Tag Archives: bulutangkis

Nonton Langsung Indonesia Open SSP 2012 (Bagian 1) : Semifinal

Hari Sabtu seminggu yang lalu, 16 Juni 2012, aku menonton langsung pertandingan semifinal turnamen Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2012 atau yang cukup disingkat DIOSSP2012 saja. Tidak seperti tahun lalu di mana aku menonton langsung bersama Pras dan Rizky, kali ini untuk pertandingan semifinal aku menonton sendirian.

Aku berangkat dari stasiun Bandung pukul 6.30 dengan menaiki kereta Argo Parahyangan — lumayan dapat tiket promo eksekutif Rp 20 ribu — dan tiba di stasiun Gambir pukul 9.45. Setelah itu langsung menuju ke stadion Istora Senayan dengan menumpang bus TransJakarta. Sesampainya di arena, aku langsung mencari ticket box dan melakukan penukaran tiket dengan voucher yang kudapatkan secara online (dari situs blibli.com).

Gerbang masuk Istora

Gerbang masuk Istora

Oh ya, tak terlalu banyak berbeda konten dan penataan arena hiburan di luar stadion antara tahun ini dan tahun lalu. Mungkin bedanya hanya stand makanan dan minuman yang dikumpulkan jadi satu tempat luas dan diberi nama food festival. Oh ya, sama sekarang ada celebrity bazaar di mana beberapa selebritis termasuk pebulutangkis Greysia Polii yang ikut menjual beberapa produk pakaian di stand-stand di luar stadion itu juga. Selain itu di luar lantai atas stadion juga terdapat booth Yonex yang menjual peralatan dan perlengkapan bulutangkis meliputi jersey, raket, tas raket, dll.

Legenda Indonesia Open

Legenda Indonesia Open

Tak perlu menunggu lama untuk menyaksikan pertandingan badminton hari Sabtu itu. Pertandingan dimulai sejak pukul 11.30. Tapi aku memilih untuk melepas pertandingan pertama antara dua ganda wanita China karena waktunya sangat tanggung dengan waktu masuk sholat Dhuhur.

Aku baru menonton pertandingan kedua antara Wang Yihan melawan Li Xuerui. Sebuah pertandingan yang mata seru walaupun mereka sesama China, karena yang satu adalah peringkat 1 dunia dan satunya lagi adalah pemain muda yang baru saja menjuarai All England dan India Open 2012. Pada pertandingan itu sayang sekali Wang Yihan harus kalah dan terpaksa melepas gelar yang tahun lalu direbutnya.

Wang Yihan vs Li Xuerui

Wang Yihan vs Li Xuerui

Pertandingan antara Wang Yihan vs Li Xuerui ini berlangsung dalam dua set saja dan berakhir sekitar pukul 1 siang. Artinya, masih ada jeda sekitar satu jam setengah sebelum pertandingan utama yang disiarkan di TV ataupun BWF channel. Jeda yang cukup lama itu diisi oleh pihak organizer dengan hiburan-hiburan yang mendatangkan artis Cherrybelle dan Judika, dengan dipandu oleh MC Stenny Agustaf.

Cherrybelle di Istora

Cherrybelle di Istora

Acara hiburan ini berlangsung kurang lebih selama sejam, mulai dari pukul setengah dua hingga setengah tiga. Ketika itu suasana dalam stadion belum cukup ramai penonton. Namun, begitu mulai masuk pertandingan pertama yang menampilkan partai Koo Kien Keat/Tan Ben Heong vs Mathias Boe/Carsten Mogensen, stadion mulai disesaki oleh penonton.

Koo Kien Keat-Tan Boon Heong vs Mathias Boe-Carsten Mogensen

Koo Kien Keat-Tan Boon Heong vs Mathias Boe-Carsten Mogensen

Pertandingan antara ganda putra Malaysia melawan Denmark itu sendiri berlangsung tidak seimbang. Pemain Denmark menang dengan mudah dua set dalam waktu kurang dari setengah jam. Hmm … bisa jadi karena faktor dukungan penonton yang lebih memihak Denmark dan tak jarang juga penonton mem-‘boo’ pemain Malaysia setiap mereka mendapat poin.

Setelah pertandingan ganda putra ini adalah partai ganda putri antara pasangan favorit Indonesia Meiliana Jauhari/Greysia Polii melawan ganda nomor dua China Zhao Yunlei/Qian Ting. Di atas kertas sebenarnya pasangan China ini lebih unggul. Namun, di atas lapangan ternyata pasangan kita benar-benar menampilkan semangat juang yang luar biasa. Walaupun kalah, tapi pertandingan berlangsung sangat ketat dan pasangan kita bisa mencuri satu set.

IMHO, di antara pemain-pemain kita, semangat bertanding Meiliana dan Greysia ini paling aku acungi jempol lah. Sering banget mereka sampai jatuh-jatuhan buat mengembalikan kok. Yang sering kulihat mainnya sering seperti itu (baca: jatuh-jatuhan) selain Meiliana/Greysia itu adalah Jung Jae Sung dari Korea Selatan.

Meiliana/Greysia vs Zhao/Qian

Meiliana/Greysia vs Zhao/Qian

Partai berikutnya mempertandingkan tunggal putra tersisa Indonesia, Simon Santoso, melawan pemain yang sedang on fire dari India, Kashyap Parupalli. Namun, pertandingan semifinal ini sepertinya menjadi anti-klimaks bagi Continue reading

Bahwa Peluang ‘Emas’ Itu Masih Ada

Sebelumnya aku ucapkan selamat dululah kepada ganda campuran kita Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang baru saja menjuarai turnamen All England Super Series Premier 2012 di Birmingham. Gelar tersebut tentu saja telah menghapus dahaga gelar yang dialami Indonesia di turnamen All England. Terakhir kali Indonesia meraih gelar juara di turnamen badminton tertua di dunia itu adalah 9 tahun yang lalu pada tahun 2003 melalui pasangan ganda putra Candra Wijaya/Sigit Budiarto. Selain itu, gelar tersebut juga merupakan gelar ganda campuran pertama yang diperoleh sejak pasangan Christian Hadinata/Imelda Wiguna pada tahun 1979.

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir

Namun, boleh dibilang gelar yang diperoleh oleh Tontowi/Liliyana di All England ini karena dibantu faktor keberuntungan. Dua unggulan teratas sektor ganda campuran, Zhang Nan/Zhao Yunlei dan Xu Chen/Ma Jin lebih dahulu gugur oleh lawan yang tak diunggulkan sebelum babak final. Padahal, Tontowi/Liliyana memiliki rekor yang kurang baik bila berhadapan dengan mereka.

Oleh karena itu, benar apabila kita jangan terlalu larut dalam euforia ini. Target utama adalah mempertahankan medali emas di olimpiade London 2012 nanti. IMHO, sebagai penggemar bulutangkis yang juga selalu mengikuti perjalanan pemain-pemain kita di berbagai turnamensepak terjang pemain kita di setiap turnamen, aku melihat masih banyak kekurangan yang dimiliki oleh pasangan ganda campuran kita ini yang dapat dieksploitasi oleh pasangan yang lebih kuat. Di antaranya:

  • Sering lengah ketika sudah unggul di poin-poin kritis. Seringkali Tontowi/Liliyana ini melejit dalam perolehan poin saat permainan. Unggul cukup banyak poin di di atas lawan. Namun, celakanya, ketika lawan bisa menyamakan kedudukan, seringkali mereka kehilangan konsentrasi dan melakukan kesalahan yang tak perlu yang menguntungkan lawan.
  • Pertahanan yang masih lemah. Ya, tak diragukan lagi mereka memiliki daya serang yang cukup mematikan, terutama Tontowi dengan smash tajamnya dan Liliyana dengan penempatan nettingnya yang menyusahkan lawan. Tapi pertahanan mereka tak cukup kuat ketika diserang.

Hahaha, mungkin terkesan abstrak. Tapi wajarlah, aku bukanlah siapa-siapa. Tapi setidaknya itulah yang bisa aku amati dari beberapa kegagalan Tontowi/Liliyana di beberapa turnamen. Sebenarnya ada tambahan satu lagi yakni pola permainan yang sudah terbaca oleh lawan. Tapi mereka — seperti yang diungkapkan mereka — berhasil mengubahnya menjadi lebih variatif ketika berlaga di All England.

Yah, sebagai pecinta bulutangkis Indonesia, tentu aku berharap Indonesia dapat mempertahankan emas di olimpiade nanti. Peluang itu masih ada walaupun kelihatannya lebih berat dibandingkan perhelatan sebelum-sebelumnya. Tentu akan lebih meyakinkan lagi bagi Tontowi/Liliyana apabila mereka berhasil mengalahkan dua ganda campuran terkuat China itu dalam turnamen-turnamen Super Series yang akan datang menjelang olimpiade. Kesempatan itu mungkin akan mereka dapatkan ketika perhelatan turnamen Indonesia Super Series Premier dan Singapore Super Series di bulan Juni.

[Video] BWF Coach Education Level 1

Ada kabar baik nih bagi para pecinta badminton. BWF (Badminton World Federation) sekitar 4 hari yang lalu baru saja mengunggah sejumlah video tutorial atau pelatihan untuk permainan badminton di YouTube. Bagi yang tak tergabung dalam suatu klub profesional badminton apapun, seperti saya ini, video ini sangat membantu saya untuk mengenali dan memahami teknik-teknik pukulan dan taktik-taktik dalam permainan badminton. Walaupun saya bukan pemain “beneran”, setidaknya apa yang saya tonton di video itu bisa saya praktikkan sewaktu bertanding melawan teman-teman di main rutin tiap minggu.

Lalu, ada apa saja video pelatihan itu? Ada banyak. Mulai dari penjelasan mengenai beberapa macam pemanasan (warm up) yang perlu dilakukan sebelum bermain badminton, cooling downmovement (pergerakan) menerima shuttle cock, teknik-teknik pukulan forehand/backhand, strategi service and return, hingga pengenalan taktik-taktik bermain tunggal, ganda wanita, ganda putra, dan ganda campuran. Untuk masing-masing materi, durasi videonya berkisar 1-3 menit.

Ini dia salah satu video coaching mengenai taktik permainan rally di ganda putra.

Ok, let’s learn and practice it! Enjoy badminton! 😀

[VIDEO] Terrific Attack by Bona/Ahsan

Ini cuplikan video saat final ganda putra Japan Open Super Series bulan September yang lalu antara Cai Yun/Fu Haifeng (China) vs Bona Septano/Mohammad Ahsan (Indonesia). Sebuah jumping smash bertubi-tubi diperagakan untuk merobohkan pertahanan si Tembok China yang terkenal kuat itu. Dua kata diberikan oleh sang komentator, Gillian Clark: “Terrific Attack!”

Jumping smash bertubi-tubi itu mampu memberikan dua poin berturut-turut untuk pasangan Indonesia. Walaupun demikian, pasangan Bona/Ahsan harus mengakui keunggulan Cai/Fu dalam pertandingan itu 13-21, 20-22.

By the way, aku memang paling suka permainan ganda putra Indonesia seperti itu, banyak melancarkan smash bertubi-tubi, main cepat, dan defense kuat. Benar-benar pertandingan badminton yang atraktif dan enak ditonton. Dengan melihat kriteria itu, hingga saat ini ganda favorit Indonesiaku masih Candra Wijaya/Sigit Budiarto.

Nonton Langsung Final Bulutangkis SEA Games XXVI

Ini kali kedua aku menonton langsung pertandingan bulutangkis di Istora Senayan, Jakarta. Kalau sebelumnya aku menonton final Djarum Indonesia Open Premier Super Series (DIOPSS) bersama dua orang teman, kali ini aku sendirian saja :(. Habisnya mereka tidak cukup tertarik untuk menyaksikan langsung final bulutangkis SEA Games yang notabene memang kalah gengsinya dibandingkan dengan turnamen bulutangkis sekelas Super Series.

Namun, aku tetap memutuskan berangkat ke Istora sendirian. Kapan lagi bisa menyaksikan langsung jagoan-jagoan bulutangkis Indonesia tampil di final lima nomor sebuah turnamen.

Aku berangkat dari Bandung pagi-pagi dengan menumpang KA Argo Parahyangan. Sampai di stasiun Gambir langsung jalan kaki menuju shelter busway Monas untuk ganti menumpang busway menuju kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan. Suasana kompleks GBK lebih ramai dibanding aku ketika datang menonton final Indonesia Open dulu. Apalagi sebabnya bila bukan karena timnas U-23 juga akan bertanding petang hari itu. Jadi selain final bulutangkis, juga ada pertandingan semifinal cabang sepakbola.

Sementara itu, suasana Istora Senayan cukup “lengang” kala aku datang ke sana. Tak perlu mengantri untuk mendapatkan tiket. Kali ini aku membeli tiket untuk tribun I. Variasilah, dulu sudah pernah nyoba tribun II, sekarang ingin mencoba juga rasanya menonton dari tribun I :D.

Tiket SEA Games

Tiket SEA Games

Ngomong-ngomong soal tiket, tiket untuk pertandingan cabang badminton ini cover depannya sama dengan cabang-cabang olahraga SEA Games yang lain. Bagian depan dicetak dalam warna dominan biru dengan bahan kertas karton mengkilap. Baru di bagian belakangnya tertera nama cabang yang dipertandingkan dan nama babaknya.

Oh ya, dibandingkan dengan saat penyelenggaraan DIOPSS, kondisi Istora terlihat lebih segar sekarang. Mungkin karena spanduk dan baliho yang dipasang di seantero stadion lebih bervariasi warnanya, tidak seperti penyelenggaraan DIOPSS kemarin yang penuh warna merah (warna sponsor) di mana-mana.

Motto SEA Games XXVI : Bersatu & Bangkit

Motto SEA Games XXVI : Bersatu & Bangkit

Pertandingan final bulutangkis SEA Games ini akan dimulai pukul 14.00. Pintu masuk stadion baru dibuka pukul sekitar pukul 13.15. Aku termasuk beruntung bisa berada di antrian yang agak awal sehingga ketika masuk ke dalam masih belum terlalu ramai sehingga masih bisa mendapatkan tempat yang cukup pewe untuk menyaksikan pertandingan walaupun bukan berada di deretan kursi paling depan.

Setengah jam sebelum pertandingan dimulai, tiba-tiba Nadya Melati, salah satu pemain ganda putri Indonesia, memasuki lapangan bulutangkis. Oh, ternyata dia melakukan uji coba lapangan (atau uji coba shuttle cock ya?). Jadi, dia diminta oleh official pertandingan untuk memukul shuttle cock dari sisi lapangan yang satu ke sisi yang lain. Hmm … aku baru tahu ada prosedur seperti itu. Apa biasanya memang harus seperti itu ya?

Nadya Melati uji coba lapangan

Nadya Melati uji coba lapangan

Sebelum pertandingan pertama dimulai, panitia menyuguhkan tarian adat Jawa — aku lupa namanya — bertempat di court 2. Kira-kira ada sekitar 10 menitlah tarian itu dipertunjukkan.

Tak berapa lama kemudian tibalah saat yang dinanti-nanti, pertandingan pertama final SEA Games cabang bulutangkis antara Anneke Feinya Agustin/Nitya Krishinda Maheswari vs Nadya Melati/Vita Marissa! Dua pasangan ganda putri yang tengah melejit peringkatnya di ranking dunia. Anneke/Nitya kini ada di peringkat 19 dunia di mana sekitar 3 bulan lalu berada di kisaran 30-an. Sedangkan Nadya/Vita saat ini berada di peringkat 10 dunia.

Anneke/Nitya vs Nadya/Vita

Anneke/Nitya vs Nadya/Vita

Pertandingan berlangsung seru. Awal-awal set 1 Nadya/Vita tampak mendominasi dengan smash-smash keras mereka. Tapi pertahanan Anneke/Nitya kokoh juga ya. Terbukti saat kedudukan 20-19 untuk Anneke/Nitya, sebuah serangan bertubi-tubi dari Vita yang tampaknya akan membuat mati, dapat dikembalikan dengan baik oleh Nitya sehingga skor pun terkunci di angka 21-19.

Pertandingan itu sendiri akhirnya dimenangkan Anneke/Nitya dengan 2 set langsung yang berarti mereka berhak memperoleh medali emas dan merupakan gelar kedua mereka tahun ini setelah menjuarai Vietnam GP Agustus lalu. Melihat kiprah mereka selama SEA Games yang tak pernah terkalahkan, pasangan ini memang terlihat menjanjikan. Aku optimis peringkat pasangan ini dapat terus meningkat lagi hingga menembus 10 besar dunia.

Bona/Ahsan vs Kido/Hendra

Bona/Ahsan vs Kido/Hendra

Pertandingan berikutnya yang digelar adalah partai final ganda putra antara Bona Septano/Mohammad Ahsan vs Markis Kido/Hendra Setiawan. Rekor pertemuan mereka sebelum ini adalah 1-1. Pertandingan yang menarik untuk disimak karena melibatkan dua kakak beradik yang akan saling bermusuhan di lapangan, yakni Markis Kido dan Bona Septano.

Permainan yang dipertontonkan kedua pasangan di set pertama benar-benar sesuai dengan ekspektasiku, banyak jumping smash keras dilancarkan dan skor pun juga ketat alias kejar-kejaran. Terbukti permainan harus diakhiri setelah melalui beberapa kali deuce dan berakhir dengan skor 25-23 untuk Bona/Ahsan.

Namun, sayangnya tidak demikian di set kedua. Bona/Ahsan melejit dengan mudah dan unggul jauh. Entah kenapa, pertahanan Markis/Hendra saat itu begitu buruk dan sering salah pengertian. Kesalahan-kesalahan seperti shuttle cock gagal melewati net juga kerap terjadi. Set kedua pun benar-benar menjadi milik Bona/Ahsan. Sama halnya dengan Anneke/Nitya, medali emas SEA Games ini juga menjadi gelar kedua Bona/Ahsan tahun ini setelah gelar Indonesia GPG sekitar 1-2 bulan yang lalu.

Fu Mingtian vs Adriyanti Firdasari

Fu Mingtian vs Adriyanti Firdasari

Cukup sudah partai All-Indonesian Finalnya. Partai berikutnya giliran mempertemukan tunggal putri Singapura Fu Mingtian melawan jagoan tunggal putri Indonesia, Adriyanti Firdasari. Keduanya sama-sama membuat kejutan dengan mengalahkan unggulan pertama dan kedua dari Thailand, Porntip Buranaprasertsuk dan Inthanon Ratchanok, di semifinal. Fu Mingtian tidak sendirian. Ia didukung beberapa pemain dan official Singapura yang berada di tribun VIP timur. Sementara Firdasari tentu saja didukung oleh ribuan suporter INA.

Set pertama tampak berjalan mudah bagi Firdasari. Apalagi dibantu dengan banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh Fu Mingtian. Firda unggul di set pertama dengan skor 21-14. Namun, aku baru tahu kalau Firda tengah cedera di pertandingan itu. Saat break set 1 menuju set 2, Firda meminta spray penghilang rasa sakit. Ternyata dia memang Continue reading

Raket Badminton Baru

Sebulan yang lalu aku membeli raket badminton baru. Yeyy … akhirnya aku punya raket badminton juga :D. Selama ini aku selalu main dengan raket yang sudah kupinjam selama 4 tahun atau selama aku kuliah di Bandung ini. Raket yang bermerek Yonex dengan seri B-650 itu kupinjam dari kakak kelas SMA-ku yang juga berkuliah di ITB dan sampai sekarang belum kukembalikan. Wah parah … hahaha.

Yonex B-650

Yonex B-650

Bingung juga sewaktu akan memilih raket baru itu. Yang jelas incaranku adalah raket yang lebih ringan dari yang raket yang biasa kupakai itu (Yonex B-650) agar tidak perlu banyak mengeluarkan tenaga saat mengayun raket. Pilihanku akhirnya jatuh ke raket Li-Ning Super Series 98 (SS98). Alasannya, aku ingin mencoba raket merek lain selain Yonex dan Li-Ning cukup punya nama karena merupakan sponsor resmi tim nasional bulutangkis China dan beberapa negara lainnya seperti Thailand dan Singapura.

Namun, raket-raket Li-Ning ternyata mahal juga ya. Aku kira karena produk China banyak yang murah, raket Li-Ning juga murah-murah. Di toko tempat aku beli raket waktu itu, raket Li-Ning paling murah itu 250 ribuan. Sedangkan Yonex yang paling murah sekitar 150 ribuan. Hmm … sempat bimbang juga sih. Akhirnya nggak apa-apalah aku beli raket Li-Ning yang SS98 itu. Saat kucoba dan kubandingkan di toko sih, raket Li-Ning yang SS98 ini memang sangat ringan dibandingkan yang Yonex seharga 150 ribuan itu.

Li-Ning SS98

Li-Ning SS98

Tapi ada yang beda ternyata sama raket Li-Ning SS98 yang baru kubeli itu dibandingkan raket Yonex B-650 yang biasa kupakai sebelumnya. Selain lebih ringan, raket Li-Ning SS98 itu juga lebih panjang. Setelah baca di sini, Li-Ning SS98 itu ternyata panjangnya 67,3 cm atau berselisih sekitar 1 cm dengan raket Yonex-ku yang lama.

Memang sih cuma selisih 1 cm doang. Akan tetapi, tetap saja butuh adaptasi dengan raket itu ternyata. Awal-awal pakai raket SS98 ini sering sekali saat aku buat smash gagal menyeberangi net. Tapi enak sih raket ini ringan, jadi nggak perlu banyak keluar tenaga saat melancarkan pukulan.

Nonton Langsung Final Indonesia Open PSS 2011

Akhirnya keinginan untuk menonton langsung pertandingan bulutangkis kelas dunia kesampaian juga. Yap, hari Minggu kemarin aku bersama dua orang teman (Rizky IF’07 dan Pras EL’07) pergi ke Jakarta untuk menonton pertandingan final Djarum Indonesia Open Premiere Super Series (DIO PSS) 2011.

Kami berangkat dari Cisitu pukul 6 pagi kurang menuju stasiun Hall Bandung. Kami pergi ke Jakarta dengan menggunakan KA Argo Parahyangan yang berangkat pukul 6.30. Tidak beruntung bagi kami karena tiket dengan tempat duduk kereta saat itu telah habis. Kami pun terpaksa membeli tiket berdiri. Namun, kami sudah mengantisipasinya dengan membawa koran agar bisa duduk nyaman di bawah :).

Monas

Monas

Kurang lebih perjalanan Bandung-Jakarta Gambir yang kami lalui memakan waktu 3,5 jam. Dari stasiun Gambir kami berjalan kaki menuju Monumen Nasional (Monas). Oh, ternyata pagi itu ada event besar yang diadakan di sana. Entah acara apa. Di sana kami melihat ada banyak mahasiswa Trisakti, pelajar-pelajar sekolah Jakarta, dan ada para pejabat negara juga, salah satunya adalah Pak Boediono, wakil presiden RI saat ini.

Sempat berfoto-foto sejenak dan melihat aktivitas-aktivitas yang ada (sekitar setengah jam) di kawasan Monas, kami pun melanjutkan perjalanan lagi ke kawasan Gelora Bung Karno dengan menggunakan bus TransJakarta. Ini pengalaman pertamaku naik busway di Jakarta. Perjalanan menuju Gelora Bung Karno dari shelter Monas itu memakan waktu sekitar 20 menit.

Di senayan

Di senayan

Sampai di arena Gelora Bung Karno kami foto-foto lagi. Megah juga ya kawasan Gelora Bung Karno itu. Berbagai arena olahraga ada di sana. Jadi ingat politik mercu suar yang dijalankan oleh presiden Soekarno pada masa lalu. Dan Gelora Bung Karno ini adalah salah satu hasilnya.

Puas berfoto-foto, kami lanjut berjalan lagi ke Istora Senayan yang jaraknya cuma beberapa meter saja dari posisi kami saat itu. Tampak kerumunan orang sudah memadati kawasan Istora saat itu.

Planet Badminton

Planet Badminton

Kawasan Istora telah disulap menjadi sebuah arena hiburan yang dinamai dengan Planet Badminton. Baliho-baliho bergambar jagoan-jagoan bulutangkis Indonesia, stand-stand makanan/minuman, merchandise/souvenir, perlengkapan bulutangkis, hingga lapangan bulutangkis mini semua ada di ‘planet’ tersebut.

Antrian tiket

Antrian tiket

Sementara itu, di salah satu sudut arena Planet Badminton, tepatnya di depan ticket box tampak antrian para pengunjung yang ingin membeli tiket. Kami sendiri telah membeli tiket pertandingan final ini jauh-jauh hari secara online. Tapi, kami tetap harus mengantri di tempat penukaran tiket. Hanya saja, antriannya tidak sepanjang dan selama antrian di ticket box itu. Prosesnya lebih cepat dan tiketnya pun lebih murah :).

Tiket sudah di tangan, saatnya untuk jalan-jalan di arena Planet Badminton ini sekedar melihat-melihat atau mampir ke stand yang ada. Karena rasa haus mendera saat itu akibat cuaca yang panas, kami pun mampir ke salah satu stand minuman es yang ada di sana. Betapa kagetnya kami ketika tahu harganya. Tapi mau bagaimana lagi, kami sudah duduk dan ditawari menunya. Terpaksa deh beli minuman itu. Hiks, hiks, mahal sekali harganya.

Dari stand tersebut kami beranjak menuju gedung Istora Senayan. Kami mencari-cari mushola yang ada di Istora. Setelah berputar-putar, tanya sana-tanya sini, akhirnya ketemu juga musholanya. Kami menunaikan sholat Dhuhur (dijamak sekalian dengan Ashar) dulu sebelum menonton gelaran final DIO PSS 2011 hari itu.

Suasana di dalam Istora yang ramai sudah sangat terasa ketika kami tengah berada di dalam antrian masuk ke dalam gedung. Sorak sorai penonton begitu santer terdengar hingga keluar ruangan. Padahal tribun penonton saat itu masih belum penuh. Beberapa sektor masih tampak kosong. Hanya sektor utara-barat saja yang tampak sudah mulai padat.

Alamak… ternyata baru jam 1 siang. Pertandingan pertama baru dimulai pukul 13.30 atau setengah jam lagi. Terpaksa kami menunggu sambil duduk manis di tribun di tengah riuhnya para suporter Indonesia. Di tengah hall, tepatnya di dekat podium tempat ceremony juara, ada Judika, artis yang menghibur para supporter siang hari itu dengan membawakan beberapa lagu yang tak asing lagi bagi para suporter Indonesia.

Suasana Istora saat pukul 1 siang

Suasana Istora saat pukul 1 siang

The 1st battle : All Chinese Men’s Double Final

Tak terasa setengah jam terlalui. Pertandingan pertama pun siap-siap dimulai. Penonton bergemuruh ketika Cai Yun dan Fu Haifeng memasuki lapangan. Begitu pula ketika lawannya, kompatriotnya dari China, Chai Biao dan Guo Zhendong menyusul masuk ke lapangan. Dua-duanya masuk final DIO PSS 2011 ini setelah mengalahkan dua ganda putra Indonesia. Continue reading