Category Archives: Review

Basa-Basi Pisang Goreng

Judul di atas adalah judul sebuah film pendek yang ikut serta dalam festival film LA Indie Movie 2009. Sudah lama memang. Sudah hampir 2 tahun yang lalu. Tapi saya baru tahu film itu baru-baru ini dari teman saya, hehe. Meskipun sudah lama banget, tidak ada salahnya kan kalau saya berkomentar sedikit tentang film itu.

Bagi yang ingin menonton film tersebut, ini dia streamingnya yang dapat ditonton via Youtube:

Film besutan Ruth Redico (Yogyakarta) ini menggunakan bahasa Jawa untuk dialog pemeran-pemerannya. Bahasa Jawa yang dipakai adalah Jawa halus alias krama inggil. Tapi ada juga sih beberapa dialog yang pakai bahasa Jawa ngoko.

Kesan saya terhadap film ini adalah film ini cukup kocak dan menyentil. Apa yang disentil? Apalagi kalau bukan karakter orang Jawa yang sungkanan. Bahkan, sampai urusan makan pisang goreng pun masih sungkan-sungkan. Di mulut bilangnya mempersilakan yang lain untuk duluan (makan pisang goreng), padahal di dalam hatinya dia sendiri sangat menginginkan (pisang goreng itu). Kalau saya sih, jika sudah menyangkut urusan makanan, tidak sungkan-sungkan kalau memang saya suka dan lapar, hehe.

Di akhir film itu ada sebuah lagu penutup beraliran rap yang memiliki lirik yang mengangkat tema tentang budaya orang Jawa yang sungkanan itu. Kerennya, lagu rap itu menggunakan lirik bahasa Jawa! Ini dia kutipannya:

Basa-basi wong Jowo
Saiki dadi budoyo
Ning lambe arep ngomong opo
Njubule ning ati nduwe karep liyo

Salah sawijining
Sifate wong Jowo
Wis mbudidoyo
Soko jaman semono
Ora biso ilang
Ora biso diganti
Eh lho kok saiki malah ngisin-ngisini
Basa-basi dumadi soko rasa sungkan
Roso sungkan ning wong lan ewoh-ewohan
Wong tuwo ning enom
Cah enom ning tuwo
Biso-biso malah dadi marai molo

Walah, pancen mbingungke
Yen wis koyo ngene, suwe-suwe biso dadi padu
Cocot canyocot, malah dadi saru
Yen tangan lan sikil wis melu, ora urusanku
Ora usah tukaran, mending guyon-guyonan
Lha wong dhewe iki urip soko kekancan
Basa-basi kuwi yo mung kebiasaan
Ora basa-basi, yo ora popo tho yoo…

Malam Mingguan di Punclut

Malam minggu ini aku bersama teman-teman kontrakan dan dua teman anak Elektro jalan-jalan ke Punclut. Sekedar menghilangkan kejenuhan dalam rutinitas yang selalu dijalani. Namanya malam minggu, di Punclut sangat ramai malam itu. Saung-saung makan di sepanjang jalan di kawasan Punclut hampir semuanya kebagian pengunjung. Kami sengaja mencari tempat yang jauh, mencari saung yang agak sepi. Seperti biasa, menu kami malam itu adalah nasi merah yang menjadi khas dari saung-saung makan di Punclut ini. Lauknya memakai ayam bakar saja, ditemani dengan segelas bajigur/bandrek. Suasana malam yang dingin berkabut dan pemandangan kota Bandung di kejauhan sana dengan gemerlap lampunya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisata kuliner di Punclut. Kalau di Malang atau Batu, yang serupa dengan Punclut itu adalah kawasan Payung.

Pemandangan malam Bandung dari Punclut

Pemandangan malam Bandung dari Punclut

Menu nasi merah + ayam bakar

Menu nasi merah + ayam bakar

Perpustakaan Pusat Yang Terlupakan

Jangan salah mengartikan judul di atas. Dengar dulu penjelasan saya. Kata “terlupakan” di judul ini bukan berarti perpustakaan ini benar-benar dilupakan keberadaannya oleh mahasiswa ITB. Lebih tepatnya, sebenarnya judul itu saya tujukan untuk diri saya pribadi. kalau diingat-ingat sudah lama saya tidak mengunjungi perpustakaan pusat ITB ini. Terakhir kali kalau tidak salah saat aku semester 3. Waduhh… lama sekali itu. Kalau mengunjungi perpustakaan untuk sekedar menumpang sholat di musholla atau mampir ke toilet beda lagi ceritanya. Tentu saja itu sering saya lakukan, hehehe.

Yup, saya ingin bercerita menenai aktivitas saya seminggu terakhir ini di mana saya benar-benar intens mengunjungi perpustakaan pusat ITB ini. Untuk apa? Apalagi kalau bukan terkait urusan Tugas Akhir alias TA :D. Awalnya saya iseng mengunjungi perpustakaan ini untuk mencari buku-buku tentang Tata Bahasa Indonesia sebaga bahan TA saya. Eh, tak taunya ada. Tidak saya sangka memang, sebab notabene ITB adalah kampus sains dan teknik (plus seni). Tidak pernah terpikir oleh saya ada buku sastra di sana. Ternyata perpustakaan pusat ini memiliki koleksi yang lengkap. Bahkan, koleksi buku keinformatikaannya rasanya tidak kalah banyaknya dengan yang ada di perpustakaan prodi T. Informatika. Jadi, buat apa beberapa waktu yang lalu saya jauh-jauh ke perpustakaan Sastra Unpad (Universitas Padjadjaran). Memang sih, koleksi buku sastranya tidak selengkap yang ada di Unpad, tapi rasanya cukuplah buat jadi referensi TA saya. Tapi ada kekurangannya juga sih koleksi buku di perpustakaan pusat ini. Bukunya kebanyakan buku-buku jadul semua. Jarang sekali saya menemukan buku baru di sana, atau saya saja yang tidak tahu tempatnya, hihihi.

Namun, terus terang perpustakaan pusat ini benar-benar tempat yang nyaman buat belajar atau mengerjakan tugas. Jadi ingat saat masa saya tingkat 1 dulu. Perpustakaan pusat ini menjadi tempat favorit saya setiap akan ujian.

Perpustakaan pusat juga sudah banyak berbenah dibandingkan saat masa saya tingkat 1 dulu. Banyak fasilitas baru dan banyak acara juga di sana. Hmm, rasanya untuk mengerjakan tugas akhir ini, saya sudah memiliki tempat yang pas untuk menjadi tempat nongkrong saya, hehehe.

Perpustakaan pusat tampak dari atas

Perpustakaan pusat tampak dari atas

Salah satu sudut perpustakaan

Salah satu sudut perpustakaan

 

HOTOT: Recommended Twitter Client For Linux

Aktivitas Tugas Akhir (TA) semester ini memaksaku untuk selalu bekerja dengan lingkungan Linux. Maklum, rasanya lebih praktis mengoprek-oprek tools OpenNLP di Linux dibandingkan di Windows terutama saat proses build beberapa tools pendukung OpenNLP seperti Maxent dan Grok. Selain itu juga sesekali aku harus menggunakan bahasa Perl saat mengolah data training yang dibutuhkan.

Apapun itu yang kusebutkan di atas, intinya selama satu semester ini aku harus banyak berkutat dengan Linux. Kebetulan distro yang kupilih adalah Ubuntu 10.04. Agak jadul memang. Sebabnya aku sudah lama menginstal OS tersebut, tepatnya setahun yang lalu. Mau bagaimana lagi, malas juga harus settingsetting lagi kalau instal OS yang baru.

Nah, karena aku tidak mau ketinggalan berita dari teman-teman yang aku follow di twitter, aku pun mencari-cari twitter client yang bagus untuk di Linux. Kalau di Windows, aku menggunakan twitter client TweetDeck atau DestroyTwitter. Sebenarnya keduanya bisa diinstal di Linux juga (tinggal butuh instal adobe air saja). Namun, aku ingin mencoba yang lain, yang memang dibuat khusus untuk digunakan di Linux.

Setelah mencari-cari dan mencoba-coba aplikasi beberapa aplikasi twitter client yang ada di Ubuntu Software Center, akhirnya aku memutuskan untuk terus menggunakan HOTOT twitter client. Kenapa? Karena menurutku aplikasi itu cukup user friendly dan punya interface yang bagus. Fitur khasnya yang aku pikir sejauh ini tidak aku temukan di aplikasi twitter client yang lain (tetapi ada di twitter official web) adalah adanya pengelompokan untuk beberapa tweet yang merupakan conversation yang terjadi antara user A dan B.  Dengan adanya fitur itu, kita dapat melihat percakapan user A yang me-mention B dan sebaliknya.

Ini dia screenshot yang aku ambil untuk HOTOT twitter client itu:

Screenshot-Hotot

Screenshot-Hotot

Gimana? Cakep banget kan tampilannya. Orang bilang tampilannya itu punya iApp feel. Saat berpindah-pindah dari tab yang satu ke tab yang lain, juga ada efek sliding animation-nya. Nggak mboseninlah ngelihatnya :D. Oiya, HOTOT ini dibuat pakai pemrograman phyton lho. Keren juga ngoding phyton bisa bikin aplikasi seperti ini. Jadi tertarik belajar phyton, hehehe.

Untuk proses instalasinya (di Ubuntu), jalankan terminal lalu masukkan baris berikut ini:


> sudo add-apt-repository ppa:hotot-team
> sudo apt-get update
> sudo apt-get install hotot

Untuk review lain yang lebih lengkapnya bisa baca artikel yang satu ini: http://www.omgubuntu.co.uk/2010/09/hotot-the-hottest-new-twitter-app-for-linux/. Bagus banget review-nya. 😀

My Sleep Alarm: The Bike Song

Hahaha… Bingung mau nulis apa. Akhirnya, mau share saja lagu yang aku jadikan alarm di handphone-ku untuk setiap tidurku. Akhir-akhir ini aku menggunakan lagu “The Bike Song”, sebuah lagu dari Mark Ronson & The Business Intl, sebagai alarm tidurku. Senang aja sama lagu ini karena ada ringtone suara kring-kring bel sepeda di awalnya. Selain itu, lagunya juga semangat. Cocoklah buat alarm bangun pagi. Apalagi lagunya juga mengajak kita agar hidup sehat dengan berolahraga (baca: naik sepeda pancal).

Jadi, pesan lagu ini ketika dijadikan sebagai alarm bangun tidur adalah (dalam bahasa Jawa): “Kring.. kring.. Ayo ndang tangi, ndang olahraga le..” (Ayo buruan bangun, buruan olahraga) 😀

Coba deh simak video klipnya. Kocak abis cerita di video klip itu.

Nah, apa alarm bangun tidur Anda?

Jalan-Jalan ke Bromo

Belakangan ini di media massa banyak diberitakan mengenai peningkatan aktivitas vulkanik yang terjadi pada Gunung Bromo. Berbicara Gunung Bromo, aku jadi teringat kenangan masa SMA dulu. Saat itu aku dan teman-teman sekelas ngadain acara jalan-jalan ke Gunung Bromo untuk mengisi liburan kenaikan kelas (dari kelas XI ke kelas XII).

Jadi, pada hari itu, Rabu 5 Juli 2006, sehabis nonton semifinal Piala Dunia 2006 Jerman vs Italia yang dimenangkan Italia 2-0, aku sholat Subuh lalu langsung berangkat ke sekolah (SMAN 3 Malang). Ya, kami memang sudah janjian akan berangkat bareng-bareng sekelas dari sekolah. Aku dan teman-teman sekelas kala itu (Telocor XI IA-5) pergi jalan-jalan didampingi beberapa guru seperti Pak Basuki (beliau ini petualang sejati, di usianya yang sudah kepala 5 masih sanggup memimpin penjelajahan alam), Pak Ye (guru kesenian), mas Bison, dan mas Aswin (keduanya guru komputer). Tahu sendirilah, acara liburan kayak gitu tu nggak akan disetujui oleh pihak sekolah kalo tidak ada guru yang mendampingi.

Kumpul di sekolah

Kumpul di sekolah

Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi ketika kami berangkat dari sekolahan. Kami naik angkot bareng yang terbagi menjadi beberapa kloter ke Terminal Arjosari Malang kemudian dilanjutkan lagi perjalanan ke “rest house”, atau tempat singgah, milik keluarga ketua OSIS kami saat itu, Rani, di Tumpang. Di sana kami menunggu semua kloter berkumpul agar bisa berangkat bareng-bareng ke Bromo.

Istirahat di Rest House

Istirahat di Rest House

Dari sana kami melanjutkan perjalanan lagi dengan mencarter truk dan berhenti di kawasan pegunungan tempat perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Kabupaten Malang, nama daerahnya adalah Bantengan. Ketika itu waktu kira-kira sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Yang bikin aku dan teman-teman kagum, begitu turun dari truk, kami langsung disuguhi paronama yang sungguh menakjubkan. Subhanallah…! Tampak di kejauhan bawah sana hamparan rerumputan hijau yang sangat indah dengan barisan bukit-bukit di kanan kirinya. Tampak juga ada sebuah garis yang berkelak-kelok di bawah sana yang awalnya aku kira adalah sebuah sungai, yang nyatanya adalah sebuah jalan berpasir biasa. Subhanallah…! Bagaikan mimpi saja.

Panroma kaldera Bromo dari atas

Panroma kaldera Bromo dari atas

Di Bantengan itu kami beristirahat dulu sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Di tempat tersebut kami mengisi energi dulu. Ada yang bikin mie instan, makan sarapan bawaan masing-masing, sekedar minum kopi, sampai foto-foto. Kebetulan di tempat pemberhentian tadi itu ada sebuah gubug atau pos untuk beristirahat.

Istirahat di gubug

Istirahat di gubug

Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 pagi. Saatnya perjalanan dilanjutkan. Kali ini kami menyusuri hamparan ilalang menuruni bukit menuju kaldera Bromo purba yang tampak indah itu. Menariknya, meskipun saat itu matahari sudah hampir tepat di atas kepala, temperatur udara di kawasan itu cukup sejuk (kalo nggak mau disebut dingin). Mungkin sekitar 17 derajat. Makanya sangat disarankan untuk Anda yang pergi ke sana agar memakai jaket.

Angin semilir yang cukup sejuk benar-benar dan suasana yang benar-benar hening, sangat berbeda dengan di kota, membuat mata dan pikiran ini jadi segar. Benar-benar bikin rileks. Apalagi sepanjang perjalanan kita terus disuguhi panorama menakjubkan. Serulah pokoknya! 😀

Menuruni bukit

Menuruni bukit

Sampai di bawah kami behenti lagi di sebuah pos. Dari pos itu jarak menuju Bromo masih sekitar 6 km lagi. Continue reading

Software File Recovery

Beberapa waktu yang lalu saat saya sedang ngoprek-ngoprek kompie saya, tanpa sengaja ternyata yang saya lakukan membuat 2 hard drive saya tidak terbaca. Setelah coba googlinggoogling, tetap tidak menemukan solusi atas permasalahan yang saya hadapi. Akhirnya dengan terpaksa saya memformat ulang hard disk saya. Saya pun memutuskan untuk menginstal ulang OS lagi. Data-data di hard drive lain yang masih terbaca saya amankan dahulu.

Sesudah selesai install ulang, saya mencoba menginstal beberapa software recovery yang direkomendasikan oleh teman dan hasil googling juga, antara lain “File Scavenger” (versi 3.2), “Pandora Recovery” (versi 2.1.1), dan “Recover MyFiles” (versi 2.27).

Pertama, saya mencoba yang File Scavenger itu. Menurut teman saya itu, ini adalah software recovery terbaik yang pernah dia gunakan. Setelah melakukan proses scanning/searching yang begitu lama (saya menggunakan mode long dalam melakukan pencarian file), akhirnya muncul daftar file yang telah terhapus. Yang membedakan software ini dengan software recovery lainnya yang saya sebutkan di atas itu adalah daftar file ditampilkan secara lengkap beserta struktur direktorinya (path). Selain itu, File Scavenger juga hanya mencari file dengan kriteria yang sudah kita tentukan pada textbox “Search for”.

Tapi sayang, software tersebut sering gagal dalam me-recover file-file yang terhapus.  Sebenarnya file yang di-recover sudah muncul kembali sesuai dengan struktur direktori tempat dia di mana berasal. Akan tetapi kebanyakan file tersebut mengalami corrupt, bahkan untuk file audio seperti mp3, beberapa lagu terpotong-potong dan bergabung menjadi satu file. Jadinya kayak ndengerin lagu campursari (maksudnya lagunya kecampur-campur gitu… :lol:).

File Scavenger

File Scavenger

Mengingat kata teman saya bahwa software File Scavenger adalah yang terbaik menurutnya, saya sempat pesimis file-file saya dapat kembali. Tapi saya tetap mencoba software recovery yang lain. Berikutnya adalah “Pandora Recovery”. Berbeda dengan kedua software recovery yang lain,  Pandora merupakan freeware alias gratis..tis.. (nggak perlu mbajak :D).

Dalam hal pencarian file, Pandora memang berbeda dengan File Scavenger. Dalam melakukan scanning, Pandora tidak menggunakan informasi yang terdapat pada Master File Table (MFT) sehingga nama file pada daftar yang ditampilkan tidak sesuai dengan nama file sesungguhnya. Kita akan mendapati nama file dengan format “<jenis file> (<letak sektor / offset>)”, semisal “JPEG Image (3934104)”. Selain nama file, informasi mengenai date-modified dan file-path tempat di mana file berada juga tidak dicari. Untuk image file, sebelum di-recover, kita sudah bisa preview gambarnya seperti apa. Yang hebat dari Pandora, seluruh file yang ia temukan dapat di-recover dengan sempurna. Tapi sayangnya, tipe file yang bisa di-recover terbatas. Tipe file berjenis video (*.avi, *.wmv, *.mpg, *.mp4, dsb.), text file (*.txt, *.cs, *.c, *.java, dsb.),  dan file kompresi berekstensi rar ternyata tidak didukung.

Pandora

Pandora

Masih belum puas, saya googling mencari software recovery yang dapat mengembalikan file-file dengan ekstensi yang saya sebutkan di atas, khususnya textfile karena banyak file-file pemrograman saya yang ikut terhapus. Akhirnya, saya menemukan dan mencoba menggunakan software Recover My Files.

Ternyata proses pencariannya sama dengan Pandora. Hanya saja, jenis file yang didukung lebih banyak, bahkan bisa dibilang sangat banyak. Tapi sayang, file *.fla dan *.swf tidak didukung. Terpaksa harus saya ikhlaskan filefile flash saya… 😦 (lho, ikhlas kok terpaksa…  :wink:).

Akhirnya dengan Recover My Files, file-file kodingan saya dapat dikembalikan. Tetapi karena file di-recover tidak sesuai nama asal dan path-nya, saya harus memeriksa satu-satu untuk mengetahui file apakah itu dan kira-kira ada di folder project mana. Untuk jenis video, file-file yang memiliki durasi sekitar 10 menit ke bawah, kemungkinan besar dapat di-recover dengan sukses. Sedangkan untuk file dengan durasi di atas itu, berdasarkan pengalaman saya, kemungkinan besar maksimum hanya sekitar 5 menit awal yang dapat dikembalikan… 8)

Recover My Files

Recover My Files

Yang perlu diperhatikan adalah ketika kita ingin me-recover file sebaiknya jangan membuat file baru di harddisk kita karena ditakutkan ia akan meng-overwrite file yang ingin kita cari.

Link download (dari situs resminya):

– Pandora Recovery (Freeware): http://bit.ly/5k7AUR
– File Scavenger : http://bit.ly/asxpoQ
– Recover My Files : http://bit.ly/aW5y77