Category Archives: Events

Ikutan Acara “Rossy Goes To Campus” di ITB

Hari Sabtu yang lalu (26 Februari 2011) aku mengikuti acara “Rossy Goes To Campus” yang mengangkat tema “Indonesia Tangguh”. Sebenarnya acara ini tidak hanya dilaksanakan di ITB saja, tetapi sebelumnya “Rossy Goes To Campus” juga sudah mengunjungi kampus-kampus besar di Indonesia, seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Airlangga (Unair). Pada acara yang aku ikuti kemarin hadir 3 orang alumni ITB dan beberapa orang lainnya yang bukan alumni ITB sebagai pembicara pada acara tersebut.

Penampilan LSS-ITB

Penampilan LSS-ITB

Sambil menunggu acara dibuka, unit LSS-ITB (Lingkar Seni Sunda ITB) terlebih dahulu mengisi acara di atas panggung dengan performance-nya yang khas, yaitu permainan rampak kendang. Seperti biasa, mereka selalu membawakannya dengan penuh semangat dan dengan ekpresi yang lucu yang memancing tawa hadirin yang menontonnya.

Rosi masuk auditorium

Rosi masuk auditorium

Beberapa saat kemudian selepas penampilan LSS, acara dibuka dengan kemunculan Rosi di auditorium Sabuga yang disambut dengan kehebohan hadirin (btw, aku heran, kok orang-orang bisa heboh banget ya waktu dia muncul). Setelah itu, Rosi mengundang Karen Agustiawan, Direktur Utama Pertamina, untuk menaiki panggung. Pada sesi satu ini Rosi mewawancarai Karen Agustiawan mengenai karirnya sebagai Dirut Pertamina dan bagaimana perjalanannya menuju mencapai sana. Karen ternyata adalah alumni ITB juga lho. Beliau merupakan lulusan Fisika Teknik angkatan 78.

Break sejenak dengan Karen, Rosi selanjutnya mengundang Andi Mallarangeng, Menteri Pemuda dan Olahraga RI, untuk naik ke atas panggung. Andi sebenarnya tanpa sengaja diundang ke dalam acara ini karena kebetulan beliau sedang menghadiri acara di ITB (kuliah umum dan pembagian sembako murah dalam rangka ulang tahun ITB). Seperti yang sudah kita duga, Andi Mallarangeng diberondong pertanyaan oleh Rosi seputar PSSI.

Sesi I ini ditutup oleh Rosi dengan meminta kedua pembicara tadi (Karen dan Andi) untuk memberikan pesan kepada para pemuda yang hadir di auditorium Sabuga itu. Dari Karen Agustiawan, beliau menyampaikan 4 hal yang harus dimiliki oleh generasi muda, sayangnya aku cuma ingat satu kata kunci saja, yaitu determinasi. Sedangkan dari Andi Mallarangeng, ada 2 hal yang harus dimiliki oleh generasi muda, yaitu excellence dan care, jadilah yang terbaik di bidang kita dan pedulilah terhadap lingkungan sekitar.

Selesai sesi I, acara dilanjutkan menuju sesi II. Sebelum itu, Unit Kebudayaan Aceh (UKA) ITB naik ke atas panggung menyuguhkan penampilan tari Saman kepada audiens. Sempat ada blooper di atas panggung ketika sarung salah seorang mahasiswa penampil tari Saman itu tiba-tiba lepas. Untungnya sarung itu cuma pelengkap saja yang digunakan bersama celana panjang, hehehe.

Pasca penampilan rancak tari Saman dari anak-anak UKA ITB, berikutnya langsung memasuki acara sesi II. Dalam sesi II ini dihadirkan Wimar Witoelar (alumni ITB), Pramono Anung (alumni Pertambangan-ITB ’82), dan Ahok (mantan Bupati Belitong Timur), orang keturunan Tionghoa pertama yang menjadi pemimpin daerah di Indonesia. Paling seru memang saat Wimar dan Pramono yang bercerita tentang masa-masa kuliahnya dulu sewaktu di ITB. Wimar punya pengalaman dipenjara karena vokal bersuara saat menjadi ketua Dewan Mahasiswa (Dema) ITB tahun 1969. Lalu, pengalaman Pramono “diluluskan” oleh rektorat karena mereka ingin cepat-cepat melihat Pramono keluar dari ITB. Di tengah wawancara Rosi sempat membacakan tweet dari salah seorang audiens dari ITB yang meminta pendapat Pramono mengenai UPT K3L yang membatasi kegiatan mahasiswa hingga jam 1 malam saja. Pramono pun menanggapi seperti ini, “Kebijakan membatasi aktivitas mahasiswa itu sama seperti masa saya dulu, dapat mematikan kreativitas mahasiswa. Kalau perlu kita panggil saja rektornya.” (kurang lebih redaksinya seperti itu, CMIIW)

Terang saja anak-anak langsung bertepuk riuh menyambut pernyataan Pak Pramono tersebut. Semoga saja benar dilaksanakan ya Pak Pramono! 😀 Di tengah-tengah acara sesi II itu, tiba-tiba Rosi mengundang satu orang lagi, yaitu Dede Yusuf, sebagai wakil gubernur Jawa Barat, yang juga mantan aktor.

Tak terasa, sesi II berakhir, dan dilanjutkan dengan break sejenak. Sebelum itu, Pak Sulistyono, ketua Eka Tjipta Foundation, memberikan bingkisan berupa Al-Qur’an kepada para narasumber kecuali Pak Ahok yang memang non-muslim. Saat break, giliran Kelompok Paduan Angklung (KPA) ITB yang tampil dengan membawakan alunan lagu Viva De La Vida milik Coldplay.

Sesi III atau sesi yang terakhir mengundang salah seorang direktur BNI ’46 yang saya lupa namanya, tapi yang jelas katanya beliau jadi direktur termuda dalam sejarah BNI ’46. Lalu, ada Tri Mumpuni, penemu teknologi mikro hidro (CMIIW), yang juga pernah diundang oleh Obama ke White House di Washington, US sana. Terakhir, ada Pak Sulistyono yang juga diundang sebagai narasumber dalam sesi III itu.

Sesi III berakhir sekitar pukul empat sore lewat sedikit. Berakhirnya sesi III itu menandai berakhirnya acara “Rossy Goes To Campus” dengan tema Indonesia Tangguh yang bertempat di gedung Sabuga ITB itu. Sebagai acara penutup, Rosi mengundang Glenn Fredly untuk naik ke atas pentas untuk membawakan beberapa lagu. Para audiens diminta oleh pengarah acara untuk maju mendekat ke panggung. Kontan saja para audiens itu langsung bangkit dari kursi masing-masing dan tiba-tiba saja depan panggung sudah dipadati kerumunan manusia. Begitu Glenn Fredly muncul dan menyanyikan lagu, kehebohan pun langsung muncul kembali.

Glenn Fredly

Glenn Fredly

Ronda-Ronda!

Ada kebijakan baru di lingkungan RT tempat aku ngontrak sekarang. Kabarnya kebijakan baru itu datangnya dari ketua RW dan diteruskan ke RT-RT di bawahnya. Kebijakan apa itu? Kebijakan itu adalah penggalakan kembali program Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan). Aku dan teman-teman pun menyambut baik program itu karena berharap dengan adanya siskamling di lingkungan kami, lingkungan kami menjadi lebih aman. Kontrakan kami sendiri pernah menjadi korban pencurian oleh maling. Laptop, handphone, dan sepatu berhasil digenggamnya.

Jadwal siskamling pun disusun. Nama kami ternyata belum terdaftar. Kami pun menunggu pemberitahuan lanjutan. Hingga akhirnya tadi malam, sekitar jam 11 malam lewat tiba-tiba ada seorang bapak datang bertamu ke kontrakan kami. Saat itu, aku sedang asyik

“Assalammu’alaikum.”

“Wa’alaikumsalam. Iya Pak, ada apa ya?” tanyaku.

“Dik, sekarang dapet giliran ngeronda ya malem ini?” tanya beliau, tapi dengan nada seperti orang mengingatkan.

Terus terang, aku yang kebetulan menyambut Bapak itu jadi bingung sendiri. Apa benar sekarang kami dapat jadwal ronda, pikirku. Anak-anak sudah tidur lagi. Belum lagi aku ada tugas kuliah yang harus dikerjakan buat besoknya. Kalau ronda, bagaimana tugasku.

“Maaf Pak, kami belum dapat jadwal ronda sebelumnya.” jawabku terus terang.

“Lho, padahal anak saya yang ngantarkan lho dik.” kata bapak itu. “Tapi, di jadwal harusnya adik sekarang. Ya udah, coba saya tanya koordinator siskamlingnya dulu.”

Setelah itu, bapak tersebut meninggalkanku dan kembali ke tempat ronda. Namun, tak berapa lama kemudian bapak itu kembali sambil membawa lembar jadwal siskamling dengan nama kami sudah terdaftar di dalamnya.

“Dik, ini jadwalnya yang bener.” kata bapak itu sambil menyerahkan lembar jadwal siskamling kepadaku.

“Oh, jadi sekarang ya Pak rondanya?” tanyaku memastikan dan tanpa bapak itu menjawab pun aku sudah tahu jawabannya.

Awalnya aku sempat berpikir, bagaimana nih tugasku, masih belum selesai. Belum lagi, nantinya ada siaran langsung Liga Champions Inter vs Muenchen. Tiba-tiba terlintas di pikiranku ketika itu: Kapan lagi kesempatan bisa kumpul-kumpul dengan warga seperti ini dapat datang lagi. Aku pun langsung mengajak Wafi, satu-satunya penghuni kontrakan selain aku yang saat itu masih bangun malam itu (sekitar pukul 23.30), untuk ikut menemani aku ronda.

Sampai di tempat ronda, aku dan Wafi langsung berkenalan dengan bapak-bapak yang ada di sana, termasuk bapak yang “menjemput”-ku tadi. Parahnya kami, ternyata bapak yang “menjemput” kami itu tadi adalah Pak ketua RT yang baru. Oalah… 😀

Selain bapak-bapak, ternyata ada juga anak muda lainnya seperti kami, hehehe. Mereka ada dua orang, sama-sama berasal dari Medan. Namun, keduanya bukan mahasiswa ITB. Yang satu kuliah di salah satu kampus hukum di Kota Bandung ini, yang satunya lagi belum kuliah, tapi kerja jadi SPB di BIP.

Nah, yang anak hukum itu punya kakak kandung cewek yang ternyata adalah kakak angkatanku di Informatika. Yang bikin aku terkejut, ternyata kakaknya adalah istrinya kakak kelasku di SMA yang juga teman semasa kuliah kakaknya itu. Wow, what a small world!

Sepanjang malam itu, akhirnya kami berempat ngobrol-ngobrol panjang tiada habisnya. Banyak yang diobrolin. Kebetulan dia aktivis mahasiswa yang juga suka mengikuti berita-berita sosial dan politik, sama seperti aku juga (meskipun aku bukan aktivis :D). Kami pun nyambung ngobrol selama malam itu.

Akhirnya ronda diakhiri sekitar jam 4 subuh kurang. Asek… masih sempat nonton Inter vs Muenchen. Tapi sayangnya ternyata Inter kalah pada pertandingan dini hari itu, hihihi.

Aku ingin sedikit berkomentar tentang aktivitas ronda ini. Menurutku dengan dilibatkannya mahasiswa dalam siskamling di lingkungan warga ini sangat bagus. Mahasiswa sudah seharusnya tidak cuma “numpang” tempat tinggal di lingkungan barunya saja, tapi seharusnya juga berpartisipasi aktif dalam menjaga, khususnya kebersihan dan keamanan lingkungan sekitar dan yang paling penting adalah harus bersosialisasi juga kepada warga sekitar. Berdasarkan pengalaman dan pengamatanku sejak menetap di Bandung ini, khususnya daerah kos-kosan dekat kampus ITB ini, aku lihat mahasiswa cenderung kurang membaur dengan warga di sekitarnya. Entahlah apa penyebabnya. Bisa jadi karena kesibukan mahasiswanya atau mungkin warga tidak ingin merepotkan mahasiswa dalam kegiatan kampung mereka.

Tapi ada sisi nggak enaknya dengan ikut ronda ini. Bagi mahasiswa yang besoknya ada kuliah pagi tentu akan jadi mengantuk keesokan harinya di saat kuliah. Untuk itu, penentuan jadwal yang pas bisa jadi solusinya. Tetapi sebenarnya, bapak-bapak yang lain pun juga mengalami masalah yang sama. Mereka yang kerja kantoran, mungkin akan jadi kendala juga ronda itu untuk produktivitas di tempat kerjanya karena jadi mengantuk keesokan harinya. Aku sendiri beruntung semester ini kuliah sudah tidak terlalu padat. Makanya, ronda ini nggak kuanggap sebagai beban. Malah senang bisa berkumpul bareng warga lainnya. 😀

Serunya Arkavidia 2.0

Dua hari kemarin, Sabtu dan Ahad, 20 & 21 Februari 2011, himpunanku (HMIF) mengadakan sebuah acara besar bernama Arkavidia. Pada tahun 2011 ini acara itu merupakan penyelenggaraan kali kedua (makanya diberi tambahan “2.0”) setelah acara yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2009. Ke depannya acara ini memang akan dijadikan trade mark acara besar HMIF ITB yang diselenggarakan tiap 2 tahun sekali.

Banyak kegiatan dan stand yang diadakan pada Arkavidia 2.0 kali ini. Di antaranya ada seminar, career day, Gerakan Seribu Jari (GSJ), lomba-lomba, stand kuliner, dan music performance. Untuk tahu lebih jelasnya tentang acara-acara tersebut bisa baca langsung saja di situs officialnya Arkavidia di www.arkavidia.net. Mudah-mudahan waktu Anda membaca tulisan ini, situs tersebut masih online :D.

Suasana rapat akbar H-1

Suasana rapat akbar H-1

Dalam acara Arkavidia ini aku juga ikut ambil bagian dalam kepanitiaan, tepatnya di dalam divisi perizinan, di bawah asuhan Fikran Faris Utomo sebagai katua divisinya. Sebagai staf perizinan aku turut merasakan repotnya mengurus perizinan dalam penyelenggaraan acara di kampus ITB ini. Sebenarnya nggak repot juga sih, hanya saja karena beberapa divisi lain agak telat dalam menghubungi divisi perizinan dalam meminta tolong untuk menguruskan surat perizinan ke Lembaga Kemahasiswaan (L*K) dan unit Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K*3L) ITB, akhirnya terpaksa beberapa hari terakhir aku dan Fikran sampai nglembur ngurusin keluarnya surat izin itu. Bagaimana tidak, bahkan permohonan surat izin yang terakhir kami masukkan itu baru dilakukan pada H-2. Padahal pemrosesan surat di L*K setidaknya membutuhkan waktu 4 hari. Makanya kami dan beberapa pegawai L*K terpaksa nglembur hingga malam penyelenggaraan untuk mengurusi perizinan itu. Hihihi.

Di hari H-nya, yaitu Sabtu dan Minggu, aku tidak bisa banyak turut berpartisipasi karena ada acara lain juga yang kebetulan dilaksanakan pada kedua hari itu. Hari Sabtu aku ada kuliah studium generale hingga pukul 11.30. Jam 12 siang aku baru bisa mengikuti acara Arkavidia. Di acara Arkavidia itu aku mengikuti acara career day yang bertempat di Aula Barat, melihat-lihat lowongan-lowongan pekerjaan atau mencari tahu jenis-jenis pekerjaan yang ada di perusahaan-perusahaan IT yang terlibat di career day Arkavidia itu. Selain itu, aku juga turut serta dalam kegiatan mengetik yang disebut Gerakan Seribu Jari di mana hasil ketikan kita itu akan dikirim ke sebuah lembaga yang akan mencetak sebuah buku dalam huruf braille untuk saudara-saudara kita yang tuna netra. Hal lain yang tak ketinggalan untuk kunikmati dalam acara Arkavidia ini adalah stand kulinernya yang menyuguhkan berbagai aneka jajanan dan makanan lainnya. Sambil menikmati jajanan yang dibeli, aku bersama teman-teman yang lain duduk menikmati pula performance musik dari teman-teman HMIF.

Suasana gerakan seribu jari

Suasana gerakan seribu jari

Di hari Minggu-nya aku juga tidak bisa ikut dari pagi karena ada latihan wing chun. Baru bisa datang ke acara sekitar siangan jam 2. Suasana lapangan tempat panggung utama Arkavidia sudah ramai saja saat aku ke sana. Apalagi kalau bukan duduk menunggu tampilnya Mocca di acara penutupan Arkavidia 2.0 ini. Sebelum itu, ada pengumuman mengenai para pemenang 3 jenis lomba yang diadakan pada Arkavidia. Yang aku ingat sayangnya cuma juara satunya saja. Untuk lomba Programming, pemenangnya dari SMA BPK Penabur Bandung. Lomba innovation contest, dimenangkan oleh siswa dari SMAN 3 Yogyakarta. Dan lomba system design competition dimenangkan oleh mahasiswa ITS Surabaya.

Setelah pengumuman pemenang lomba-lomba dan pembagian door prize kepada pengunjung, acara pun secara resmi ditutup. Sebagai penutup rangkaian acara Arkavidia 2.0 ini, dihadirkanlah band Mocca untuk tampil menghibur pengunjung dan panitia Arkavidia 2.0 yang telah memenuhi lapangan CC kala itu. Tampaknya kepanitiaan di Arkavidia ini adalah yang terakhir aku ikuti selama kuliah di kampus ITB, hehehe.

Performance Band Mocca

Performance Band Mocca

Futsal Rileks dan Badminton Informatika

Sabtu ini benar-benar hari yang melelahkan buatku, tapi sehat :D!! Pagi-pagi jam 8 aku udah sampai di lapangan futsal YPKP daerah Suci sana menunggu teman-teman Rileks Futsal Club (klub futsal anak-anak aktivis thread sepakbola forum rileks.comlabs.itb.ac.id) yang belum datang. Yak, hari itu adalah hari pertamaku berkesempatan main futsal bareng (sekaligus kopi darat) anak-anak Rileks (akhirnya… :D). Sudah lama aku menantikan kesempatan ini. Tapi, selalu aja gagal gara-gara tiap hari Sabtu pagi pasti ada aja acara lain di kampus yang nggak bisa dinomorduakan oleh acara futsal ini.

Gilaa… Baru 10 menit main aku udah ngos-ngosan. Padahal waktu masih zaman keemasanku dulu (cieee..), di mana tiap pulang sekolah selalu main sepakbola panas-panasan sampai item kayak sekarang, aku kuat main sepakbola berjam-jam, nggak kalah kayak main winning eleven zaman SD dulu yang baru berhenti kalau yang punya Playstation udah bosen main sama aku :P.

Mungkin gara-gara terlalu semangat hari itu akhirnya bisa main futsal lagi. Dengan bermain lebih sabar dan mengatur nafas, akhirnya aku tetep bisa main dari awal sampai akhir pertandingan full time, hehehe… Teknik-teknik yang kupunya dulu ternyata masih belum hilang (horee…).

Senang juga bisa main bareng sama anak-anak rileks. Terus terang, semuanya baru kukenal saat itu, kecuali mas Ageng yang memang sudah kenal di Comlabs dan Thoriq yang kebetulan adik angkatanku di jurusan.

Habis main futsal

Tampang-tampang lelah habis main futsal

Selesai main futsal, aku langsung meluncur kembali ke daerah Cisitu. Yak, sesuai jadwal, mulai Sabtu ini aku ada latihan badminton rutin tiap hari Sabtu sama anak-anak Informatika 2007, di antaranya ada Rizky, Kamal, Tere, Ginanjar, Neo, Haryus, dan Dana. Kebetulan kami sama-sama pecinta badminton juga, jadi rencana main badminton rutin ini bisa konkret juga akhirnya. Jumlah itu kemungkinan masih bisa bertambah mengingat teman-teman yang lain juga ada yang berminat untuk ikutan.

Lumayan, hari itu kami bisa puas main badminton selama 3 jam, mulai dari jam 10 pagi sampai jam 1 siang. Tak, tok, tak, tok… Wah, kangen dengan suara-suara raket nampol kok kayak gitu. Jadi ingat zaman SMA dulu waktu masih aktif ikut ekskul badminton, bisa main sepuas-puasnya mulai dari jam 1 siang sampai jam 5 sore di lapangan bulutangkis Aula SMA Tugu. Sudah gitu gratis lagi. Paling cuma iuran kok aja tiap bulannya. Kalau sekarang, harus patungan buat nyewa lapangan, hiks.. hiks..

Capek juga siang hari itu. Tapi rasanya super puas. Badan ini jadi segar bugar lagi. Belum lagi, besoknya masih harus latihan kungfu Wingchun yang rutin tiap hari Minggu di kampus. Sudah terbayang esoknya badan ini nggak cuma segar bugar lagi, tapi udah remeg, hihihi…

Sore hari itu aku lanjut ke acara makan-makan bareng karyawan TOKEMA dan pengurus TOKEMA yang baru di rumah makan Selasih, Cikutra. Asyik… makan-makan gratis. Di acara itu aku ikut ngasih sambutan sebagai mantan pengurus lama yang digantikan. Seru juga kangen-kangenan sama bapak-bapak karyawan TOKEMA yang sudah aku anggap sebagai orang tua dan teman selama aku menjabat pengurus. Maafkan anakmu ini ya Pak yang sudah banyak ngrepotin selama di TOKEMA… 🙂 Buat pengurus-pengurus yang baru, ingat pesan saya saat ngasih sambutan kemarin: Tentukan apa yang akan Anda cari di TOKEMA, inovasi apa yang ingin Anda torehkan dalam sejarah TOKEMA, dan terakhir, jaga semangat kalian yang sudah hebat ini sampai akhir kepengurusan!

Jalan-Jalan ke Bromo

Belakangan ini di media massa banyak diberitakan mengenai peningkatan aktivitas vulkanik yang terjadi pada Gunung Bromo. Berbicara Gunung Bromo, aku jadi teringat kenangan masa SMA dulu. Saat itu aku dan teman-teman sekelas ngadain acara jalan-jalan ke Gunung Bromo untuk mengisi liburan kenaikan kelas (dari kelas XI ke kelas XII).

Jadi, pada hari itu, Rabu 5 Juli 2006, sehabis nonton semifinal Piala Dunia 2006 Jerman vs Italia yang dimenangkan Italia 2-0, aku sholat Subuh lalu langsung berangkat ke sekolah (SMAN 3 Malang). Ya, kami memang sudah janjian akan berangkat bareng-bareng sekelas dari sekolah. Aku dan teman-teman sekelas kala itu (Telocor XI IA-5) pergi jalan-jalan didampingi beberapa guru seperti Pak Basuki (beliau ini petualang sejati, di usianya yang sudah kepala 5 masih sanggup memimpin penjelajahan alam), Pak Ye (guru kesenian), mas Bison, dan mas Aswin (keduanya guru komputer). Tahu sendirilah, acara liburan kayak gitu tu nggak akan disetujui oleh pihak sekolah kalo tidak ada guru yang mendampingi.

Kumpul di sekolah

Kumpul di sekolah

Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi ketika kami berangkat dari sekolahan. Kami naik angkot bareng yang terbagi menjadi beberapa kloter ke Terminal Arjosari Malang kemudian dilanjutkan lagi perjalanan ke “rest house”, atau tempat singgah, milik keluarga ketua OSIS kami saat itu, Rani, di Tumpang. Di sana kami menunggu semua kloter berkumpul agar bisa berangkat bareng-bareng ke Bromo.

Istirahat di Rest House

Istirahat di Rest House

Dari sana kami melanjutkan perjalanan lagi dengan mencarter truk dan berhenti di kawasan pegunungan tempat perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Kabupaten Malang, nama daerahnya adalah Bantengan. Ketika itu waktu kira-kira sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Yang bikin aku dan teman-teman kagum, begitu turun dari truk, kami langsung disuguhi paronama yang sungguh menakjubkan. Subhanallah…! Tampak di kejauhan bawah sana hamparan rerumputan hijau yang sangat indah dengan barisan bukit-bukit di kanan kirinya. Tampak juga ada sebuah garis yang berkelak-kelok di bawah sana yang awalnya aku kira adalah sebuah sungai, yang nyatanya adalah sebuah jalan berpasir biasa. Subhanallah…! Bagaikan mimpi saja.

Panroma kaldera Bromo dari atas

Panroma kaldera Bromo dari atas

Di Bantengan itu kami beristirahat dulu sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Di tempat tersebut kami mengisi energi dulu. Ada yang bikin mie instan, makan sarapan bawaan masing-masing, sekedar minum kopi, sampai foto-foto. Kebetulan di tempat pemberhentian tadi itu ada sebuah gubug atau pos untuk beristirahat.

Istirahat di gubug

Istirahat di gubug

Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 pagi. Saatnya perjalanan dilanjutkan. Kali ini kami menyusuri hamparan ilalang menuruni bukit menuju kaldera Bromo purba yang tampak indah itu. Menariknya, meskipun saat itu matahari sudah hampir tepat di atas kepala, temperatur udara di kawasan itu cukup sejuk (kalo nggak mau disebut dingin). Mungkin sekitar 17 derajat. Makanya sangat disarankan untuk Anda yang pergi ke sana agar memakai jaket.

Angin semilir yang cukup sejuk benar-benar dan suasana yang benar-benar hening, sangat berbeda dengan di kota, membuat mata dan pikiran ini jadi segar. Benar-benar bikin rileks. Apalagi sepanjang perjalanan kita terus disuguhi panorama menakjubkan. Serulah pokoknya! 😀

Menuruni bukit

Menuruni bukit

Sampai di bawah kami behenti lagi di sebuah pos. Dari pos itu jarak menuju Bromo masih sekitar 6 km lagi. Continue reading

Selamat Hari Raya Idul Adha 1431 H

Allahuakbar… Allahuakbar… Allahuakbar… Walillahilhamd!

Gema takbir pagi ini terus berkumandang di mana-mana menandai telah datangnya hari raya Idul Adha 10 Dzulhijah 1431 H. Di Indonesia sendiri terjadi perbedaan mengenai penentuan awal bulan Dzulhijah. Pemerintah menetapkan Idul Adha jatuh pada hari Rabu besok tanggal 17 November 2010. Sementara, sebagian yang lain ada yang sudah merayakannya pada hari ini, Selasa 16 November 2010 sama seperti dengan yang ditetapkan di Arab Saudi dan negara-negara Islam lainnya. Di Bandung sendiri ternyata cukup banyak umat muslim yang mengikuti sholat Idul Adha hari selasa ini, seperti yang saya ikuti di lapangan monumen perjuangan dekat Universitas Padjajaran Dipati Ukur.

Labbaikallahumma labaik!

Sehari sebelumnya, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah kemarin, jamaah haji yangberada di padang Arafah sedang melaksanakan salah satu rangkaian haji yangdisebut sebagai puncak atau inti ibadah haji, yaitu wukuf. Dalam ibadah wukuf itu seorang Amirul Haj akan memberikan khutbah kepada para jamaah. Jamaah haji asal Indonesia saat menjalani wukuf juga mendengarkan khutbah dari Menteri Agama selaku Amirul Haj mereka (beritanya dapat baca di sini). Salah satu isi khutbah yang disampaikan beliau, beliau mengingatkan bahwasannya wukuf mempunyai makna sebagai replika kehidupan baru di Padang Mahsyar saat manusia dibangkitkan kembali dari kematian oleh Allah kelak. Saat itu, semua manusia sama di hadapan Allah. Yang membedakan hanya kualitas imannya.

Khutbah haji yang paling bersejarah sepanjang masa adalah khutbah yang disampaikan Rasulullah SAW di padang Arafah saat haji wada’ pada tanggal 9 Dzulhijah 10 H dan diikuti 124.000 jama’ah dari berbagai suku bangsa. Banyak pesan berharga yang beliau sampaikan pada khutbah haji perpisahan saat itu. Di antaranya adalah pesan agar selalu menjaga tali ukhuwah Islamiyah dan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah beliau yang mana dengan menjalani hidup berdasarkan kedua pedoman itu hidup manusia tidak akan tersesat. Beliau juga menekankan kepada jamaah saat itu agar menghilangkan sikap rasialisme yang sampai saat ini pun masih terjadi. Suatu ras warna kulit merasa lebih baik dari ras warna kulit yang lain atau suatu suku bangsa merasa lebih baik dari bangsa lain. Sesungguhnya, kata Rasulullah, keutamaan seseorang itu diukur dari ketaatannya dan besarnya rasa takutnya kepada Allah SWT. Di akhir khutbah, beliau menyampaikan wahyu Allah QS Al-Ma’idah ayat 3, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Pada wahyu tersebut Allah menunjukkan bahwasannya Islam adalah agama yang telah sempurna yang di dalamnya sudah mencakup ibadah ritual dan aturan-aturan kehidupan untuk manusia. Berbicara mengenai ketundukan dan ketaatan kepada Allah SWT, pada salah satu ibadah rangkaian haji ini, yaitu Thowaf, di mana jamaah melakukan ritual mengitari ka’bah sebanyak 7 putaran dengan Continue reading

TOKEMA dalam Pasar Seni ITB 2010

Sudah berselang waktu sekitar dua minggu Pasar Seni ITB 2010 dilaksanakan (10 Oktober 2010) saya baru bisa menuliskan report-nya sekarang. Maklum, terkendala dengan kesibukan yang lain, keterbatasan waktu, hingga ketersediaan koneksi internet (sok sibuk banget ya kayaknya… :D).

Sebelumnya terus terang, saya tidak bisa berkomentar banyak tentang Pasar Seni ITB 2010 karena dalam pasar seni ini saya benar-benar terfokus ke stan TOKEMA saja. Kebetulan saya sebagai pengurus TOKEMA ikut menjaga stan dan mempersiapkan segala kebutuhannya. Saya sendiri tidak sempat menikmati jalan-jalan ke stan-stan atau wahana-wahana yang lain. Makanya tidak heran kalau foto-foto hasil jepretan saya berkisar antara anak-anak KOKESMA/TOKEMA atau suasana sekitar stan TOKEMA saja. Tapi satu kata saja dari saya untuk menggambarkan acara Pasar Seni ITB 2010 kali ini: RAMAI!!!

Ternyata benar kata-kata bapak-bapak dan ibu karyawan TOKEMA bahwa pasar seni ITB 2010 selalu ramai pengunjung. Bahkan, untuk sekedar istirahat sebentar di stan TOKEMA pun susah. Pengunjung tiada henti mampir ke stan TOKEMA minta dicarikan kaos ini-itu. Lelah memang hari itu. Persiapan sendiri sudah dilakukan efektif mulai H-3. Pada H-1 anak-anak juga mulai mempersiapkan dekorasi, pelabelan barang, penataan layout dll.

Membuat backdrop

Membuat backdrop

Melabeli barang

Melabeli barang

Waktu loading barang ke stan sendiri dilakukan mulai jam 6 sore selepas Maghrib hingga pukul 7 malam pada hari Sabtunya. Berhubung barang-barang sudah dimasukkan ke dalam stan, akhirnya dialokasikanlah beberapa anak untuk menjaga stan pada malam harinya. Terpaksa teman-teman harus rela berdingin-dinginan di dalam stan hingga pagi hari.
Continue reading