Monthly Archives: August 2012

Pesan Tiket KA Online

Akhirnya aku kesampaian juga menjajal sistem pemesanan tiket kereta api melalui internet. Seminggu yang lalu aku memesan tiket untuk perjalanan balik ke Bandung dari Jogja. Sistemnya ternyata nggak jauh beda dengan sistem e-commerce pada umumnya. Hanya saja karena diriku tak punya kartu kredit, jadinya pembayaran kulakukan melalui ATM. Langkah-langkah pemesanan tiket KA ini kurang lebih sebagai berikut:

1. Buka situs http://kereta-api.co.id

2. Pada kolom “Info Jadwal & Reservasi” pilih stasiun asal, stasiun tujuan, tanggal keberangkatan, dan jumlah calon penumpang (maksimal untuk 4 orang).

Memilih stasiun asal, tujuan, tanggal, dan jumlah calon penumpang

Memilih stasiun asal, tujuan, tanggal, dan jumlah calon penumpang

3. Masukkan kode verifikasi sesuai gambar yang tertera dan klik tombol ‘Tampilkan’.

4. Lalu sistem akan menampilkan halaman daftar perjalanan dan tarif kereta api yang tersedia untuk rute dan tanggal tersebut.

Daftar perjalanan dan tarif kereta

Daftar perjalanan dan tarif kereta

Untuk mengetahui sisa tempat duduk yang tersedia untuk masing-masing kelas, kita bisa meng-hover tombol ‘Booking’. Di sana akan muncul tooltip bertuliskan angka yang menunjukkan sisa tempat duduk tersebut. 5. Klik tombol ‘Booking’ pada jadwal dan kelas kereta yang ingin kita pesan. 6. Sistem akan menampilkan halaman terms agreement. Beri tanda cek pada teks pernyataan dan klik tombol ‘Lanjutkan’.

7. Isi data calon penumpang sesuai dengan kartu identitas yang berlaku. Ingat, data (khususnya nama) yang nantinya akan tertera di tiket harus sesuai dengan data pada kartu identitas. Jangan lupa isikan alamat email yang valid dari pemesan. Pastikan alamat email tersebut valid. Sebab, email ini akan digunakan untuk pengiriman bukti pemesanan tiket. Klik ‘Selanjutnya’ untuk lanjut ke tahap berikutnya.

8. Pilih metode pembayaran. ATM atau kartu kredit. Klik ‘Selanjutnya’ untuk mengkonfirmasi.

9. Begitu proses reservasi selesai, kita akan mendapatkan kode pembayaran yang akan kita jadikan nomor referensi saat melakukan pembayaran baik via ATM maupun kartu kredit. Lembar reservasi ini selain dapat kita cetak langsung saat itu, juga dikirimkan ke email kita dalam format file PDF.

10. Melakukan proses pembayaran melalui alat yang sudah dipilih sebelumnya. Oh iya, perlu diingat, batas waktu pelunasan pembayaran adalah terhitung 3 jam sejak proses reservasi selesai dikonfirmasi. Apabila, pelunasan tidak segera dilakukan, reservasi yang telah dilakukan akan dianggap batal.

11. Untuk pengecekan status pembayaran dapat melalui halaman http://kereta-api.co.id/ibook.html?check=booking atau klik tombol “Check Kode Booking” pada halaman beranda. Masukkan kode pembayaran. Setelah itu, sistem akan menampilkan status pembayaran kita. Selain bisa mengecek melalui halaman tersebut, kita juga akan mendapatkan email konfirmasi status pembayaran yang telah diperbaharui beserta buktinya dalam format PDF. Lembar dalam file PDF inilah yang harus kita cetak untuk ditukarkan dengan tiket kereta yang valid.

Lembar tersebut hukumnya wajib kita bawa saat penukaran. Aku sempat mencoba untuk hanya menunjukkan email yang aku terima dengan HP. Namun, petugas tiket menolaknya. Padahal di beberapai maskapai penerbangan, hal seperti ini biasanya tidak dipermasalahkan.

Kelebihan dari reservasi tiket online ini tentu saja kita tidak perlu keluar rumah atau kantor untuk membeli tiket. Cukup dari komputer kita saja. Sedangkan kekurangannya mungkin ya selain kena charge, siap-siap saja antri lagi saat penukaran tiket di stasiun. Tapi biasanya nggak panjang juga kok antriannya.

Selamat Idul Fitri 1433 H

Lama nggak ngeblog nih. Mumpung masih suasana bulan Syawal, dalam kesempatan ini saya mau mengucapkan:

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1433 H

Taqabbalallahu minna wa minkum.

Semoga amal kita semua selama bulan Ramadhan yang lalu diterima oleh Allah SWT dan kita kembali dipertemukan dengan bulan Ramadhan tahun yang akan datang.

Mohon maaf pula atas segala khilaf yang pernah saya perbuat. Semoga kita semua selalu diberikan kelimpahan rahmat dan ampunan-Nya.

Berkomentar Tanpa Membaca Dulu?

Sering aku membaca artikel-artikel berita online, entah itu berita politik, sosial, budaya, agama, hiburan, olahraga, dan sebagainya. Tak jarang di beberapa artikel itu telah masuk beberapa komentar dari para pembacanya. Bahkan, tak jarang pula di dalamnya sampai berdebat satu sama lain yang jikalau dikumpulkan bisa menjadi satu atau lebih artikel tersendiri.

Menurutku itu sangat wajar. Setiap orang punya hak beropini, sambil tetap memerhatikan aturan yang ditetapkan oleh moderator atau admin berita. Kadang-kadang malah aku sebagai pembaca malah lebih asyik membaca komentar-komentar pembaca yang lain daripada isi artikelnya itu sendiri :).

Tapi, suatu ketika aku mendapati artikel berita di Yahoo ini, yang komentar-komentar di dalamnya ternyata sangat kontradikitf dengan konten beritanya. Kalau sekedar membaca judul beritanya mungkin bakal nyambung, tapi setelah membaca isi berita dan komentar-komentar di bawahnya, cuma bisa tersenyum-senyum saja.

Suatu ketika aku juga pernah membaca artikel di sini. Aku tahu link berita ini dari tweet akun Twitter portal berita yang bersangkutan. Penasaran dengan judul “Pengurus Bulu Tangkis Ramai-Ramai ke London” dalam tweet tersebut, aku mencoba membuka link berita dan membacanya. Ya Allah … ternyata judulnya menjebak. Secara sekilas, aku berpikir bahwa ‘Pengurus Bulu Tangkis” yang dimaksud adalah pengurus PBSI. Tapi setelah mengunjungi link berita dan membacanya, ternyata yang dimaksud adalah pengurus BAM (PBSI-nya Malaysia). Ini penulisnya sengaja atau bagaimana sih.

Kemudian aku tertarik mengamati mention yang muncul sebagai tanggapan terhadap berita itu. Ternyata sebagian besar follower memiliki persepsi awal yang sama denganku. Mereka mengkritik PBSI melalui mention mereka ke artikel berita itu. Padahal isi beritanya tidak demikian.

Yah, itu mungkin hanya sebagian kecil contoh saja yang kutemukan. Yang bisa kuambil sebagai pertanyaan buat diriku sendiri khususnya, adalah apakah kita sudah sedemikian terlalu reaktifnya — sudah ‘sedemikian’, pakai ‘terlalu’ lagi 😀 — terhadap suatu isu yang muncul, sehingga kita lebih mengedepankan insting atau nafsu kita (entah itu berupa fisik, hujatan, cacian, dsb) untuk merespon isu itu dan tidak mengindahkan nalar lagi (mungkin dengan berusaha menelusuri asal-muasal sumber atau penyebabnya terlebih dahulu).

Tapi, by the way, sepertinya seru juga ya membuat aplikasi semacam sentiment analysis begitu untuk mengamati bagaimana respon pembaca terhadap suatu artikel. Tapi aplikasi ini fokus ke seberapa kontradiktifnya opini ‘pembaca’ (termasuk opini nyampah) terhadap konten berita. Manfaatnya? Kurang tahu juga sih. Tapi setidaknya jadi bisa tahu bagaimana karakter atau budaya berkomentar masyarakat kita di dunia maya.

Sekarang Bisa Pesan Tiket KA Via Internet!

Halaman beranda website PT KAI

Halaman beranda website PT KAI

Tadi siang iseng-iseng buka website PT KAI di http://kereta-api.co.id/. Cukup kaget juga ketika fitur info jadwal KA yang sejak dulu selalu ditaruh di posisi kanan atas situs ternyata sekarang bergandengan dengan kata ‘reservasi’. Di fitur tersebut yang biasanya kita cuma bisa memasukkan opsi tanggal keberangkatan, stasiun asal, dan stasiun tujuan, kini ada tambahan opsi jumlah penumpang dewasa dan anak-anak.

Ya, ternyata sejak 3 Agustus ini PT KAI telah meluncurkan fasilitas internet reservation atau istilah populernya online ticketing. Kabar baik nih bagi pelanggan setia kereta api, terutama yang punya kesibukan tinggi namun punya akses ke internet. Kini mereka tidak perlu susah-susah ke stasiun ataupun agen tiket. Cukup buka internet dari mana saja dan pesan tiket secara online!

Aku sendiri tadi sempat mencoba melakukan pemesanan tiket melalui situs tersebut. Proses reservasi online ini ternyata harus melalui 6 tahap. Pembayarannya dapat dilakukan baik melalui ATM ataupun kartu kredit Visa/Master. Tapi karena aku tidak memesan sungguhan, jadi aku cuma mencoba sampai tahap isi data saja.

Tahapan reservasi online

Tahapan reservasi online

Oh ya, ada sistem session juga lho. Jadi kalau kita melebihi waktu yang disediakan, kita akan di-kick dari proses reservasi yang sedang dijalani, dan harus mengulang dari awal lagi. Ada tambahan lagi, pemesanan online ini ternyata dikenakan charge pelayanan. Charge sebesar Rp7.500,-  dikenakan untuk pembayaran via ATM dan charge sebesar Rp22.500,- dikenakan untuk pembayaran via kartu kredit. Lumayan juga sih charge-nya.

Hmm … karena aku sendiri belum mencoba langsung proses reservasi online ini hingga selesai, jadi aku tak bisa berkomentar lebih lanjut. Selamat mencoba! 🙂

Menjajal Windows 8

 

Homscreen Windows 8

Homscreen Windows 8

 

Akhirnya kesampaian juga mencoba sistem operasi teranyar Microsoft, yakni Windows 8. Memang sih, masih versi release preview, tapi secara garis besar tak akan ada banyak perubahan dengan versi RTM yang akan dirilis Oktober nanti.

Dari segi tampilan, aku sangat suka dengan penampilan baru OS Windows yang kali ini mengusung tema Metro. So simple, so clean, so fresh. Memang sih sebagian orang bilang, “Apanya sih yang bagus, cuma kotak-kotak gitu.” Tapi entahlah, bagiku enak saja melihatnya.

Cukup salut juga dengan Microsoft yang cukup berani merilis OS baru dengan user experience yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Tanggapan user aku yakin tak sedikit pula yang negatif. Kini tinggal mencoba bagaimana kompatibilitas aplikasi-aplikasi yang biasanya kugunakan bila dipasang di Windows 8 ini.

Bagi yang ingin mencoba Windows 8 Release Preview ini, bisa mengunduhnya di sini. Oh ya, aku baru tahu kalau ternyata Windows 8 (dan ternyata Windows 7 pula) bisa di-install via USB. Selama ini yang kutahu baru Ubuntu saja yang bisa seperti itu.

Gagal Total di Olimpiade 2012

Sedih juga mendapati kenyataan bahwa badminton pada akhirnya benar-benar gagal total di Olimpiade kali ini. Tak hanya tradisi medali emas yang gagal dipertahankan, pada olimpiade kali ini tak satupun medali diraih pula. Bahkan, salah satu pasangan kita mendapatkan hukuman diskualifikasi dari Olimpiade.

Fix, 2012 harusnya dinobatkan sebagai tahun duka cita bagi dunia badminton Indonesia. Sebelumnya Indonesia telah sukses menodai rekor selalu melaju ke semifinal Piala Thomas, dengan hanya finish di perempat final Piala Thomas 2012 pada bulan Mei yang lalu. Prestasi yang mungkin membanggakan di tahun ini mungkin adalah kembali direbutnya gelar All-England dan Indonesia Open.

Sejatinya aku masih cukup mengapresiasi prestasi ganda campuran walaupun kalah di semifinal olimpiade. Namun, ketidakmampuan untuk bangkit mereka dari keterpurukan, terutama Tontowi Ahmad yang bermain sangat buruk di partai perebutan perunggu melawan Denmark, membuatku sebagai penggemar bulutangkis kecewa.

Tapi mungkin aku sedikit maklum karena melihat beratnya beban yang mereka pikul di olimpiade ini. Tak seperti olimpiade-olimpiade sebelumnya yang target medali emas biasanya dibebankan lebih dari satu wakil, kali ini terlihat sekali beban itu hanya mereka yang memikul. Yang lain? Yang ada hanya harapan dan harapan. Yah, olimpiade kali ini benar-benar mengingatkanku to not expecting more dan be more realistic.

Berharap ada perubahan pembinaan dari PBSI, bahkan kalau perlu perombakan besar-besaran. Ada yang salah di kepengurusan kali ini.

Badminton Gajah

Sebuah skandal badminton baru saja terjadi di Olimpiade London 2012. Yakni, insiden match-fixing dalam partai terakhir penyisihan Grup A Wang Xiaoli/Yu Yang (China, #1) vs dan Kim Ha Na/Jung Kyung Eun (Korea) dan penyisihan Grup B Ha Jung Eun/Kim Min Jung (Korea, #3) vs Greysia Polii/Meiliana Jauhari (Indonesia).

Badminton gajah

Badminton gajah [1]

Disebut match-fixing agak kurang pas juga sih, lebih tepatnya mungkin “bermain untuk sengaja mengalah” atau “match throwing“. Kalau dulu di sepak bola di Piala Tiger 1998 pernah ada insiden “sepak bola gajah” di mana Indonesia sengaja melakukan gol bunuh diri agar kalah dari Thailand, sekarang ada insiden “badminton gajah” di mana para pemainnya sengaja menyangkutkan shuttlecock di net atau tidak dapat mengembalikan bola agar menghasilkan poin untuk lawan.

Bagi penggemar atau pengamat yang sudah lama mengikuti perkembangan badminton tentu mafhum kejadian match-throwing ini bukan yang pertama kali. Tapi hukuman yang baru dijatuhkan kepada pemain yang terlibat — setahu saya selama mengikuti badminton sejak kecil — baru kali ini terjadi. Ya, sangat disesalkan kenapa insiden seperti ini baru ditindak di event sebesar olimpiade.

Selama ini aktor match-throwing itu selalu pemain China. Setiap terjadi duel antar sesama pemain China, tak jarang selalu berakhir dengan WO. Tujuannya? Demi memuluskan langkah rekannya agar tak perlu memeras keringat untuk menghadapi pertandingan berikutnya atau untuk mendongkrak ranking rekan senegaranya.

Namun, sebenarnya itu bukan kehendak pemain juga, melainkan team order. Tak heran jika kebijakan itu sempat menimbulkan kekecewaan juga di kalangan pemainnya. Pindahnya Zhou Mi ke Hongkong, disinyalir karena kekecewaannya setelah diharuskan mengalah atas Zhang Ning di semifinal Olimpiade 2004 karena Zhang Ning dinilai lebih berpeluang mengalahkan Mia Audina di final Olimpiade kala itu.

Makanya kasus di Olimpiade ini sebenarnya tidak mengagetkan. Apalagi dengan sistem round robin seperti sekarang yang memberikan celah untuk memilih lawan. Tapi BWF kali ini terlihat seperti kebakaran jenggot. Selama ini mereka selalu diam ketika kasus seperti ini terjadi di event mereka. Namun kini kasus itu terjadi di event sebesar olimpiade yang jelas-jelas mendapatkan sorotan dari seluruh dunia. Mau tidak mau BWF harus mengeluarkan suatu sanksi untuk menunjukkan kredibilitas mereka!

Kembali ke kronologi kasus kemarin. Semua itu sejatinya tak akan terjadi jika Qian/Zhao tidak kalah dari pasangan Denmark Christinne/Kamilla. Setelah kekalahan mengejutkan itu, di forum BadmintonCentral yang kuikuti, kemudian berkembang opini yang menyebutkan bahwa sangat mungkin ganda putri nomor 1 dunia, Wang/Yu akan sengaja mengalah dari pasangan Korea. Walaupun sudah ada opini seperti itu, kami tak menduga jika China ternyata benar-benar melakukannya. Dan secara terang-terangan pula!

Bagi yang belum sempat menonton videonya, coba deh tonton di link ini. The most awkward moment adalah ketika Pemain Korea melakukan servis dan sengaja menyangkutkan ke net. Namun, Yu Yang meminta servis diulang karena dia menyatakan belum siap menerima servis. Servis kedua yang diulang, lagi-lagi ‘dibuang’ oleh pemain Korea. Wkwkwkk … lelucon macam apa lagi itu :D.

Sedih sekali ketika BWF pada akhirnya tegas terhadap hal-hal seperti ini, namun justru pemain kita ternyata malah ikut-ikutan main kotor. Terlepas dari bantahan mereka yang menyatakan diri bahwa mereka bermain sungguh-sungguh, siapapun yang menonton pertandingan ganda putri Indonesia vs Korea itu pasti bisa menilai bahwa ada yang tak beres pada kedua pasangan itu. Dengan mudahnya bola dipukul keluar, servis menyangkut net, kembalian menyangkut net, dan sebagainya.

Naturally, sebenarnya wajar sih ketika kita diberi pilihan untuk menghadapi lawan yang berat atau lawan yang ringan, kita tentu akan memilih lawan yang ringan. Apalagi sistem yang digunakan oleh BWF di olimpiade kali ini punya banyak celah.

Untuk itu saya mencoba meng-quote salah satu analogi dari seorang member di BadmintonCentral: “Leaving your car unlocked with the keys inside in front of your house is unsafe and stupid, however, when a thief takes it, they should still be treated as a thief.” Poinnya adalah, memang sistem yang diterapkan oleh BWF di olimpiade ini memiliki celah  untuk memilih lawan. Tapi melakukannya, termasuk dengan cara sengaja mengalah dari lawan, tentu tetap tidak bisa dibenarkan, mencederai sportivitas olahraga, merugikan penonton terutama yang telah membayar mahal untuk menonton pertandingan, dan tidak sesuai dengan janji atlet yang diikrarkan saat pembukaan olimpiade.

Sumber gambar:

[1] http://willstrongart.blogspot.com/2010/06/will-strong-and-purple-crayon.html