Category Archives: Kuliner

Kegiatan kuliner yang kulakukan, info kuliner

Halaman Lisung

[Kuliner] Lisung The Dago Boutique Resto

(Lagi-lagi) masih seputar kuliner. Jadi sekitar 3 minggu yang lalu (21/2) aku dan 3 orang teman kontrakan keluar malam mingguan untuk nyobain tempat kuliner baru (maklum jomblo-jomblo jadi malam mingguannya ya sama teman-teman kontrakan, eh ada satu ding yang LDR, wkwkwk).

Sebelum berangkat, kami googling-googling dulu tempat yang ada di sekitaran Dago atas. Kenapa kami pilih Dago atas, karena tempatnya nggak terlalu jauh dari kontrakan, suasananya lebih adem, dan banyak pilihan tempat kuliner. Kriteria tempat yang kami cari waktu itu, punya menu dan tempat yang nggak biasa.

Akhirnya tanpa disengaja ketemulah tempat makan yang namanya “Lisung” (Apakah ada hubungannya dengan lesung pipit? Entahlah). Katanya sih tempatnya romantis. Eitss… tahan dulu, tentu saja ini bukan alasan satu-satunya kami memutuskan untuk pergi ke sana. Masa iya Continue reading

Nasi Bebek Kremes (Rp29.500) + Es Campur (Rp12.000)

[Kuliner] Bebek Kaleyo Bandung

Masih seputar kulineran Bandung. Kali ini aku dan teman-teman kontrakan mencoba kuliner Bebek Kaleyo yang beralamat di Jalan Pasir Kaliki no. 185-189. Rumah Makan Bebek Kaleyo Jalan Pasir Kaliki ini merupakan cabang yang pertama di Bandung, dan baru dibuka akhir bulan Januari yang lalu.

Outlet Bebek Kaleyo ini berada dalam satu area dengan Bali Heaven Factory Outlet. Posisinya berada di pojok jalan perempatan Pasir Kaliki-Pasteur. Lokasi gerbang masuknya berada di sebelah kiri jalan ke arah BTC/Tol Pasteur.

Kami datang ke sana pada malam Minggu kemarin (14/2). Seminggu sebelumnya kami sempat kecele datang pada hari Minggu. Sampai di sana kami baru tahu kalau ternyata Continue reading

Iga Bakar Mas Giri

[Kuliner] Iga Bakar Mas Giri

Udah lama aku nggak nulis tentang kulineran haha. Jadi Hari Minggu malam yang lalu (8/2) aku bersama dua orang teman satu kontrakan keluar menembus segarnya Kota Bandung yang habis diguyur gerimis sepanjang sore.

Tujuan kami awalnya adalah tempat makan baru yang ada di pojok perempatan Pasteur-Pasir Kaliki (coba tebak apa nama tempatnya haha?). Sialnya kami baru tahu kalau hari Minggu ternyata tempat makan itu tutup.

Secara random tiba-tiba keluar kata kunci “Riau” (karena kami tahu di sana banyak tempat makan), “iga”, dan “kambing” (kalau yang ini nggak tahu dasarnya apa haha). Akhirnya kami mengubah haluan ke arah Jl. RE Martadinata (Riau). Yang kami tahu di sana ada Iga Bakar Mas Giri yang terletak di seberang Taman Pramuka, di sebelah rumah makan Bebek Garang. Di antara kami bertiga, hanya 1 orang yang sudah pernah ke sana. Itupun sudah lama, tahun 2008. Akhirnya diputuskan Continue reading

[Kuliner] Karnivor Restaurant

Kamis pekan lalu (17/7) aku dan teman-teman kantor mengadakan event buka bersama. Kali ini tempat yang menjadi pilihan kami adalah Karnivor Restaurant yang berlokasi di Jalan Riau no. 127, Bandung. Ini pengalaman pertamaku mencoba menu makanan di sana.

Reservasi tempat

Pada event buka bersama ini aku kebagian urusan reservasi tempat. Total ada 14 orang yang saat itu rencananya akan ikut buka bersama. Tentu akan riskan apabila kami spontan datang ke sana. Dengan jumlah orang sebanyak itu belum tentu kami bisa mendapatkan tempat saat datang ke sana menjelang waktu berbuka.

Sangat mudah untuk menemukan nomor telepon reservasi Karnivor ini. Di akun Twitternya @KARNIVOResto dan page Facebooknya @Karnivor-Restaurant sudah dengan jelas tertera nomor telepon yang bisa dihubungi, yakni 022-7103111.

Dua hari sebelum hari H aku pun menelepon ke sana. Dari percakapan telepon itu aku baru tahu sebenarnya untuk reservasi itu jumlah minimal orangnya adalah 15. Namun, karena kami jumlah orangnya dekat-dekat itu jadi masih bisa ditoleransi lah, hehe.

Untuk reservasi ini kami harus membayar DP 200 ribu sebagai tanda jadi reservasi. Selain itu kami juga sudah harus menentukan menu-menu yang kami pesan. Jadi pihak Karnivor mengirimkan file image (resolusi tinggi) menu makanan dan minuman di sana via email kepada kami, kemudian kami mencatat menu apa saja yang kami order.

Menu makanan

Menu makanan

Menu minuman

Menu minuman

Keesokan harinya atau H-1 aku dan salah seorang teman kantor datang ke Karnivor Restaurant. Kami menyerahkan daftar menu yang kami order pada secarik kertas dan membayar 200 ribu rupiah sebagai DP. Mbak-mbak yang melayani kami kemudian memberikan kwitansi sebagai bukti DP.

Menu-menu yang dipesan

Pada hari H kami datang beberapa menit menjelang pukul setengah 6 sore. Masih ada waktu sekitar 20 menitan sebelum adzan Maghrib. Kami langsung menuju ke meja yang sudah disiapkan oleh pihak Karnivor. Alhamdulillah ada ta’jil gratis yang disediakan oleh mereka di lobby depan untuk para pengunjung, yakni air kacang hijau.

Sekitar 10 menit setelah kami datang, makanan-makanan dan minuman-minuman yang sudah kami pesan sehari sebelumnya mulai diantarkan ke meja kami. Menu yang aku pesan saat itu adalah Continue reading

[Kuliner] Lawang Wangi Café & Art Space

Review kulineran kali ini masih di kawasan utara Bandung, tepatnya Dago Giri. Nama restonya, Lawang Wangi Cafe & Art Space. Lokasi tepatnya bisa dicek di halaman Foursquare ini. Dari terminal Dago lurus terus, tak jauh dari situ ada percabangan jalan, ambil jalan ke bawah (sebelah kiri). Sekitar 2 km menyusuri jalan utama, akan mendapati Lawang Wangi cafe di sebelah kanan jalan.

Posisi Lawang Wangi ini berada di daerah perbukitan, jadi tak heran malam itu hawanya lebih dingin dibandingkan daerah Bandung pada umumnya. Dari balkon lantai 2 Lawang Wangi ini kita bisa melihat view Kota Bandung. Malam itu view yang tampak adalah hanya gemerlap cahaya lampu dari Kota Bandung. Kalau siang, tentu akan lebih tampak jelas wajah Kota Bandung.

Balkon lantai 2

Balkon lantai 2

Sesuai namanya, Lawang Wangi ini bukan sekedar cafe biasa. Di sana juga terdapat galeri seni yang memasang karya-karya seni seperti foto-foto, lukisan, alat musik tradisional, dan produk-produk handcraft lainnya. Galeri seni itu menempati ruang yang sangat lapang di lantai 1. Sementara cafenya berada di lantai 2. Ada meja yang berada di dalam ruangan, dan ada juga meja yang berada di balkon.

Malam itu kami cukup beruntung. Ketika kami datang, masih ada satu meja berkapasitas 5 orang yang tersisa. Setelahnya, beberapa rombongan orang yang datang terpaksa harus masuk waiting list. Namun, rasanya masuk waiting list pun tak terlalu masygul karena bisa menunggu sambil berkeliling melihat galeri seni di sana.

Sekarang tibalah saatnya kita melihat daftar menu yang ada di sana. Pertama yang kulihat adalah range harganya. Kisaran harga makanan dan minuman yang disediakan di Lawang Wangi ini tidak jauh berbeda dari Congo Cafe & Gallery yang pernah kukunjungi awal Juli lalu. Range harga makananannya berkisar antara 45-75 ribuan. Sementara minumannya, berkisar antara 15-30 ribuan. Jangan lupa, harga tersebut belum termasuk pajak 10% dan service charge 5%.

Karena penasaran dengan menu yang ada kata-kata “Lawangwangi”-nya, aku memesan Chicken Lawangwangi (52k). Selain Chicken Lawangwangi, ada juga Ayam Penyet Lawangwangi (aku lupa harganya). Untuk minumannya, aku memesan Moonlight (30k). Soal rasa, menurutku keduanya (Chicken Lawangwangi dan Moonlight) enak kok.

 

Chicken Lawangwangi ini disajikan dengan potato wedges dan beberapa iris wortel dan brokoli, serta blackpepper sauce. Sauce-nya bisa dipilih sebenarnya. Ada blackpepper, mushroom, dan barbeque. Ayamnya sendiri digoreng pakai tepung. Tekstur dagingnya lembut. Di dalamnya sepertinya ada campuran keju kalau aku tidak salah. Sementara Moonlight, disajikan dengan air sprite dan nata de coco.

Terakhir, kalau butuh tempat untuk menghabiskan waktu mengobrol dengan teman, atau mengerjakan tugas bareng, Lawangwangi bisa jadi salah satu opsi. Tempatnya nyaman, view-nya di sana juga ok, udaranya sejuk apalagi kalau malam lumayan dingin, dan ada wifi-nya. Waktu kami ke sana, teman ada yang nyoba torrent bisa sampai 92 kbps, hihi. Tapi tidak disarankan untuk ke sini sering-sering, karena bisa bikin kantong kering, hehe. 😀

[Kuliner] Congo Cafe & Gallery

Sebenarnya kulineran yang satu ini sudah terjadi hampir dua minggu yang lalu sih. Kulineran kali ini adalah acara traktirannya salah seorang teman yang wisuda pada bulan Juli ini. Alhamdulillah… lagi-lagi ditraktir, hehe. 😀

Congo Cafe & Gallery ini terletak di kawasan Dago Pakar, Bandung utara, tepatnya di Jl. Rancakendal Luhur No. 8. Karena lokasinya yang berada di perbukitan, hawa di sana cukup sejuk. Kami ke sana pada malam hari dan suhunya lumayan dingin ketika itu. Walaupun berada di perbukitan, jangan berharap untuk dapat melihat view kelap-kelip cahaya lampu kota sebagaimana view yang tampak dari Punclut.

Karena kami di sana malam hari, pemandangan sekitar, termasuk area Congo Cafe & Gallery ini kurang tampak jelas olehku. Maklum, pencahayaan di luar menurutku kurang begitu terang, sehingga aku tak mengetahui dengan jelas ada apa saja sih sebenarnya di are Congo Cafe ini. Yang jelas, areanya terbilang sangat luas dan terdiri atas dua bangunan utama kalau tidak salah. Ada live music-nya juga ketika itu, cuma adanya di bangunan yang berbeda dari tempat kami makan. Bangunannya sih semi outdoor gitu.

Congo Cafe & Gallery

Congo Cafe & Gallery

Disebut “Gallery” mungkin karena di cafe ini juga terdapat galeri yang memajang karya-karya seni dari pahatan kayu. Sekali lagi, karena kami ke sana malam hari, dan pencahayaan yang agak remang-remang, jadi benda-benda pahatan kayu tersebut tak terlalu menyita perhatianku. Ada sih beberapa, seperti meja kayu yang berada di dekat pintu masuk, di foto berikut di bawah ini. Yang jelas furnitur-furniturnya didominasi oleh kayu. Itulah yang menurutku membuat suasana di sini cukup tradisional, asri, dan nyaman.

meja

Sementara itu, untuk harga makanannya range-nya sekitar 40-80 ribu rupiah. Untuk minuman, kalau tidak salah rata-rata sekitar 15-30 ribu.

Malam itu, aku memesan T-bone steak dan minumannya adalah Strawberry Sensation. Dari segi rasa, untuk T-bone aku rasa cukup enak, tidak kalah dengan T-bone yang di Abuba Steak menurutku. Sementara itu, jika Anda penggemar strawberry, Strawberry Sensation benar-benar recommended buat Anda! Enak banget, jus strawberry dengan es krim rasa strawberry di atasnya. Harganya 25 ribu kalau tidak salah. Untuk yang T-bone, aku sudah lupa hehe… maklum ditraktir, jadi kurang begitu aware sama harganya :D.

T-Bone Steak

T-Bone Steak

Strawberry Sensation

Strawberry Sensation

Sirloin steak

Sirloin steak

Bagi Anda yang ingin menikmati makan malam sambil kedinginan, eh, maksudnya merasakan hawa yang sejuk, Congo Cafe & Gallery ini cukup recommended. Walaupun furniturnya didominasi kayu, tapi tempat duduknya pakai sofa kok, jadinya terasa agak angetan. Mau rombongan banyak orang pun, di sini juga difasilitasi. Kami kemarin sekitar 10 atau 11 orang bisa duduk mengelilingi satu meja.

[Kuliner] Giggle Box

Sekitar seminggu yang lalu (Sabtu, 29/06) aku ditraktir makan-makan oleh salah seorang teman yang akan wisuda Juli ini. Waktu itu yang bersangkutan bingung menentukan tempat. Akhirnya aku usulkan saja resto Giggle Box. Sebulan yang lalu aku baru tahu ada resto ini ketika lewat di daerah Setiabudhi, Bandung, tepatnya di Jalan Karangsari yang menghubungkan jalan Setiabudhi dan Sukajadi (dekat SPBU Setiabudhi).

Sesuai namana, resto ini memiliki desain arsitektur yang menyerupai sebuah kotak raksasa. Sayang aku nggak sempat memfotonya secara menyeluruh. Cuma penampakan pintu depannya saja ketika hari sudah gelap.

Giggle Box

Giggle Box

Ketika memasuki ruangan dalam Giggle Box ini, aku seolah merasakan tengah kembali ke masa lampau dan berada di sebuah rumah di Barat sana. Di dinding-dindingnya banyak terdapat lukisan atau foto orang-orang Eropa bergaya pakaian ‘jadul’. Musik yang disetel kebanyakan musik klasik khas Eropa atau macam musik Opera gitu, sehingga semakin memperkuat kesan keeropa-eropaannya.

Suasana interior Giggle Box

Suasana salah satu ruang interior Giggle Box

Walaupun suasana dan dekorasinya Eropa banget, tapi menu masakannya sangat variatif, tak hanya makanan khas Eropa saja. Ada spaghetti, steak, lasagna, salad, nasi goreng, nasi putih, dsb. Untuk camilannya, martabak pun ada. Untuk ukuran resto dengan dekorasi yang terkesan ‘wah’ ini, harga menu-menu makanan dan minumannya termasuk murah. Kisarannya mulai dari 10 sampai 50 ribuan.

Ini dia beberapa cuplikan daftar menunya:

Menu Makanan

Menu Makanan

Menu Dessert

Menu Dessert

Untuk makanan, aku memesan “Grilled Chicken Vietnam”. Di daftar menu, menu tersebut mendapatkan label “Must Try” yang artinya cukup salah satu menu rekomendasi di Giggle Box ini. Harganya Rp 20 ribu. Satu porsinya lumayan banyak. Dengan seporsi nasi dan ayam dengan ‘lalapan’ macam selada dan wortel dan kol yang diiris kecil-kecil dan sausnya, cukup bikin kenyanglah.

Grilled Chicken Vietnam

Grilled Chicken Vietnam

Untuk minumannya aku memilih Chocolagio, es coklat dengan krim bertabur meses ceres dan ada semacam remah-remah Oreo-nya.

Chocolagio

Chocolagio

Sedangkan untuk ‘camilan’-nya aku memesan “martabak” (Rp 10 ribu) dan “Tripple Dupper Ice Cream” (Rp 17 ribu). Hehe, penasaran saja sih sama martabak ala resto itu gimana. Ternyata rasanya masih kalah dengan martabak-martabak telor yang pernah kubeli dipinggir jalan. Eitss, maksudku martabak yang di sini sebenarnya pun enak, cuma aku pernah merasakan martabak telor yang lebih enak dari yang ini.

Martabak telor

Martabak telor

Sedangkan Tripple Dupper Ice Cream sendiri adalah ‘gundukan’ ice cream yang terdiri atas 3 rasa, kalau tidak salah ada rasa cokelat, vanila, dan strawberry. Sayangnya yang aku foto di bawah ini adalah Tripple Dupper yang sudah nggak berbentuk alias sudah nyaris habis dimakan, hehe. Tampilan aslinya sih menarik dan rasanya pun enak.

Tripple Dupper Ice Cream

Tripple Dupper Ice Cream

Setelah makan di sini, kesan keseluruhan terhadap Giggle Box, tempatnya cukup nyaman buat kumpul-kumpul bareng teman. Harga menu-menunya relatif murah. Walaupun murah, rasa masakannya cukup enak. Well, setidaknya dari menu yang kucoba sih.