(Lagi-lagi) masih seputar kuliner. Jadi sekitar 3 minggu yang lalu (21/2) aku dan 3 orang teman kontrakan keluar malam mingguan untuk nyobain tempat kuliner baru (maklum jomblo-jomblo jadi malam mingguannya ya sama teman-teman kontrakan, eh ada satu ding yang LDR, wkwkwk).
Sebelum berangkat, kami googling-googling dulu tempat yang ada di sekitaran Dago atas. Kenapa kami pilih Dago atas, karena tempatnya nggak terlalu jauh dari kontrakan, suasananya lebih adem, dan banyak pilihan tempat kuliner. Kriteria tempat yang kami cari waktu itu, punya menu dan tempat yang nggak biasa.
Akhirnya tanpa disengaja ketemulah tempat makan yang namanya “Lisung” (Apakah ada hubungannya dengan lesung pipit? Entahlah). Katanya sih tempatnya romantis. Eitss… tahan dulu, tentu saja ini bukan alasan satu-satunya kami memutuskan untuk pergi ke sana. Masa iya cowok-cowok nyari tempat makan yang romantis #KetawaMeringis.
Kriteria menu dan tempat yang nggak biasa, menurut kami dua-duanya terpenuhi di sana. Tempatnya unik. Suasananya cukup tadisional. Bangunannya model tradisional yang pondasi (Btw yang bener pondasi atau fondasi hayo? :D) dan interiornya didominasi oleh kayu. Dari sana kita dapat melihat view gemerlap lampu Kota Bandung (kalau ke sana malam hari tentunya).
Menunya juga terdengar cukup unik. Di beberapa blog yang sempat kubaca, di antaranya menyebutkan menu nasi panggang kompeni. Menu tersebut sukses membuat aku jadi penasaran. Mungkin yang agak mengganjal di hati, ehm, harganya yang nggak bisa dibilang murah juga. Nggak apa-apalah, sekali-sekali makan enak #TapiBesoknyaLangsungMakanIndomie3Hari :D.
Rute ke sana cukup gampang. Tinggal ikuti aja rute angkot Ciroyom-Ciburial yang ke arah Ciburial (tapi kalau malam, angkotnya udah nggak ada yang lewat kayaknya). Dari Simpang Dago jalan ke atas terus. Terminal Dago jadi check point pertama. Jalan lurus aja terus, jangan belok ke kiri.
Check point kedua adalah pertigaan Tahura (Taman Hutan Rakyat) Ir. H. Djuanda. Di pertigaan tersebut masih lurus terus, tapi mulai siap-siap untuk belok kiri. Tepatnya setelah papan penunjuk jalan Sierra Cafe & Lounge, belok kiri. Habis itu lurus terus menyusuri jalan utama sampai ketemu Lisung The Dago Boutique Resto. Lumayan jauh sih sejak belokan tadi. Sepanjang jalan itu kita bakal melewati banyak resto yang berada di kanan kiri jalan juga.
Lisung ini ada di sisi kanan dan kiri jalan. Yang sebelah kiri sepertinya bangunan baru. Kami waktu itu memilih untuk masuk ke bangunan yang berada di sebelah kanan.
Suasananya lumayan ramai waktu itu. Namun jangan khawatir, di sana ada banyak meja kok. Tapi sayangnya meja dengan view yang menghadap ke pemandangan kota Bandung lagi isi semua waktu itu.
Oh ya, ada yang menarik di Lisung ini. Tahu “Love Padlocks” yang populer di Paris, Seoul, dan belahan dunia lainnya. Di sini pun juga ada. Namun untuk bisa ikutan pasang gembok di sana, harus daftar dulu ke manajemen Lisung. Ada biayanya kalau aku tidak salah. Gembok akan terpasang di sana selama 1 tahun.
Malam itu aku memesan menu Nasi Panggang Kompeni (Rp49.000). Sebenarnya aku sempet bingung juga mau pesan menu yang mana. Soalnya pilihannya banyak, dan dari foto-fotonya semua tampak menggoda. Tapi karena niat dari awal sebelum berangkat pingin nyobain nasi panggang kompeninya, akhirnya aku bisa menahan godaan untuk berganti menu yang lain haha. Untuk minumnya aku pesan es Milkshaked cokelat (Rp24.000). Sementara itu teman-teman yang lain untuk makanannya pesan menu Lisung Pizza (Rp62.000), Bebek Bumbu Hijau (Rp49.000), Konro Steak Lisung (Rp69.000).
Sayangnya, pada pengalaman pertama kami ke Lisung ini, kami dibuat kecewa dengan pelayanannya. Lama sekali pesanan kami diantar. Setelah setengah jam, pesanan Bebek Bumbu Hijau dan Lisung Pizza datang duluan. 15 Menit kemudian Konro Steak Lisung datang. Sekitar 15 menit kemudian baru pesananku, Nasi Panggang Kompeni, datang. Sekitar 5 menit sebelum itu, minuman yang kupesan untungnya datang lebih dahulu. Hmm… total ada 1 jam aku menunggu pesanan.
Entahlah. Mungkin karena malam itu malam Minggu dan kebetulan tengah ramai pengunjung. Pelayannya kulihat tampak cukup hectic. Untungnya suasananya cukup nyaman dibuat berlama-lama di sana. Aku dan teman-teman menghabiskan waktu menunggu dengan mengobrol banyak ngalor-ngidul.
Soal rasa, menurutku Nasi Panggang Kompeni enak banget. Rasanya memang unik. Nggak nyesel aku pesan menu ini. Lahap banget aku makannya. Mungkin karena memang udah lapar juga nungguin lama hehe.
Sempet nyobain Lisung Pizza yang dipesen sama teman. Dibandingkan dengan pizza yang sudah ternama, rasanya menurutku memang biasa aja sih. Agak hambar malah. Tapi porsinya banyak sih. Enak buat “ngemil” rame-rame.
Walaupun agak kecewa dengan lamanya pelayanan pesanan kami di pengalaman pertama ini, kayaknya next time masih pingin nyobain lagi ke sini. Tempatnya memang enak sih dipakai nongkrong lama-lama dan suasananya romantis. Pingin nyobain menunya yang lain juga di sana.
Soal tempat sholat, jangan khawatir. Di sana ada mushola yang cukup nyaman digunakan untuk sholat. Tempatnya bersih dan cukup luas.
lisung itu tempat utk menumbuk padi 😀 http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/ensiklo-det.php?id=30&lang=id
LikeLike