meladeni permainan Lee Chong Wei.

Di luar hall terdapat berbagai macam stand makanan dan Yonex. Seusai pertandingan final, aku dan Pambudi membeli jersey Lee Chong Wei collection dengan signature di lengan kirinya. Sayang ada Continue reading

Color Me Run

Hari Minggu kemarin (29/12) OZ Radio Bandung mengadakan event lari yang berjudul OZ Color Me Bdg (OZCMBDG). Bedanya dengan event lari yang lain adalah pada event lari ini tidak ada yang namanya cepet-cepetan lari untuk menjadi juara 1, 2, 3, dan seterusnya. Event ini murni untuk fun, dan diselenggarakan dalam rangka ulang tahun OZ Radio Bandung yang ke-42.

Ketika Rizky memberikan info event ini, pikiranku langsung tertuju pada The Color Run yang memiliki konsep serupa. Kupikir event ini diselenggarakan oleh The Color Run Indonesia, ternyata bukan. Biaya registrasi OZCMBDG ini Rp100.000, jauh lebih murah daripada event The Color Run 5K Jakarta, Rp225.000, yang akan diadakan minggu terakhir Januari 2014 nanti.

Aku pun ikut saja acara ini. Jarang-jarang ada event lari di Kota Bandung. Race pack-nya juga tampak menarik. Dapat kaos, handuk, tas race pack dari Niion, dan mie Nissin. Selain itu ada berbagai door prize menarik yang disediakan (sayangnya aku nggak dapat, hiks hiks). Aku ikut bersama 3 orang teman. Baru kali ini aku ada berengan event lari sampai 3 orang, hihi.

Start dan finish mengambil tempat di gerbang Balai Kota Bandung. Rutenya dari balai kota belok menuju Jalan Jawa, lalu belok lagi ke Jalan Sumbawa, Belitung, Banda, Diponegoro, Juanda, dan sampai di balai kota lagi. Sayangnya, color zone yang sebenarnya menjadi magnet utama event lari ini cuma tersedia dua spot saja sepanjang rute ini. Bayanganku minimal setidaknya ada dua zona lah.

Terlepas dari itu, menyenangkan juga ya ternyata lari tanpa diburu-buru waktu. Jarak 5K menjadi terasa sangat pendek dibandingkan dengan kenikmatan mengeluarkan keringat (halah haha). Apalagi sepanjang rute yang dilalui bertebaran pohon-pohon besar nan rindang di pinggir jalan, memberikan kesejukan bagi para pelari. Di dua spot color zone itu kita dilempari serbuk-serbuk warna oleh panitia. Namun, color zone itu adalah pilihan. Bagi peserta yang tak ingin kena lempar serbuk warna-warni itu, bisa mengambil lajur ‘aman’ yang disediakan.

Alhasil setelah finish, kaos dan celana lari pun penuh dengan bercak-bercak berwarna-warni. Rambut, kulit tangan, kaki, dan sepatu pun juga tak luput dari serbuk berwarna-warni itu. Sudah kayak orang gila aja nih penampilan. Sebelum pulang kan kami sempat mampir di Pujasera Merdeka. Sepanjang jalan orang-orang pada melihat ke arah kita, haha. Untungnya kami jalan berempat. Kalau sendirian pasti makin malu-maluin, haha.

Hadew… sekarang repot nyucinya nih. Katanya sih noda-noda warna ini (dari tepung tapioka) gampang dibersihinnya. Let’s see.

Gowes Hari Ini: Nyasar ke Moko Daweung

Awalnya cuma spontan saja sih. Pagi ada perlu sebentar di daerah Pasir Impun. Terus kepikiran kenapa nggak sekalian saja nggowes lewat bukit-bukit di sana mencari jalan tembusan ke Dago via Maribaya. Akhirnya dipilihlah rute Dago-Tubagus Ismail-Cikutra-Cicaheum-Ujung Berung-Pasir Impun-Maribaya. Perjalanan berangkat ini — kalau dilihat di Google Maps — jauhnya sekitar 15 km lebih.

Tahu sendirilah perjalanan dari Dago sampai Ujung Berung ini masih enak, soalnya jalannya memang jalan kota yang ramai dilalui kendaraan dan tracknya juga menurun. Setelah belok ke Pasir Impun, jalannya mulai menanjak. Semakin ke dalam, jalannya semakin menanjak terus. Jarang sekali jalan mendatar. Tekstur jalannya awalnya beraspal, tapi lama kelamaan jalan yang dilalui mulai berbatu-batu.

Setelah melalui SDN Cikawari (di Google Maps tertulis SDN Cikawao 03 itu salah), jalan yang dilalui mulai campuran antara jalan berbatu dan tanah. Mulai terlihat pemandangan bukit-bukit di sekitar. Bahkan, setelah menempuh beberapa ratus meter, pemandangan bukit dengan hutan hijau yang rapat tersaji dan sejenak aku bergumam dalam hati, “Wow, beneran nih aku harus menembus hutan ini?”

Peta rute

Peta rute

Kalau berdasarkan peta dari Google Maps itu, warna hijau-hijau itu ternyata memang menunjukkan kawasan hutan. Tapi sepertinya aku tak bisa memercayai sepenuhnya peta yang ditampilkan Google Maps. Seperti yang kubuatkan garisnya di gambar, walaupun sudah berusaha mengikuti jalan setapak yang ada, somehow aku keluar dari hutan dan bertemu pertigaan dengan ‘prasasti’ bertuliskan “Waroeng Daweung”.

Di pertigaan itu aku istirahat sebentar di toko salah satu warga sekalian membeli air minum di sana. Wow, secara kebetulan aku ‘nyasar’ sampai Waroeng Daweung. Padahal rencana awal mau menembus hutan-hutan itu untuk menyeberangi bukit menuju Maribaya. Sayang sekali GPS hpku tidak bekerja dengan baik ketika berada di dalam hutan. Aku kehilangan informasi di mana posisiku berada.

Nah jalan menuju Warung Daweung ini ternyata tak ada di dalam Google Maps (lihat garis merah yang kutandai di peta menuju Warung Daweung). Jalan di Warung Daweung ini sebenarnya buntu, sudah tak ada jalan lagi, kecuali pematang di antara ladang-ladang penduduk. Akhirnya aku memutuskan untuk melalui pematang yang ternyata jalannya mengarah menuju ke dalam hutan.

Di hutan ini aku benar-benar mengandalkan insting saja. Sudah nggak tahu lagi mana arah yang benar. Di hutan ini cukup banyak percabangan jalan. Sempat ketemu beberapa rombongan motor trail yang lagi off road di sana.

Setelah berjalan menyusuri dalam hutan, akhirnya bisa keluar juga dan mendapati ladang-ladang penduduk. Nama desanya Pamuncangan. Aku baru sadar aku telah salah mengambil jalan keluar di hutan. Pamuncangan ini kalau di peta sebenarnya sejajar dengan jalan menuju Moko Daweung. Artinya, aku masuk ke dalam hutan tadi hanya mengambil jalan memutar saja (lihat peta). Harusnya aku berjalan lurus menembus Maribaya.

Mau nggak mau perjalanan harus tetap dilanjutkan. Harus cari jalan lagi ke arah Maribaya, walaupun memutar. Sialnya, baterai hp sudah habis, aku tak bisa melihat peta lagi. Terpaksa benar-benar mengandalkan insting saja. Singkat cerita, setelah jauh-jauh mengayuh sepeda menaiki dan menuruni bukit, ternyata keluarnya di daerah Bojong Koneng. Glek! -_-

Ujung-ujungnya aku kembali lagi ke Cikutra. Tapi aku tetap bersyukur akhirnya menemukan jalan pulang, haha. Aku sempat kurang lebih 1-2 jam mengayuh sepeda dan don’t have a clue where I am actually.

Btw, aku sempat terjungkal dari sepeda ketika keluar dari hutan melalui jalan setapak berupa turunan yang sangat curam menuju Pamuncangan. Tekstur jalan setapak yang berupa tanah berpasir, membuat rem tidak bekerja dengan baik, dan sepeda meluncur dengan kencang. Sialnya tanahnya tidak rata sehingga membuatku susah mengontrol sepeda. Tahu-tahu aku sudah terjungkal saja dari sepeda.

Lutut berdarah tapi alhamdulillah hanya luka biasa. Tapi yang sakitnya masih terasa sampai sekarang adalah di daerah pinggang sisi sebelah kanan belakang. Sepertinya memar terkena benturan dengan batu sewaktu terjatuh. Mudah-mudahan segera hilang rasa sakit ini sehingga aku bisa ikut dua event lari dalam dua pekan yang akan mendatang. 😦