Tag Archives: SMAN 3 Malang

Setelah 6 Tahun, Akhirnya SMA Saya Lulus 100%

Pagi ini saya membaca note yang ditulis oleh salah seorang guru saya saat di SMAN 3 Malang dulu. Note tersebut sangat singkat. Isinya begini:

NO ONE WAS LEFT BEHIND

We have been waiting for six years.
Finally, in 2011 I tell you that no one was left behind.
We have to be proud of our achievement.
Thanks a million

Hariyanto

Alhamdulillah Ya Allah… Akhirnya SMA tempat saya menimba ilmu dulu mampu meluluskan 100% siswanya setelah 6 tahun menunggu. Kalau dihitung, berarti angkatan pertama yang tidak lulus 100% dalam 6 tahun itu adalah angkatan 2005. Saat itu aku masih berada di kelas X dan akan naik ke kelas XI. Dan ‘musibah’ itu bertahan sampai 6 angkatan berturut-turut hingga angkatan 2010.

Begitu lama penantian itu. Alhamdulillah bisa terwujud tahun ini. Meskipun saya bukan lagi siswa di sana, tapi sebagai alumni saya turut bahagia mendengar kabar itu. Semoga prestasi ini bisa terus dipertahankan ke depannya. Amin. 🙂

Jalan-Jalan ke Bromo

Belakangan ini di media massa banyak diberitakan mengenai peningkatan aktivitas vulkanik yang terjadi pada Gunung Bromo. Berbicara Gunung Bromo, aku jadi teringat kenangan masa SMA dulu. Saat itu aku dan teman-teman sekelas ngadain acara jalan-jalan ke Gunung Bromo untuk mengisi liburan kenaikan kelas (dari kelas XI ke kelas XII).

Jadi, pada hari itu, Rabu 5 Juli 2006, sehabis nonton semifinal Piala Dunia 2006 Jerman vs Italia yang dimenangkan Italia 2-0, aku sholat Subuh lalu langsung berangkat ke sekolah (SMAN 3 Malang). Ya, kami memang sudah janjian akan berangkat bareng-bareng sekelas dari sekolah. Aku dan teman-teman sekelas kala itu (Telocor XI IA-5) pergi jalan-jalan didampingi beberapa guru seperti Pak Basuki (beliau ini petualang sejati, di usianya yang sudah kepala 5 masih sanggup memimpin penjelajahan alam), Pak Ye (guru kesenian), mas Bison, dan mas Aswin (keduanya guru komputer). Tahu sendirilah, acara liburan kayak gitu tu nggak akan disetujui oleh pihak sekolah kalo tidak ada guru yang mendampingi.

Kumpul di sekolah

Kumpul di sekolah

Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi ketika kami berangkat dari sekolahan. Kami naik angkot bareng yang terbagi menjadi beberapa kloter ke Terminal Arjosari Malang kemudian dilanjutkan lagi perjalanan ke “rest house”, atau tempat singgah, milik keluarga ketua OSIS kami saat itu, Rani, di Tumpang. Di sana kami menunggu semua kloter berkumpul agar bisa berangkat bareng-bareng ke Bromo.

Istirahat di Rest House

Istirahat di Rest House

Dari sana kami melanjutkan perjalanan lagi dengan mencarter truk dan berhenti di kawasan pegunungan tempat perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Kabupaten Malang, nama daerahnya adalah Bantengan. Ketika itu waktu kira-kira sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Yang bikin aku dan teman-teman kagum, begitu turun dari truk, kami langsung disuguhi paronama yang sungguh menakjubkan. Subhanallah…! Tampak di kejauhan bawah sana hamparan rerumputan hijau yang sangat indah dengan barisan bukit-bukit di kanan kirinya. Tampak juga ada sebuah garis yang berkelak-kelok di bawah sana yang awalnya aku kira adalah sebuah sungai, yang nyatanya adalah sebuah jalan berpasir biasa. Subhanallah…! Bagaikan mimpi saja.

Panroma kaldera Bromo dari atas

Panroma kaldera Bromo dari atas

Di Bantengan itu kami beristirahat dulu sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Di tempat tersebut kami mengisi energi dulu. Ada yang bikin mie instan, makan sarapan bawaan masing-masing, sekedar minum kopi, sampai foto-foto. Kebetulan di tempat pemberhentian tadi itu ada sebuah gubug atau pos untuk beristirahat.

Istirahat di gubug

Istirahat di gubug

Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 pagi. Saatnya perjalanan dilanjutkan. Kali ini kami menyusuri hamparan ilalang menuruni bukit menuju kaldera Bromo purba yang tampak indah itu. Menariknya, meskipun saat itu matahari sudah hampir tepat di atas kepala, temperatur udara di kawasan itu cukup sejuk (kalo nggak mau disebut dingin). Mungkin sekitar 17 derajat. Makanya sangat disarankan untuk Anda yang pergi ke sana agar memakai jaket.

Angin semilir yang cukup sejuk benar-benar dan suasana yang benar-benar hening, sangat berbeda dengan di kota, membuat mata dan pikiran ini jadi segar. Benar-benar bikin rileks. Apalagi sepanjang perjalanan kita terus disuguhi panorama menakjubkan. Serulah pokoknya! 😀

Menuruni bukit

Menuruni bukit

Sampai di bawah kami behenti lagi di sebuah pos. Dari pos itu jarak menuju Bromo masih sekitar 6 km lagi. Continue reading

SMAN 3 Malang Masuk Acara TV Korea

Tiba-tiba saja aku jadi teringat kembali masa SMA. Hal ini terjadi karena tahu-tahu salah seorang teman SMA-ku, Bayu Akbar, menge-tag aku beserta anak-anak yang lain di video yang di-upload-nya di facebook (klik di sini). Wew… Ternyata video itu adalah video rekaman acara salah satu stasiun TV Korea (tentunya Korea Selatan ya maksudnya). Acara TV tersebut sebenarnya mirip-mirip dengan acara “K*SM*S” yang pernah ditayangkan stasiun TV R**I, atau acara “DU**A L**N” yang pernah ditayangkan TR**S TV. Yup, acara TV Korea tersebut memang biasa menyiarkan hasil liputan khusus mengenai fenomena-fenomena “mistis” yang ada di tengah-tengah masyarakat. Uniknya, kali ini yang menjadi liputan adalah SMA-ku, SMAN 3Malang. SMA Tugu (SMA 1, 3, dan 4 yang berada di kompleks Tugu Kota Malang) memang terkenal dengan kisah “keangkerannya”. Wah, tidak disangka, hebat juga ya, kisah tentang sekolahku itu ternyata terdengar juga sampai ke Korea. Wow… 😀 (halah…kok bangga).

Aku masih ingat, saat itu aku masih kelas XI SMA (sekitar bulan-bulan awal 2006). Tiba-tiba suatu hari ada pemandangan yang tidak biasa di sekolah kami. Selama beberapa hari kami melihat orang-orang entah dari mana, yang jelas kelihatan sekali kalau mereka dari Asia Timur, berkeliaran di sekolah. Awalnya aku, dan mungkin teman-teman yang lain, mengira bahwa orang-orang tersebut berada di sekolah kami karena ada urusannya dengan kerjasama sekolah atau sejenisnya. Ternyata prakiraan kami salah. Sempat tidak percaya juga saat tahu bahwa mereka berasal dari salah satu stasiun TV di Korea dan tujuan mereka datang kemari waktu itu adalah untuk meliput tentang fenomena “lantai berdarah” di SMAN 3 Malang.

"Lantai berdarah" di ruang 28 (Matematika)

"Lantai berdarah" di ruang 28 (Matematika)

“Lantai berdarah” itu berada di ruang 28 (ruang Matematika), terletak di pojokan lantai 2 SMAN 3 Malang. Konon katanya warna merah yang muncul di lantai itu adalah warna darah yang merembes ke permukaan lantai. Bahkan konon katanya lagi, meskipun lantai itu sudah diganti berkali-kali warna merah itu tetap saja muncul. Hihihi… Percayakah Anda?

Beberapa guru dan karyawan sempat dimintai komentarnya mengenai fenomena aneh itu oleh host acara tersebut. Di antaranya ada Pak Sukarji dan Pak Subur Waluyo. Pak Sukarji malah sempat diliput juga ketika sedang mengajar kelas 3 IPA 3 di ruangan “horor” tersebut. Tampaknya orang-orang Korea itu ingin mengetahui bagaimana suasana kelas itu saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Pak Sukarji sedang mengajar di ruang 28

Pak Sukarji sedang mengajar di ruang 28

Selain guru dan karyawan, beberapa siswa juga dimintai “keterangan” mengenai apa yang pernah mereka rasakan tentang ruang 28 itu.

Salah seorang siswa (Mas Tegar, 3 IPA 3) sedang diwawancarai

Salah seorang siswa (Mas Tegar, 3 IPA 3) sedang diwawancarai

Tidak puas dengan hasil pengamatannya di siang hari yang tidak menunjukkan tanda-tanda “mistis”, mereka pun mencobanya lagi di malam harinya langsung. TV Korea itu meminta beberapa siswa SMAN 3 Malang untuk menjadi relawan acara mereka dengan duduk menempati ruang 28 itu saat tengah malam. TV Korea itu ingin sekali menemui fenomena “mistis” yang mereka harapkan. Bahkan, TV Korea itu juga sengaja mengundang salah seorang paranormal lokal untuk hadir juga malam itu. Wew… niat sekali orang-orang Korea ini…

Anak-anak dikumpulkan di ruang 28

Anak-anak dikumpulkan di ruang 28

Memang, menurut sejarah yang kami ketahui, dulunya lokasi SMAN 3 Malang sekarang ini sebelum menjadi sekolah, pernah dipakai juga untuk tempat penyiksaan orang-orang tawanan Belanda. Nah, dari kisah tersebut akhirnya orang-orang menyimpulkan bahwa warna merah yang keluar di lantai itu adalah warna merah dari darah korban-korban penyiksaan dahulu.

Yang jelas, selama aku bersekolah di sana belum pernah aku menemui fenomena-fenomena ganjil seperti yang banyak diceritakan. Pernah beberapa kali juga menginap di sekolah, malamnya keliling kelas, aku tidak menemui apa-apa. Terakhir kali ke sekolah, lantai-lantai yang lama di SMAN 3 Malang sudah ditumpuk dengan lantai-lantai yang baru. Tapi pemasangan lantai itu tidak ada kaitannya dengan fenomena “lantai berdarah” itu lho… Itu murni dalam rangka renovasi sekolah. Sekarang SMAN 3 Malang berubah menjadi sekolah dengan fasilitas yang benar-benar lengkap. Setiap kelas sekarang disediakan komputer dan LCD projector, kamera CCTV, dan ada fasilitas wifi juga. Nah, tentang fenomena “lantai berdarah” itu, entahlah, apakah itu masih terdengar sekarang ini.

SMAN 3 Malang dalam acara TV Korea

SMAN 3 Malang dalam acara TV Korea

—edited—

UPDATE

Barangkali ada yang mau lihat videonya, sudah saya upload di Youtube: