Ronda-Ronda!

Ada kebijakan baru di lingkungan RT tempat aku ngontrak sekarang. Kabarnya kebijakan baru itu datangnya dari ketua RW dan diteruskan ke RT-RT di bawahnya. Kebijakan apa itu? Kebijakan itu adalah penggalakan kembali program Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan). Aku dan teman-teman pun menyambut baik program itu karena berharap dengan adanya siskamling di lingkungan kami, lingkungan kami menjadi lebih aman. Kontrakan kami sendiri pernah menjadi korban pencurian oleh maling. Laptop, handphone, dan sepatu berhasil digenggamnya.

Jadwal siskamling pun disusun. Nama kami ternyata belum terdaftar. Kami pun menunggu pemberitahuan lanjutan. Hingga akhirnya tadi malam, sekitar jam 11 malam lewat tiba-tiba ada seorang bapak datang bertamu ke kontrakan kami. Saat itu, aku sedang asyik

“Assalammu’alaikum.”

“Wa’alaikumsalam. Iya Pak, ada apa ya?” tanyaku.

“Dik, sekarang dapet giliran ngeronda ya malem ini?” tanya beliau, tapi dengan nada seperti orang mengingatkan.

Terus terang, aku yang kebetulan menyambut Bapak itu jadi bingung sendiri. Apa benar sekarang kami dapat jadwal ronda, pikirku. Anak-anak sudah tidur lagi. Belum lagi aku ada tugas kuliah yang harus dikerjakan buat besoknya. Kalau ronda, bagaimana tugasku.

“Maaf Pak, kami belum dapat jadwal ronda sebelumnya.” jawabku terus terang.

“Lho, padahal anak saya yang ngantarkan lho dik.” kata bapak itu. “Tapi, di jadwal harusnya adik sekarang. Ya udah, coba saya tanya koordinator siskamlingnya dulu.”

Setelah itu, bapak tersebut meninggalkanku dan kembali ke tempat ronda. Namun, tak berapa lama kemudian bapak itu kembali sambil membawa lembar jadwal siskamling dengan nama kami sudah terdaftar di dalamnya.

“Dik, ini jadwalnya yang bener.” kata bapak itu sambil menyerahkan lembar jadwal siskamling kepadaku.

“Oh, jadi sekarang ya Pak rondanya?” tanyaku memastikan dan tanpa bapak itu menjawab pun aku sudah tahu jawabannya.

Awalnya aku sempat berpikir, bagaimana nih tugasku, masih belum selesai. Belum lagi, nantinya ada siaran langsung Liga Champions Inter vs Muenchen. Tiba-tiba terlintas di pikiranku ketika itu: Kapan lagi kesempatan bisa kumpul-kumpul dengan warga seperti ini dapat datang lagi. Aku pun langsung mengajak Wafi, satu-satunya penghuni kontrakan selain aku yang saat itu masih bangun malam itu (sekitar pukul 23.30), untuk ikut menemani aku ronda.

Sampai di tempat ronda, aku dan Wafi langsung berkenalan dengan bapak-bapak yang ada di sana, termasuk bapak yang “menjemput”-ku tadi. Parahnya kami, ternyata bapak yang “menjemput” kami itu tadi adalah Pak ketua RT yang baru. Oalah… 😀

Selain bapak-bapak, ternyata ada juga anak muda lainnya seperti kami, hehehe. Mereka ada dua orang, sama-sama berasal dari Medan. Namun, keduanya bukan mahasiswa ITB. Yang satu kuliah di salah satu kampus hukum di Kota Bandung ini, yang satunya lagi belum kuliah, tapi kerja jadi SPB di BIP.

Nah, yang anak hukum itu punya kakak kandung cewek yang ternyata adalah kakak angkatanku di Informatika. Yang bikin aku terkejut, ternyata kakaknya adalah istrinya kakak kelasku di SMA yang juga teman semasa kuliah kakaknya itu. Wow, what a small world!

Sepanjang malam itu, akhirnya kami berempat ngobrol-ngobrol panjang tiada habisnya. Banyak yang diobrolin. Kebetulan dia aktivis mahasiswa yang juga suka mengikuti berita-berita sosial dan politik, sama seperti aku juga (meskipun aku bukan aktivis :D). Kami pun nyambung ngobrol selama malam itu.

Akhirnya ronda diakhiri sekitar jam 4 subuh kurang. Asek… masih sempat nonton Inter vs Muenchen. Tapi sayangnya ternyata Inter kalah pada pertandingan dini hari itu, hihihi.

Aku ingin sedikit berkomentar tentang aktivitas ronda ini. Menurutku dengan dilibatkannya mahasiswa dalam siskamling di lingkungan warga ini sangat bagus. Mahasiswa sudah seharusnya tidak cuma “numpang” tempat tinggal di lingkungan barunya saja, tapi seharusnya juga berpartisipasi aktif dalam menjaga, khususnya kebersihan dan keamanan lingkungan sekitar dan yang paling penting adalah harus bersosialisasi juga kepada warga sekitar. Berdasarkan pengalaman dan pengamatanku sejak menetap di Bandung ini, khususnya daerah kos-kosan dekat kampus ITB ini, aku lihat mahasiswa cenderung kurang membaur dengan warga di sekitarnya. Entahlah apa penyebabnya. Bisa jadi karena kesibukan mahasiswanya atau mungkin warga tidak ingin merepotkan mahasiswa dalam kegiatan kampung mereka.

Tapi ada sisi nggak enaknya dengan ikut ronda ini. Bagi mahasiswa yang besoknya ada kuliah pagi tentu akan jadi mengantuk keesokan harinya di saat kuliah. Untuk itu, penentuan jadwal yang pas bisa jadi solusinya. Tetapi sebenarnya, bapak-bapak yang lain pun juga mengalami masalah yang sama. Mereka yang kerja kantoran, mungkin akan jadi kendala juga ronda itu untuk produktivitas di tempat kerjanya karena jadi mengantuk keesokan harinya. Aku sendiri beruntung semester ini kuliah sudah tidak terlalu padat. Makanya, ronda ini nggak kuanggap sebagai beban. Malah senang bisa berkumpul bareng warga lainnya. 😀

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s