Monthly Archives: July 2013

[Video] Insiden Perkelahian di Badminton Canada Open 2013

Rasa-rasanya sejauh yang kutahu belum ada sejarahnya kejadian perkelahian antar pemain di suatu permainan badminton. Sejauh ini kejadian kontroversial di lapangan yang kuketahui adalah partai final beregu putra ASIAN GAMES 2002 ketika Taufik Hidayat bertemu wakil tuan rumah Korea Selatan, Shon Seung-Mo. Dalam pertandingan itu Taufik melakukan walk-out dan meluapkan kekesalannya setelah merasa dicurangi oleh linesman pertandingan tersebut. Kasus serupa juga terjadi pada tahun 2008 ketika Lin Dan bertemu pemain Korea, Lee Hyun Il. Lin Dan bahkan nyaris mengajak duel pelatih Korea sebelum akhirnya dicegah.

Dua kejadian tadi mungkin masih tergolong dalam kategori ‘under control’ lah ya. Namun, insiden perkelahian antara dua pemain ganda putra sesama Thailand di Canada Open dua hari yang lalu ini benar-benar mengejutkan. Bahkan di Kanada yang konon berita olahraganya hanya seputar hoki es, baseball, atau basket, akhirnya menayangkan berita tentang badminton. Sayang, sekalinya masuk berita, eh justru bad news-nya yang kena publikasi.

Ini dia beberapa video rekaman insiden tersebut yang dirilis oleh Global News Canada dan diunggah oleh salah satu pengguna di YouTube:

Artikel berita terkait video tersebut, masih dari Global News, ada di link ini » http://globalnews.ca/news/732881/fight-between-two-badminton-players-caught-on-tape-at-richmond-oval/. Kalau lihat rekamannya, kelihatan seru sekali #eh mengerikan. Persis scene di film-film laga. Ada adu mulutnya, ada kejar-kejarannya, ada pukul raketnya, ada lempar kursinya, ada hantamannya, ada tendangannya. Si Bodin sendiri telinganya sampai berdarah di insiden ini. Jadi ingat insiden telinga Evander Holyfields yang digigit oleh Mike Tyson hingga cuil dan berdarah.

Sebagai penggemar badminton, aku sendiri sudah tak asing dengan nama Maneepong Jongjit dan Bodin Issara ini. Keduanya dulu adalah pasangan bermain ganda putra nomor satu Thailand. Prestasinya cukup menonjol. Satu gelar Superseries dan perempatfinalis olimpiade 2012 London. Sayang, tanpa alasan yang cukup jelas, di awal tahun 2013 keduanya berpisah. Sempat tersiar kabar kalau Bodin Issara mengundurkan diri dari tim nasional dan akan pensiun dari badminton karena harus merawat Ibunya.

Namun, dengan insiden ini setidaknya penyebab keluarnya Bodin Issara menjadi semakin jelas. Di balik insiden ini sudah ada konflik pribadi yang terjadi sebelumnya, sampai akhirnya mereka bertemu kembali sebagai ‘lawan’ di pertandingan resmi di final ganda putra Canada Open 2013 ini.

Intinya adalah konflik bermula karena Bodin kecewa dengan Maneepong yang ‘mengkhianati’ rencana mereka untuk keluar dari tim nasional dan beralih menjadi pemain independen setelah olimpiade. Dan seperti yang kita ketahui sekarang, Bodin akhirnya menjadi pemain independen dan Maneepong masih tetap bertahan di tim nasional. Mereka menjalani karir mereka dengan pasangan baru masing-masing. Nah menjelang pertandingan final Canada Open tersebut, entah siapa yang memulai, perseteruan mereka tak terelakkan dengan terjadinya adu mulut. Lalu kejadian yang tak terduga ketika pergantian game tiba-tiba Bodin lepas kontrol dan ingin menghajar Maneepong.

Lebih detailnya bisa baca postingan salah satu member di Badminton Central yang berbaik hati sudi menerjemahkan wawancara salah satu stasiun TV dengan Bodin Issara menggunakan bahasa Thailand. Ini dia linknya » http://www.badmintoncentral.com/forums/showthread.php/129868-2013-Yonex-CANADA-Open-GP-Qualification-FINAL-(16th-21st-July-2013)?p=2115718#post2115718.

Haha, panjang amat ya tulisan ini. Padahal niatnya tadi cuma mau share video. Sudah kayak artikel berita aja. Saking nggak percayanya mungkin, kok bisa ada kejadian seperti ini di badminton. 😀

Advertisement

Pendakian Gunung Gede 2.0 (Hari 2)

Subuh itu (7/7) udara dingin terasa amat menusuk sampai ke tulang. Kami semua masih berbaring di dalam tenda berjejer-jejer seperti ikan-ikan yang sedang dijemur. Bayangkan 1 tenda kapasitas 6 orang benar-benar diisi maksimum oleh 6 orang beserta ransel-ranselnya. Jadinya mau mau selonjor atau membaringkan badan ke samping pun agak susah, haha.

Begitu terbangun, aku langsung mencoba sholat Subuh di dalam tenda. Air wudlu terasa sungguh dingin sekali. Saat itu kami terpaksa menggagalkan rencana untuk melakukan summit attack pada dini hari. Teman-teman sepertinya masih kelelahan. Selain itu, keinginan kami, khususnya aku, untuk melihat sunrise juga tidak terlalu menggebu karena sudah pernah pada pendakian sebelumnya. Justru yang belum pernah adalah menikmati pagi yang cerah di hamparan padang Edelweiss Surya Kencana :).

Hamparan Edelweiss

Hamparan Edelweiss di pagi yang cerah

Kami mulai mempersiapkan keperluan untuk sarapan pagi. Kala itu, sang surya telah bersinar dengan terangnya. Walaupun demikian, hangatnya sinar mentari itu tak cukup untuk meredakan dinginnya angin yang berhembus di Surya Kencana pagi itu. Karena itu kami semua masih mengenakan jaket ataupun atribut penghangat lainnya.

Beruntung pagi itu kami mendapatkan pinjaman kompor dari tenda sebelah. Kesempatan itu tidak kami sia-siakan. Kuncoro langsung menggunakan kompor tersebut untuk menanak nasi. Cukup lama kami menunggu nasi tersebut hingga matang. Ada mungkin sekitar 45-60 menit kami menunggu. Sambil menunggu itu kami menghabiskan waktu untuk berfoto-foto serta memulai packing barang-barang yang bisa dimasukkan ke dalam ransel saat itu.

Memasak nasi

Memasak nasi

Foto-foto sambil menunggu nasi matang

Foto-foto sambil menunggu nasi matang

Aktivitas tersebut ternyata benar-benar efektif untuk menunggu nasi hingga matang, hihi. Sayangnya ternyata kompornya sudah buru-buru hendak diminta balik oleh si empunya. Kami pun tak sempat merebus telor atau memasak mie instan sebagai pelengkap karena jelas tak akan terburu. Kami hanya sempat memanaskan sarden untuk lauk sarapan pagi itu. Tapi untungnya nasi yang kita masak pagi itu merupakan nasi liwet atau nasi gurih yang sudah ‘berasa’ karena bumbu-bumbu di dalamnya. Continue reading

Pendakian Gunung Gede 2.0 (Hari 1)

Setelah kurang lebih 1 tahun sejak pendakian pertama, pada tanggal 6-7 Juli kemarin akhirnya terlaksana lagi pendakian Gunung Gede untuk kedua kalinya bagiku. Peserta yang tergabung dalam rombongan kali ini hampir semuanya muka baru kecuali aku dan Rizky. Selain aku dan Rizky, ada Neo, Khairul, Kuncoro, dan Fachri. Kami semua teman satu angkatan kuliah di ITB dulu. Namun, hanya Fachri yang berbeda jurusan dengan kami.

Sama seperti tahun lalu, pendakian kali ini naik melalui pintu masuk Gunung Putri dan turun melalui jalur Cibodas. Namun bedanya, pada pendakian kali ini kami berangkat secara terpisah. Neo dan Khairul datang dari Jakarta. Sementara sisanya datang dari Bandung. Meeting point kami adalah Pasar Cipanas.

Meeting point di Pasar Cipanas

Meeting point di Pasar Cipanas

Sayangnya pada hari H itu, Kuncoro yang harusnya ikut bersama kami berangkat dari Bandung pukul setengah 7 pagi, ternyata kesiangan sehingga terpaksa ia harus menyusul sendirian ke Cipanas. Rencana untuk memulai pendakian jam 12 siang terpaksa kami urungkan.

Oh ya, untuk mencapai Cipanas ini dari Bandung, tepatnya terminal Leuwi Panjang, bisa menaiki bus jurusan Merak yang melewati jalur Puncak. Nama bus yang kami naiki adalah Garuda Pribumi. Ongkosnya 30 ribu. Kasus terburuk andaikan tak ada bus yang melalui puncak (biasanya karena jalur Puncak tengah ditutup), kita bisa menumpang bus ke Cianjur, turun di terminal Rawabango, Cianjur. Setelah itu, oper angkot ke mall Ramayana. Dari Ramayana bisa naik angkot biru jurusan Cipanas atau Elf jurusan Ciawi dan minta turun di Cipanas. Yang kasus terakhir ini memang ribet sekali karena harus oper beberapa kali. Itulah yang kami alami kemarin karena jalur Puncak kebetulan tengah ditutup, ada acara presiden di Istana Cipanas.

Dari Cipanas kami menumpang angkot yang menuju ke Gunung Putri. Kami memutuskan untuk menunggu Kuncoro di salah satu warung yang biasa menjadi basecamp untuk memulai pendakian di Gunung Putri itu. Di sana kami mengisi perut alias makan siang. Menunya macam-macam. Ada nasi goreng, nasi rames, soto, dsb. Harganya pun relatif murah. Di warung tersebut juga menyediakan mushola. Di sana kami menunaikan sholat Dhuhur dan Ashar sebelum memulai pendakian.

Daftar Menu

Daftar Menu

Makan siang

Makan siang

Sekitar jam setengah 4 sore akhirnya Kuncoro datang juga. Setelah itu, tanpa berlama-lama, seusai ia selesai sholat, kami langsung berjalan memulai pendakian. Sebelum itu, kami melapor dahulu ke pos perizinan Gunung Putri. Kami menunjukkan SIMAKSI kami dan sempat ditanya apakah kami membawa barang-barang seperti deterjen, sabun, dsb. Karena sudah paham mengenai peraturan sebelumnya, maka tak ada satupun dari kami yang membawanya. Cuma untuk senjata tajam, seperti pisau kami tetap membawanya karena merasa perlu. Kemudian petugasnya semacam memberikan catatan di surat SIMAKSI kami. Kurang jelas juga sih apa yang dia tulis. Setelah urusan pemeriksaan selesai, pendakian pun dimulai.

Continue reading

[Video] Geura-Geura Sahur

Akhirnya nemu juga ‘soundtrack’ sahur keliling di lingkungan pemukiman ane di Cisitu Lama ini. Kurang lebih sejak 2 atau 3 tahun lalu sebenarnya setiap Ramadhan aku sering mendengar lagu yang dinyanyikan sahur keliling di Cisitu Lama ini. Lagunya cukup ear catchy. Instrumen pengiringnya juga cukup lengkap. Ada gitar, kendang, dan botol kaca. Zamanku dulu waktu masih kecil di Malang suka sahur keliling cuma pakai kentongan saja.

Walaupun ear catchy, dulu ketika awal-awal di Bandung aku agak susah menangkap lirik yang dinyanyikan karena pakai bahasa Sunda. Namun, lama-lama ngeh juga sama lirik Sundanya. Kupikir lagu yang dinyanyikan ini adalah lagu yang umum dinyanyikan di tanah Sunda untuk membangunkan orang sahur. Eh, setelah melihat video ini, baru tahu ternyata ini memang lagu ciptaan sekumpulan pemuda Cisitu yang menamakan dirinya “Habiters”. Kreatif pisan barudak ieu, euy!

Ini dia videonya. Ada wawancara juga sama salah seorang personelnya. Lagu yang biasa dinyanyikan waktu sahur keliling sih ada di menit 2:43 di video ini. Sayang euy belum nemu yang file mp3-nya.

Potongan lirik favoritku yang bagian ini:

Geura-geura sahuuur… bisi kaburu imsak

Hehe, hatur nuhun akang-akang sadayana nu enggeus ngahudangkeun urang sahur. 😀 (Eh, bener kan ini bahasa Sundanya)

[Video] If Luis Suárez is Working in Office

Barusan ada teman yang nge-share link di YouTube video tentang Luis Suarez. Video tersebut merupakan iklan komersial perusahaan Abitab, sebuah perusahaan di Uruguay sana — negara asal Luis Suarez — yang aku baca dari websitenya sepertinya bergerak di bidang electronic payment.

Kocak banget Luis Suarez di iklan ini. Ceritanya dia baru saja diangkat sebagai karyawan perusahaan tersebut. Walaupun sudah bekerja kantoran, perangai-perangai dan ‘skill’-nya di lapangan bola masih dibawanya ketika dia bekerja. Ngisengin teman kerja dan temperamen ketika melihat suatu yang tidak beres seperti ketika mendapati teko kopi habis, dsb. Namun, the most favourite part tentu saja saat dia tiba-tiba terjatuh ketika disentuh oleh rekan kerjanya. Nyindir banget nih sama ‘keahlian’ spesialnya di lapangan, yakni suka diving, haha. 😀

Daripada terlalu banyak spoiler, mending langsung saja deh lihat aksinya:

[Kuliner] Congo Cafe & Gallery

Sebenarnya kulineran yang satu ini sudah terjadi hampir dua minggu yang lalu sih. Kulineran kali ini adalah acara traktirannya salah seorang teman yang wisuda pada bulan Juli ini. Alhamdulillah… lagi-lagi ditraktir, hehe. 😀

Congo Cafe & Gallery ini terletak di kawasan Dago Pakar, Bandung utara, tepatnya di Jl. Rancakendal Luhur No. 8. Karena lokasinya yang berada di perbukitan, hawa di sana cukup sejuk. Kami ke sana pada malam hari dan suhunya lumayan dingin ketika itu. Walaupun berada di perbukitan, jangan berharap untuk dapat melihat view kelap-kelip cahaya lampu kota sebagaimana view yang tampak dari Punclut.

Karena kami di sana malam hari, pemandangan sekitar, termasuk area Congo Cafe & Gallery ini kurang tampak jelas olehku. Maklum, pencahayaan di luar menurutku kurang begitu terang, sehingga aku tak mengetahui dengan jelas ada apa saja sih sebenarnya di are Congo Cafe ini. Yang jelas, areanya terbilang sangat luas dan terdiri atas dua bangunan utama kalau tidak salah. Ada live music-nya juga ketika itu, cuma adanya di bangunan yang berbeda dari tempat kami makan. Bangunannya sih semi outdoor gitu.

Congo Cafe & Gallery

Congo Cafe & Gallery

Disebut “Gallery” mungkin karena di cafe ini juga terdapat galeri yang memajang karya-karya seni dari pahatan kayu. Sekali lagi, karena kami ke sana malam hari, dan pencahayaan yang agak remang-remang, jadi benda-benda pahatan kayu tersebut tak terlalu menyita perhatianku. Ada sih beberapa, seperti meja kayu yang berada di dekat pintu masuk, di foto berikut di bawah ini. Yang jelas furnitur-furniturnya didominasi oleh kayu. Itulah yang menurutku membuat suasana di sini cukup tradisional, asri, dan nyaman.

meja

Sementara itu, untuk harga makanannya range-nya sekitar 40-80 ribu rupiah. Untuk minuman, kalau tidak salah rata-rata sekitar 15-30 ribu.

Malam itu, aku memesan T-bone steak dan minumannya adalah Strawberry Sensation. Dari segi rasa, untuk T-bone aku rasa cukup enak, tidak kalah dengan T-bone yang di Abuba Steak menurutku. Sementara itu, jika Anda penggemar strawberry, Strawberry Sensation benar-benar recommended buat Anda! Enak banget, jus strawberry dengan es krim rasa strawberry di atasnya. Harganya 25 ribu kalau tidak salah. Untuk yang T-bone, aku sudah lupa hehe… maklum ditraktir, jadi kurang begitu aware sama harganya :D.

T-Bone Steak

T-Bone Steak

Strawberry Sensation

Strawberry Sensation

Sirloin steak

Sirloin steak

Bagi Anda yang ingin menikmati makan malam sambil kedinginan, eh, maksudnya merasakan hawa yang sejuk, Congo Cafe & Gallery ini cukup recommended. Walaupun furniturnya didominasi kayu, tapi tempat duduknya pakai sofa kok, jadinya terasa agak angetan. Mau rombongan banyak orang pun, di sini juga difasilitasi. Kami kemarin sekitar 10 atau 11 orang bisa duduk mengelilingi satu meja.

Selamat Wisuda Juli 2013

Ada yang spesial pada penyelenggaraan wisuda ITB kali ini. Ya, apalagi kalau bukan pelaksanaannya yang bertepatan dengan bulan Ramadhan. Sejak aku masuk ITB pada tahun 2007, baru kali ini wisuda diadakan pada bulan Ramadhan.

Dan pada wisuda kali ini, ada 4 orang teman angkatan IF dan STI 2007 yang merayakan kelulusannya. Sayang tak semuanya bisa berkumpul bersama. Aku hanya sempat bertemu dengan 3 orang dari mereka saja.

Seperti biasa, momen wisuda selalu menjadi ajang bagi teman-teman angkatan kami untuk ber-‘reuni’. Namun, kali ini hanya ada segelintir orang saja yang datang. Mungkin karena sudah sedikit dari kami yang diwisuda. Bulan Oktober nanti bakal menjadi event wisuda terakhir bagi angkatan kami. Setelah itu… kami tak punya ‘alasan’ untuk datang ke kampus lagi mengunjungi teman kami yang diwisuda. 😦

Anyway, selamat wisuda bagi teman-teman yang menunaikan. Semoga ilmu yang sudah didapatkan selama masa pendidikan di kampus gajah ini dapat diaplikasikan dan bermanfaat bagi orang lain!

wisuda juli 2013