Category Archives: Random

Nobar Olimpiade di Negeri Jiran

Seminggu yang lalu tepat badminton di Olimpiade Rio 2016 tengah memasuki babak-babak yang seru-serunya. Salah satunya adalah pertandingan final ganda campuran yang tepat dilangsungkan pada hari peringatan kemerdekaan negara kita, tanggal 17 Agustus.

Babak final tersebut mempertandingkan pasangan ganda campuran kebanggaan kita, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir melawan ganda campuran negeri jiran Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying.

Kebetulan saat itu saya tengah berada di Kuala Lumpur. Saya pun menonton pertandingan final itu di sana. Saya ikutan nonton bareng di sebuah restoran mamak India muslim. Restoran tersebut memasang 2 layar proyektor, masing-masing di halaman depan dan belakang restoran. Dan juga ada beberapa TV di dalam.

Pengunjung restoran memenuhi kursi-kursi yang disediakan. Karena datang sendiri, saya pun berbagi meja dengan pengunjung yang lain.

Sepanjang pertandingan diri ini rasanya gatal untuk melemparkan kepalan tangan atau berteriak girang setiap poin diraih pasangan kita. Tapi terpaksa saya tahan karena saya pendukung Indonesia sendirian. Apalagi pasangan Malaysia tengah benar-benar dibantai oleh Tontowi/Liliyana malam itu. Penonton lainnya pun lebih banyak Continue reading

Emoji di Desktop

Menggunakan emoji (bukan smiley/emoticon) sudah menjadi hal yang tak asing lagi kita lakukan saat menulis pesan melalui smartphone. Pada aplikasi messaging seperti Whatsapp dan Telegram, fitur untuk menambahkan emoji dapat langsung kita kenali karena ditampilkan dalam bentuk shortcut yang memang visible di ujung kiri text box untuk menulis pesan.

whatsapp send message

Shotcut emoji di Whatsapp

Selain itu (pada Android) emoji itu bisa ditambahkan melalui fitur di dalam virtual keyboard juga. Di virtual keyboard tersebut ada shortcut bergambar yang kurang lebih sama dengan shortcut di Whatsapp tadi. Kita bisa memilih emoji dari daftar yang isinya juga sama.

emoji keyboard

Shortcout emoji di keyboard Android

Nah, selain di smartphone, di komputer desktop pun kita bisa menambahkan emoji dengan mudah. Kalau kita cari di keyboard fisik komputer kita, tentu saja nggak bakal ketemu shortcut emoji seperti di Android itu. Untuk pengguna OS Windows 8 ke atas, caranya sangat mudah. Kita bisa pakai virtual keyboard yang tersedia di Desktop. Cara membukanya seperti ini (cukup setup sekali saja)

  1. Klik kanan Taskbar
  2. Pilih “Toolbars”
  3. Pilih “Touch Keyboard”
  4. Klik ikon emoji

preview keyboard emoji

Saya baru tahu, haha 😅😅. Maklum, jarang pakai emoji kalau ngetik di desktop. Untuk pengguna OS lainnya, bisa lihat caranya di artikel WordPress ini. Saya baru ngehnya juga setelah baca artikel itu. Sebelumnya biasa copy paste dari emoji yang sudah ada di website lain aja sih. Haha. Ternyata emoji sudah tersedia juga di virtual keyboard bawaan OS.

Quicksilver Scene di X-Men

Baru saja nonton X-Men: Apocalypse dan lagi-lagi sebagaimana pada sekuel X-Men sebelumnya (X-Men: Days of Future Past), scene di mana Quicksilver doing his thing, menjadi scene ter-epic dalam film ini menurut saya, haha. Sebelum menonton ini, saya sama sekali nggak mengikuti trailer atau build-up story tentang film X-Men ini. Jadi nggak expect sama sekali kehadiran Quicksilver (diperankan oleh Evan Peters) di film ini, mengingat perannya di sekuel sebelumnya tidak terlalu menonjol.

Ini dia scene epik Quicksilver di X-Men: Days of Future Past:

Ini dia lagu yang dipakai di scene Quicksilver di X-Men: Days of Future Past. Time In A Bottle by Jim Croce. Liriknya juga pas banget sama scene-nya Quicksilver. 😀

Eh, ternyata Quicksilver muncul lagi di Apocalypse ini dan perannya ternyata cukup vital. Tapi yang paling epik tentu saja scene dia ketika menyelamatkan (hampir) semua orang di X-Mansion. Dan, sama seperti sekuel sebelumnya di Days of Future Past, entah gimana backsound music-nya bisa terasa pas banget dengan scene dia beraksi dengan latar belakang karakter-karakter lain yang lagi frozen.

Lagunya ternyata lumayan bikin stuck juga haha. Iseng-iseng nyari lagunya di YouTube.

https://www.youtube.com/watch?v=4IyqZ3Lj0-o

 

Kritik

Menerima kritik itu memang selalu berat. Tidak pernah menyenangkan. Apalagi jika kritik itu datangnya tiba-tiba, bukan karena diminta. Jikalau diri sendiri yang meminta, secara mental diri ini mungkin sudah siap menerimanya.

Secara alamiah, emosi manusia akan cenderung meninggi ketika zona nyamannya diusik. Jiwa independen manusia akan berontak. Kritikan yang datang dapat diartikan sebagai usaha untuk mengatur dirinya.

Secara naluri, manusia akan bersikap defensif membantah setiap kritikan. Jika ada dua belah pihak saling mengkritik, debat kusir pun tak terelakkan.

Tak perlulah menjaga gengsi. Mari berlapang dada dalam menerima kritik. Menerima kritik tak berarti menurunkan wibawa. Mari mencoba menerima kritik dengan tetap tersenyum. Bukankah senyuman adalah sedekah?

Dari Abu Dzar ra, Rasulullah SAW bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi)

Yang namanya kritik selalu terasa pahit. Panas di telinga. Menohok di hati. Di situlah reaksi menjadi kunci.

Sometimes people really need a slap in the face. Kritik jika disikapi dengan benar dapat menjadi katalis bagi diri ini untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Manusia berbeda dengan keledai. Keledai bisa jatuh di lubang yang sama.

Kritikan ada agar diri ini tak jatuh pada kesalahan yang sama. Tidak mengulang kesalahan yang sama. Karena manusia lebih cerdas daripada keledai, ya jangan sampai jatuh di lubang yang lain juga :D. Jadikan kritikan itu sebagai cambukan atau sebuah pembuktian.

Jangan bersikap anti kritik. Defensif terhadap kritikan. Ataupun dari luar tampak menerima kritik, tapi sesungguhnya kritikan itu hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Mengunggah Video ke YouTube

Beberapa minggu belakangan ini lagi, sambil mengisi waktu luang, aku iseng mengumpulkan video-video rekaman traveling yang sudah pernah kulakukan dan mengunggahnya ke YouTube. Sebenarnya ada beberapa video rekaman yang berasal dari teman juga sih, terus kugabungkan menjadi satu dengan punyaku.

Yaa… ini juga sambil iseng-iseng belajar editing video juga sih sebenarnya. Jadi jangan kaget kalau hasilnya sungguh amatiran, hehe.

Btw, dari pengalaman sebelumnya sempat kena isu copyright sih waktu mengunggah video photo story pendakian Semeru dua tahun lalu dengan backsound lagu Nidji berjudul Di Atas Awan. Lalu waktu aaku mengunggah video atraksi Symphony of Lights-nya Avenue of Stars, Hong Kong, aku kena copyright juga gara-gara di dalam acara Symphony of Lights ini ada musik yang diputar. Kalau untuk yang ini sih memang nggak bisa dicegah sih, haha.

Nah, gara-gara hal ini kemudian akhirnya aku baru tahu ternyata YouTube memiliki “stok” audio yang bisa dipergunakan secara bebas di video yang kita unggah. Koleksi audio-audio itu ada di sini  https://www.youtube.com/audiolibrary. Banyak kok pilihan audionya. Sudah dikelompokkan berdasarkan genre (pop, rock, regae, dll), mood (happy, romantic, sad, funky, dll), instrument (guitar, drum, piano, dll), atau filter berdasarkan durasi. Asyik kan?

YouTube Audio Library

YouTube Audio Library

Oh ya, jangan berharap bakal menemukan lagu-lagu komersial di YouTube Audio Library itu ya, hihi. Itu lagu-lagu free saja sih soalnya. Malah jarang sekali ada lagu yang ada suara orang nyanyinya di sana.

Baiknya YouTube ini, selain ada koleksi audio gratis, juga ada fitur editing on-the-fly :). Salah satunya adalah ketika video selesai diunggah, YouTube bisa mendeteksi apakah ada efek shaky camera di video itu. Jika ada, YouTube menawarkan untuk menetralkan efek shaky tersebut. Selain itu, kita juga bisa memberikan efek macam-macam layaknya Instagram. Kita bisa saat itu juga melihat hasilnya di preview video.

Asyik juga nih YouTube. Btw, ini alamat channel saya di YouTube youtube.com/otidh. Ini salah satu video yang aku unggah di sana. Video ini adalah dokumentasi pendakian Gunung Gede yang aku lakukan bersama beberapa teman-teman kuliah setahun yang lalu. Di video ini aku juga memanfaatkan free audio yang disediakan YouTube.

2013 in Review

The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2013 annual report for this blog.

Here’s an excerpt:

The Louvre Museum has 8.5 million visitors per year. This blog was viewed about 74,000 times in 2013. If it were an exhibit at the Louvre Museum, it would take about 3 days for that many people to see it.

Click here to see the complete report.

Dago Pagi Ini

Tumben-tumbenan pagi tadi sekitar pukul 7 jalanan Dago bisa sepi banget. Mungkin karena hari ini tanggal merah karena bertepatan dengan hari Natal. Kalau hari biasa, pasti ramai banget di sini orang-orang pada berangkat ke sekolah atau kantor. Kalau hari minggu, tetap ramai juga karena warga tumplek blek di sini untuk menikmati car free day.

Makanya, pas banget tadi aku memutuskan untuk lari pagi di jalanan Dago ini. Jadi bisa merasakan sejuknya kawasan Dago. Selain karena banyaknya pepohonan rindang di sepanjang jalan sana, juga karena masih sedikit asap kendaraan yang beredar di sana. Biasanya aku lari pagi di lapangan SARAGA (Sasana Olahraga Ganesha).

Cukup banyak juga ternyata yang berolahraga pagi di area Dago ini. Definisi “cukup banyak” di sini, maksudnya paling nggak ada 10 orang lah yang kulihat. Kebanyakan sih bersepeda, lainnya cuma ada 1-3 orang yang lari pagi.

Ada pemandangan berbeda yang menarik perhatianku. Pertama, di sepanjang median jalan dipasang pot-pot besar berisikan pohon. Kalau tidak salah, pot-pot itu baru dipasang awal pekan ini (baca beritanya di sini). Kedua, tempat-tempat sampah bukan terbuat dari fiber/tong lagi, melainkan berupa kantong keresek yang terbuat dari bahan tapioka. Kalau yang satu ini, sudah agak lama sih diluncurkannya. Sekitar minggu kedua bulan Desember ini (baca beritanya di sini). Kerenlah, bener-bener Go Green sekarang mah!

Pot-pot di median jalan

Pot-pot di median jalan kawasan Dago

Tempat sampah dari kantong keresek berbahan tapioka

Tempat sampah dari kantong keresek berbahan tapioka