Category Archives: Kereta Api

Beli Tiket Kereta Api Termepet

Mungkin ini adalah pengalamanku termepet membeli tiket kereta api. Bayangkan, aku membeli tiket kereta api Turangga pukul 18.59. Padahal kereta akan berangkat pukul 19.00. Jadi hampir tidak ada semenit jeda antara aku membeli tiket dan naik ke dalam kereta.

Makanya, begitu aku membeli tiket kereta, langsung saja aku ambil langkah seribu menuju kereta. Benar saja, begitu aku lompat ke dalam kereta, secara perlahan kereta mulai berjalan. Nggak biasanya aku naik kereta semepet itu. Maklum saja, kepulangan malam hari itu memang benar-benar tidak aku rencanakan. Sorenya sehabis tanding voli membela HMIF di olimpiade di kampus, tiba-tiba langsung kepikiran pingin pulang ke Malang. Hihihi… Ada-ada saja.

Tiket KA bersejarah :)

Tiket KA bersejarah 🙂

Catatan Liburan Akhir Tahun 2010 (Day 2) : Seharian di Kereta

Sabtu, 25 Desember 2010. Sepanjang perjalanan dari Bandung  aku terus berdiri di tengah-tengah gerbong kereta di antara penumpang yang berdesak-desakan. Sesekali aku mencoba memejamkan mata walaupun dalam kondisi berdiri. Kalo nggak gitu bakalan bosan sekali menunggu perjalanan ini. Kala rasa capai berdiri melanda, aku coba paksakan duduk atau jongkok di atas lantai kereta sambil berharap orang-orang di sekitarku ini cepat turun, hehehe…:D.

Sampai di Lempuyangan

Perjalanan melelahkan itu ternyata berakhir juga. Pukul 7.00 kereta sampai di stasiun Lempuyangan, Jogjakarta. Lumayan telat sih, dari jadwal yang seharusnya. Untungnya masih bisa mengejar keberangkatan KA Sri Tanjung tujuan Banyuwangi pukul 7.30. Makanya, begitu sampai aku langsung segera beli tiket. Sudah lama aku nggak mampir stasiun Lempuyangan ini. Terakhir kali, waktu masih SD dulu. Jadinya, aku merasa pangling saat sampai di stasiun ini. Stasiun yang dulunya masih kecil dan agak lusuh, sekarang tampak bersih, modern, dan megah.

Aku sempat kebingungan mencari di mana loket penjualan karcis kereta api di sana. Tempat loket yang lama yang kuingat ternyata sudah nggak buka lagi. Untung ada mas-mas baik hati yang ngasih tahu tempat penjualan karcis di mana. Harga karcis KA Sri Tanjung jurusan Jogjakarta-Banyuwangi Rp35.000 sama seperti harga karcis KA Kahuripan Bandung-Kediri.

KA Sri Tanjung yang disiapkan di Stasiun Lempuyangan ini masih lengang. Padahal kereta akan berangkat 15 menit lagi. Kami pun bingung mau pilih kursi di mana, hehehe… :D. Sambil menunggu di kereta kami makan nasi gudeg bungkusan yang dibeli di stasiun.

Makan gudeg di Lempuyangan

Makan gudeg di Lempuyangan

Dalam gerbong yang kami tumpangi ternyata ada anak-anak ITB yang lain bersama kami. Dilihat dari jaket himpunannya mereka masing-masig adalah satu anak Mesin, satu anak Geodesi, dan satunya lagi anak Universitas Pasundan. Mereka berencana backpacking juga ke Lombok dan Bali.

Kereta Sri tanjung masih cukup lengang

Kereta Sri Tanjung masih cukup lengang

Oiya, ada cerita lucu saat perjalanan kereta di petak Klaten-Solo. Ada seorang waria lagi ngamen di samping kursi kami. Tiba-tiba dengan genitnya dia megang mulut Neo yang lagi tidur (mau ngelap ilernya kali ya.. hahaha..). Terus dia nyolek si Khairul juga. Setelah itu dia mau nyolek aku juga. Untungnya, dengan tangkisanku, Continue reading

Catatan Liburan Akhir Tahun 2010 (Day 1) : Awal Perjalanan

Perencanaan

Rencana liburan ini awalnya dicetuskan bareng-bareng oleh beberapa anak IF’07. Salah satunya aku dan seorang teman bernama Neo Enriko. Rencana awal ingin pergi ke pulau Karimunjawa. Tapi, kata seorang teman yang sudah  mencoba bertanya kepada salah satu agen wisata Karimunjawa melalui YM, katanya untuk bulan Desember-Januari ini kondisinya nggak begitu bagus. Akhirnya rencana ke pulau Karimunjawa kami coret.

Selanjutnya, ganti jadi rencana backpacking ke pulau Bali dan beberapa kota di Jawa. Disusunlah rencana itu bareng-bareng. Kali ini ikut nimbrung juga anak IF’07 yang lain, yaitu Khairul Fahmi dan Kamal Mahmudi. Diputuskan tempat yang dikunjungi hanya Bali, Bromo, Malang, dan Jogja saja. Perkiraan pengeluaran untuk transport pun sudah dituliskan. Jadi, setiap orang yang kami ajak, sudah kami berikan gambaran tempat-tempat yang akan dikunjungi dan biaya yang akan dihabiskan, Kami akan lebih banyak menggunakan jasa kereta ekonomi sepanjang perjalanan.

Konkret juga

Kebiasaan di antara kami itu, sudah buat perencanaan panjang-panjang, tapi ujung-ujungnya sering nggak konkret :D. Tanggal 24 Desember 2010 yang sudah ditentukan tidak bisa diundur lagi. Beberapa teman yang sempat diajak ada yang membatalkan diri karena adanya suatu urusan. Akhirnya fix cuma berempat saja peserta jalan-jalan yang jadi berangkat ini, yaitu aku, Neo, Khairul dan Kamal.

Pukul 15.00 tepat kami berangkat dari kontrakan bareng-bareng ke Stasiun Hall Bandung dengan menaiki angkot Cisitu-Tegal lega. Sesampainya di stasiun, kami segera membeli tiket KRD Ekonomi tujuan Padalarang yang harga untuk per orangnya Rp1.000 saja. Kami berencana naik KA Kahuripan dari stasiun pemberangkatan di Padalarang karena kalau naik dari Kiara Condong, kemungkinan besar tidak akan bisa naik karena malam itu adalah malam liburan.

Sial bagi kami,KRD Ekonomi tujuan Padalarang yang harusnya jadwalnya pukul 16.08 berangkat dari Stasiun Hall Bandung, nyatanya baru datang sekitar pukul 18.00. Itupun kereta sudah dalam keadaan super penuh sesak. Belum lagi penumpang yang menumpuk di Stasiun Hall Bandung. Kami pun memutuskan untuk naik pemberangkatan berikutnya saja yang kata petugasnya akan datang pukul 18.30.

Menunggu kereta di Stasiun Hall Bandung

Menunggu kereta di Stasiun Hall Bandung

Lagi-lagi, kereta berikutnya ikutan telat juga nyatanya. Kereta baru datang pukul 19.15. Karena takut tidak dapat mengejar keberangkatan KA Kahuripan di Stasiun Padalarang, kami sepakat memutuskan untuk naik KRD Ekonomi sampai stasiun Cimahi saja.

Di Stasiun Cimahi waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 19.35. Kami pun masih sempat membeli tiket KA Kahuripan jurusan Jogjakarta dan melaksanakan sholat Isya di stasiun. Tiket KA Kahuripan ke Jogjakarta ini sangat murah dibandingkan transportasi yang lain lho. Cukup Rp24.000 saja. Selesai sholat, sekitar 10 menit kemudian, kira-kira pukul 20.08, datanglah KA Kahuripan di Stasiun Cimahi. Kondisi kereta sudah sangat penuh. Kami tidak kebagian tempat duduk, padahal Stasiun Cimahi adalah stasiun nomor 2 yang dilalui KA Kahuripan. Benar saja, saat berhenti di Stasiun Kiara Condong, cukup banyak penumpang yang nggak terangkut saking penuh sesaknya.

Praktis, sepanjang perjalanan terpaksa kami berdiri  berdesak-desakan di tengah kerumunan penumpang dan sekali-sekali kalau beruntung, dapat tempat agak longgar sedikit langsung ndelosor di lantai kereta. Mau murah, memang ada konsekuensinya. Harus mau sengsara juga :D.

Wisma Parahyangan, Indonesia Railway Museum & Gallery

Sore ini sehabis UTS aku menyempatkan mampir ke Wisma Parahyangan yang berada di utara kampus ITB. Sebenarnya sudah hampir 4 bulan yang lalu Wisma Parahyangan yang awalnya adalah rumah dinas pegawai PT KA kemudian diubah penggunaannya menjadi Indonesian Railways Museum & Gallery itu diresmikan. Tetapi aktivitas “permuseuman”-nya baru tampak akhir-akhir ini, tepatnya setelah libur lebaran.

 

Pintu masuk Wisma Parahyangan

Pintu masuk Wisma Parahyangan

 

Sayangnya tidak ada informasi semisal papan pengumuman yang menandakan bahwa tempat tersebut adalah museum kereta api dan terbuka untuk umum. Aku sendiri memberanikan masuk setelah di depan museum tersebut dipasang banner ada pameran galeri foto bertema kereta api karya seseorang (aku lupa namanya) dan ada tulisan “masuk lewat sini” di dekat pintu gerbangnya.

Saat masuk, disambut oleh dua orang penjaga yang ramah dan aku diminta untuk mengisi buku tamu. Awalnya kukira isinya cuma foto-foto doang. Ternyata sudah lumayan banyak koleksi benda dan informasi berkaitan dengan operasional dan sejarah perkeretaapian Indonesia yang dipajang di dalam dan lluar area Wisma Parahyangan tersebut.

Beberapa koleksi itu di antaranya adalah:

 

Papan tulisan dan foto mengenai sejarah stasiun

Papan tulisan dan foto mengenai sejarah stasiun

 

 

Perlengkapan PPKA (Semboyan 40)

Perlengkapan PPKA (Semboyan 40)

 

 

Lemari karcis

Lemari karcis

 

 

Rel Kereta Api

Rel Kereta Api

 

Itu baru sedikit saja yang aku tampilkan di blog ini. Koleksi lainnya masih banyak lagi. Ada album cerita-cerita tentang sejarah dan arsitektur stasiun-stasiun di Pulau Jawa. Ada tulisan mengenai jenis-jenis lokomotif. Ada koleksi mesin penanggalan karcis. Bagi Anda yang suka dengan dunia perkeretaapian, coba deh berkunjung ke museum ini.

Tiket Mudik Lebaran

Kemarin pagi (5 Agustus 2010) saya membeli tiket KA Malabar kelas ekonomi plus. Sempat nggak percaya, terhitung mulai sekitar H-7 lebaran sampai H-1 (3-9 September 2010) harga tiket untuk kelas ekonomi melonjak drastis menjadi Rp 150.000. Padahal dengan harga segitu 3 tahun lalu saya naik KA Mutiara Selatan kelas bisnis dari Bandung ke Surabaya. Sekarang tarif kelas bisnis pada waktu H-7 sampai H-1 itu harganya jadi Rp 250.000 (untuk KA Malabar). Sementara eksekutifnya bertarif Rp 380.000. Melonjak gila-gilaan lah pokoknya.

Debut Naik KA Malabar

Akhirnya kesampaian juga keinginan untuk naik KA Malabar. Keinginan itu baru tersalurkan saat perjalanan kembali ke Bandung dari Malang pada hari Ahad, 25 juli 2010. Sebenarnya aku memiliki kesempatan untuk naik pertama kalinya pada hari Jumat, 23 Juli 2010, saat pulang ke Malang. Tapi berhubung nggak keburu untuk mengejar keberangkatan KA Malabar pukul 15.30 karena masih ada kegiatan hingga pukul 15.45, akhirnya terpaksa harus naik KA langganan sebelumnya, KA Mutiara Selatan.

KA Malabar ini memang cukup unik. Dalam satu rangkaian ada 3 kelas kereta berbeda, yaitu ekonomi plus, bisnis, dan eksekutif. Aku sendiri membeli tiket yang kelas ekonomi. Gerbong ekonomi KA Malabar terlihat masih baru. Bahkan ada sebagian kursi yang masih ada plastiknya. Tapi sayang, beberapa kaca tampak sudah retak, sepertinya habis dilempar batu.

Gerbong kelas bisnis dan eksekutif KA Malabar merupakan limpahan dari KA Parahyangan yang sudah tidak dioperasikan lagi. Jadi tidak heran kalau untuk gerbong kelas eksekutifnya tidak ada TV-nya seperti KA Parahyangan.

KA Malabar berangkat dari Malang tepat pukul 15.30 dan tiba di Bandung menurut jadwal adalah pukul 8.37.

Kalau ingin sholat dalam perjalanan, kita bisa numpang di ruangan kecil (ruangan awak KA Malabar) di kereta makan. Tentunya minta izin dulu ke mas-masnya. Ramah kok orangnya…

Yang jelas, dengan adanya KA Malabar ini aku tidak perlu repot-repot siang-siang harus ke Surabaya atau Jombang dulu buat mengejar KA Mutiara Selatan yang ke Bandung.

KA Malabar langsir ke jalur 1 Stasiun Malang

KA Malabar langsir ke jalur 1 Stasiun Malang

KA Malabar melintasi jalur 1 Stasiun Malang

KA Malabar melintasi jalur 1 Stasiun Malang

KA Malabar siap berangkat dari jalur 1

KA Malabar siap berangkat dari jalur 1

Interior kereta penumpang kelas ekonomi KA Malabar

Interior kereta penumpang kelas ekonomi KA Malabar

Joy Ride by KA Argo Peuyeum

Pagi ini aku bersama kedua temanku berangkat dari kontrakan sekitar pukul 7.20 menuju Stasiun Ciroyom. Kami berencana untuk jalan-jalan ke Cianjur naik kereta api lokal Ciroyom-Cianjur atau yang biasa disebut oleh masyarakat dengan nama KA “Argo Peuyeum”. Kurang tahu juga kenapa kok kereta ini dinamakan dengan “Argo Peuyeum”. Kata “Argo” itu sendiri biasa digunakan untuk nama kereta api kelas eksekutif. Sementara rangkaian “Argo Peuyeum” ini hanya terdiri atas dua gerbong kelas ekonomi yang ditarik oleh lokomotif jenis BB. Sedangkan kata “Peuyeum” mungkin diambil dari kata “Cipeyeum”, salah satu nama stasiun yang dilalui kereta api ini.

Awalnya kami kira, kami sudah tertinggal kereta karena dari informasi yang kami dapat dari salah satu forum katanya KA ini berangkat pukul 7.50. Kami sendiri sampai di Stasiun Ciroyom pukul 7.55. Ternyata rangkaian KA “Argo Peuyeum” masih stabling di jalur dua, dalam posisi siap untuk diberangkatkan. Aku pun langsung lari ke loket untuk membeli karcis. Di sana tertera jadwal keberangkatan KA Lokal Cianjur yang ternyata berangkat pukul 8.10. Murah sekali ya ternyata tiket KA Argo Peuyeum ini. Cukup Rp 1.500,- saja  sudah dapat bepergian Bandung-Cianjur.

Karcis KA Argo Peuyeum

Karcis KA Argo Peuyeum

Argo Peuyeum siap diberangkatkan dari jalur dua

Argo Peuyeum siap diberangkatkan dari jalur dua

Harus sabar memang kalau naik KA Argo Peuyeum ini. Laju KA ini rata-rata hanya sekitar 20-40 km/jam saja. Mungkin disebabkan karena harus melalui medan yang penuh tanjakan dan kondisi rel yang tidak mendukung.

Belum lagi ditambah KA yang penuh sesak oleh penumpang dan sering berhenti di “stasiun-stasiun” kecil. Stasiun yang sudah tidak aktif, seperti Stasiun Meleber (kalau tidak salah), tetap disinggahi KA ini. Padahal stasiun itu bangunannya sudah tidak terawat. Tidak ada petugas KA di sana. Selain itu juga, sekali atau dua kali KA ini tiba-tiba berhenti di tengah jalan, padahal tidak ada stasiun di sana. Ternyata ada penumpang yang mau turun di situ :D!!

Kalau dipikir-pikir, wajar saja KA ini bisa melakukan hal “seenaknya” mengingat KA ini adalah satu-satunya KA yang melintasi petak Padalarang-Cianjur (diteruskan sampai Lampegan). Jadi tidak perlu khawatir akan terjadinya persilangan dengan KA lain.

Sepanjang petak Padalarang-Cianjur itu kita dapat melihat pemandangan pegunungan yang indah dan sungai Citarum.

Panorama sepanjang perjalanan

Panorama sepanjang perjalanan

Perjalanan

Perjalanan

Melintasi sungai Citarum

Melintasi sungai Citarum

Tiba di Stasiun Cianjur waktu telah menunjukkan sekitar pukul 10.05. Perjalanan KA “Argo Peuyeum” ini tidak berhenti di sini. KA masih melanjutkan perjalanan hingga Stasiun Lampegan. Tetapi penumpang yang masih berada di dalam gerbong dapat dihitung dengan jari karena mayoritas memang turun di Stasiun Cianjur ini. Kami sendiri juga ikut turun di Cianjur. Sambil menunggu KA berikutnya yang akan berangkat pukul 13.03, kami jalan-jalan dulu di Cianjur.

Stasiun Cianjur

Stasiun Cianjur

KA melanjutkan perjalanan ke Lampegan

KA melanjutkan perjalanan ke Lampegan

Kami kembali ke stasiun Cianjur sekitar pukul 12.35. Ternyata KA sudah stand by di jalur dua Stasiun Cianjur. Padahal di GAPEKA harusnya datang di Cianjur dari Lampegan pukul 12.57. Akhirnya terpaksa menunggu lama keberangkatan KA ke Bandung dari dalam kereta. Seharusnya KA Argo Peuyeum ini pemberhentian terakhir adalah di Stasiun Ciroyom. Tetapi kami ikut meneruskan perjalanan ke Stasiun Hall Bandung karena KA ini memang akan stabling di dipo Stasiun Bandung untuk menantikan jadwal perjalanan terakhir ke Cianjur sorenya.

KA Argo Peuyeum langsir di Stasiun Hall Bandung

KA Argo Peuyeum langsir di Stasiun Hall Bandung