Category Archives: Tempat

Malam Mingguan di Punclut

Malam minggu ini aku bersama teman-teman kontrakan dan dua teman anak Elektro jalan-jalan ke Punclut. Sekedar menghilangkan kejenuhan dalam rutinitas yang selalu dijalani. Namanya malam minggu, di Punclut sangat ramai malam itu. Saung-saung makan di sepanjang jalan di kawasan Punclut hampir semuanya kebagian pengunjung. Kami sengaja mencari tempat yang jauh, mencari saung yang agak sepi. Seperti biasa, menu kami malam itu adalah nasi merah yang menjadi khas dari saung-saung makan di Punclut ini. Lauknya memakai ayam bakar saja, ditemani dengan segelas bajigur/bandrek. Suasana malam yang dingin berkabut dan pemandangan kota Bandung di kejauhan sana dengan gemerlap lampunya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisata kuliner di Punclut. Kalau di Malang atau Batu, yang serupa dengan Punclut itu adalah kawasan Payung.

Pemandangan malam Bandung dari Punclut

Pemandangan malam Bandung dari Punclut

Menu nasi merah + ayam bakar

Menu nasi merah + ayam bakar

Perpustakaan Pusat Yang Terlupakan

Jangan salah mengartikan judul di atas. Dengar dulu penjelasan saya. Kata “terlupakan” di judul ini bukan berarti perpustakaan ini benar-benar dilupakan keberadaannya oleh mahasiswa ITB. Lebih tepatnya, sebenarnya judul itu saya tujukan untuk diri saya pribadi. kalau diingat-ingat sudah lama saya tidak mengunjungi perpustakaan pusat ITB ini. Terakhir kali kalau tidak salah saat aku semester 3. Waduhh… lama sekali itu. Kalau mengunjungi perpustakaan untuk sekedar menumpang sholat di musholla atau mampir ke toilet beda lagi ceritanya. Tentu saja itu sering saya lakukan, hehehe.

Yup, saya ingin bercerita menenai aktivitas saya seminggu terakhir ini di mana saya benar-benar intens mengunjungi perpustakaan pusat ITB ini. Untuk apa? Apalagi kalau bukan terkait urusan Tugas Akhir alias TA :D. Awalnya saya iseng mengunjungi perpustakaan ini untuk mencari buku-buku tentang Tata Bahasa Indonesia sebaga bahan TA saya. Eh, tak taunya ada. Tidak saya sangka memang, sebab notabene ITB adalah kampus sains dan teknik (plus seni). Tidak pernah terpikir oleh saya ada buku sastra di sana. Ternyata perpustakaan pusat ini memiliki koleksi yang lengkap. Bahkan, koleksi buku keinformatikaannya rasanya tidak kalah banyaknya dengan yang ada di perpustakaan prodi T. Informatika. Jadi, buat apa beberapa waktu yang lalu saya jauh-jauh ke perpustakaan Sastra Unpad (Universitas Padjadjaran). Memang sih, koleksi buku sastranya tidak selengkap yang ada di Unpad, tapi rasanya cukuplah buat jadi referensi TA saya. Tapi ada kekurangannya juga sih koleksi buku di perpustakaan pusat ini. Bukunya kebanyakan buku-buku jadul semua. Jarang sekali saya menemukan buku baru di sana, atau saya saja yang tidak tahu tempatnya, hihihi.

Namun, terus terang perpustakaan pusat ini benar-benar tempat yang nyaman buat belajar atau mengerjakan tugas. Jadi ingat saat masa saya tingkat 1 dulu. Perpustakaan pusat ini menjadi tempat favorit saya setiap akan ujian.

Perpustakaan pusat juga sudah banyak berbenah dibandingkan saat masa saya tingkat 1 dulu. Banyak fasilitas baru dan banyak acara juga di sana. Hmm, rasanya untuk mengerjakan tugas akhir ini, saya sudah memiliki tempat yang pas untuk menjadi tempat nongkrong saya, hehehe.

Perpustakaan pusat tampak dari atas

Perpustakaan pusat tampak dari atas

Salah satu sudut perpustakaan

Salah satu sudut perpustakaan

 

Jalan-Jalan ke Bromo

Belakangan ini di media massa banyak diberitakan mengenai peningkatan aktivitas vulkanik yang terjadi pada Gunung Bromo. Berbicara Gunung Bromo, aku jadi teringat kenangan masa SMA dulu. Saat itu aku dan teman-teman sekelas ngadain acara jalan-jalan ke Gunung Bromo untuk mengisi liburan kenaikan kelas (dari kelas XI ke kelas XII).

Jadi, pada hari itu, Rabu 5 Juli 2006, sehabis nonton semifinal Piala Dunia 2006 Jerman vs Italia yang dimenangkan Italia 2-0, aku sholat Subuh lalu langsung berangkat ke sekolah (SMAN 3 Malang). Ya, kami memang sudah janjian akan berangkat bareng-bareng sekelas dari sekolah. Aku dan teman-teman sekelas kala itu (Telocor XI IA-5) pergi jalan-jalan didampingi beberapa guru seperti Pak Basuki (beliau ini petualang sejati, di usianya yang sudah kepala 5 masih sanggup memimpin penjelajahan alam), Pak Ye (guru kesenian), mas Bison, dan mas Aswin (keduanya guru komputer). Tahu sendirilah, acara liburan kayak gitu tu nggak akan disetujui oleh pihak sekolah kalo tidak ada guru yang mendampingi.

Kumpul di sekolah

Kumpul di sekolah

Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi ketika kami berangkat dari sekolahan. Kami naik angkot bareng yang terbagi menjadi beberapa kloter ke Terminal Arjosari Malang kemudian dilanjutkan lagi perjalanan ke “rest house”, atau tempat singgah, milik keluarga ketua OSIS kami saat itu, Rani, di Tumpang. Di sana kami menunggu semua kloter berkumpul agar bisa berangkat bareng-bareng ke Bromo.

Istirahat di Rest House

Istirahat di Rest House

Dari sana kami melanjutkan perjalanan lagi dengan mencarter truk dan berhenti di kawasan pegunungan tempat perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Kabupaten Malang, nama daerahnya adalah Bantengan. Ketika itu waktu kira-kira sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Yang bikin aku dan teman-teman kagum, begitu turun dari truk, kami langsung disuguhi paronama yang sungguh menakjubkan. Subhanallah…! Tampak di kejauhan bawah sana hamparan rerumputan hijau yang sangat indah dengan barisan bukit-bukit di kanan kirinya. Tampak juga ada sebuah garis yang berkelak-kelok di bawah sana yang awalnya aku kira adalah sebuah sungai, yang nyatanya adalah sebuah jalan berpasir biasa. Subhanallah…! Bagaikan mimpi saja.

Panroma kaldera Bromo dari atas

Panroma kaldera Bromo dari atas

Di Bantengan itu kami beristirahat dulu sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Di tempat tersebut kami mengisi energi dulu. Ada yang bikin mie instan, makan sarapan bawaan masing-masing, sekedar minum kopi, sampai foto-foto. Kebetulan di tempat pemberhentian tadi itu ada sebuah gubug atau pos untuk beristirahat.

Istirahat di gubug

Istirahat di gubug

Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 pagi. Saatnya perjalanan dilanjutkan. Kali ini kami menyusuri hamparan ilalang menuruni bukit menuju kaldera Bromo purba yang tampak indah itu. Menariknya, meskipun saat itu matahari sudah hampir tepat di atas kepala, temperatur udara di kawasan itu cukup sejuk (kalo nggak mau disebut dingin). Mungkin sekitar 17 derajat. Makanya sangat disarankan untuk Anda yang pergi ke sana agar memakai jaket.

Angin semilir yang cukup sejuk benar-benar dan suasana yang benar-benar hening, sangat berbeda dengan di kota, membuat mata dan pikiran ini jadi segar. Benar-benar bikin rileks. Apalagi sepanjang perjalanan kita terus disuguhi panorama menakjubkan. Serulah pokoknya! 😀

Menuruni bukit

Menuruni bukit

Sampai di bawah kami behenti lagi di sebuah pos. Dari pos itu jarak menuju Bromo masih sekitar 6 km lagi. Continue reading

Wisma UNISBA Ciburial

Masih berkaitan dengan tulisanku sebelumnya, kali ini aku mau berbagi gambaran mengenai Wisma UNISBA Ciburial ini. Diklatsar KOKESMA di wisma tersebut memang baru pertama kali. Sebelumnya kami sering mengadakan diklatsar tersebut di daerah Lembang.

Jarak wisma UNISBA ini kalau dari daerah Simpang Dago sebenarnya tidaklah jauh. Kalau naik motor, mungkin sekitar 15-20 menit sampailah. Bisa juga naik angkot Ciburial-Ciroyom ke daerah tersebut, tapi setelah sampai Ciburial harus melanjutkan dengan jalan kaki tetapi jaraknya tidak jauh. Angkot tersebut juga melewati daerah Simpang Dago.

Menurutku wisma UNISBA ini memang cocok buat mengadakan kegiatan-kegiatan sejenis diklat gitu karena lingkungan dan fasilitasnya sangat mendukung. Pertama, lokasinya berada di kawasan pegunungan. Suasananya yang dingin dan jauh dari keramaian membuat peserta diklat dapat mengikuti acara dengan fokus dan rileks. Kedua, fasilitas di sana yang cukup lengkap. Ada masjid yang cukup megah, ada ruang makan terpusat yang luas, ada asrama untuk penginapan, ada aula untuk rapat/seminar, dan ada lapangan yang cukup luas juga. Jadi, dijamin acara yang kita susun akan bisa lebih bervariasi. Yang uniknya lagi, di sana juga dipasang tali merentang dari pohon di dekat masjid ke salah satu bangunan di wisma tersebut yang posisinya lebih tinggi, yang kabarnya dapat digunakan untuk flying fox juga. Tapi, waktu kami berada di sana saat diklatsar kemarin tidak tampak perangkat untuk flying fox tersebut selain cuma tali dan tempat pendaratannya.

Ruang Makan

Ruang Makan

Masjid Wisma Unisba

Masjid Wisma Unisba

Tempat Flying Fox

Tempat Flying Fox

Banyak kegiatan diklat-diklat seperti itu yang diadakan oleh organisasi mahasiswa seperti Kabinet KM ITB yang mengadakan Diklat Aktivis Terpusat dan diklat yang diadakan Keluarga Mahasiswa Islam (GAMAIS) ITB. Keduanya juga mengadakan di wisma UNISBA tersebut. Nah, ITB apakah punya tempat seperti itu ya? 😀