Tag Archives: resto

Halaman Lisung

[Kuliner] Lisung The Dago Boutique Resto

(Lagi-lagi) masih seputar kuliner. Jadi sekitar 3 minggu yang lalu (21/2) aku dan 3 orang teman kontrakan keluar malam mingguan untuk nyobain tempat kuliner baru (maklum jomblo-jomblo jadi malam mingguannya ya sama teman-teman kontrakan, eh ada satu ding yang LDR, wkwkwk).

Sebelum berangkat, kami googling-googling dulu tempat yang ada di sekitaran Dago atas. Kenapa kami pilih Dago atas, karena tempatnya nggak terlalu jauh dari kontrakan, suasananya lebih adem, dan banyak pilihan tempat kuliner. Kriteria tempat yang kami cari waktu itu, punya menu dan tempat yang nggak biasa.

Akhirnya tanpa disengaja ketemulah tempat makan yang namanya “Lisung” (Apakah ada hubungannya dengan lesung pipit? Entahlah). Katanya sih tempatnya romantis. Eitss… tahan dulu, tentu saja ini bukan alasan satu-satunya kami memutuskan untuk pergi ke sana. Masa iya Continue reading

Advertisement

[Kuliner] Giggle Box

Sekitar seminggu yang lalu (Sabtu, 29/06) aku ditraktir makan-makan oleh salah seorang teman yang akan wisuda Juli ini. Waktu itu yang bersangkutan bingung menentukan tempat. Akhirnya aku usulkan saja resto Giggle Box. Sebulan yang lalu aku baru tahu ada resto ini ketika lewat di daerah Setiabudhi, Bandung, tepatnya di Jalan Karangsari yang menghubungkan jalan Setiabudhi dan Sukajadi (dekat SPBU Setiabudhi).

Sesuai namana, resto ini memiliki desain arsitektur yang menyerupai sebuah kotak raksasa. Sayang aku nggak sempat memfotonya secara menyeluruh. Cuma penampakan pintu depannya saja ketika hari sudah gelap.

Giggle Box

Giggle Box

Ketika memasuki ruangan dalam Giggle Box ini, aku seolah merasakan tengah kembali ke masa lampau dan berada di sebuah rumah di Barat sana. Di dinding-dindingnya banyak terdapat lukisan atau foto orang-orang Eropa bergaya pakaian ‘jadul’. Musik yang disetel kebanyakan musik klasik khas Eropa atau macam musik Opera gitu, sehingga semakin memperkuat kesan keeropa-eropaannya.

Suasana interior Giggle Box

Suasana salah satu ruang interior Giggle Box

Walaupun suasana dan dekorasinya Eropa banget, tapi menu masakannya sangat variatif, tak hanya makanan khas Eropa saja. Ada spaghetti, steak, lasagna, salad, nasi goreng, nasi putih, dsb. Untuk camilannya, martabak pun ada. Untuk ukuran resto dengan dekorasi yang terkesan ‘wah’ ini, harga menu-menu makanan dan minumannya termasuk murah. Kisarannya mulai dari 10 sampai 50 ribuan.

Ini dia beberapa cuplikan daftar menunya:

Menu Makanan

Menu Makanan

Menu Dessert

Menu Dessert

Untuk makanan, aku memesan “Grilled Chicken Vietnam”. Di daftar menu, menu tersebut mendapatkan label “Must Try” yang artinya cukup salah satu menu rekomendasi di Giggle Box ini. Harganya Rp 20 ribu. Satu porsinya lumayan banyak. Dengan seporsi nasi dan ayam dengan ‘lalapan’ macam selada dan wortel dan kol yang diiris kecil-kecil dan sausnya, cukup bikin kenyanglah.

Grilled Chicken Vietnam

Grilled Chicken Vietnam

Untuk minumannya aku memilih Chocolagio, es coklat dengan krim bertabur meses ceres dan ada semacam remah-remah Oreo-nya.

Chocolagio

Chocolagio

Sedangkan untuk ‘camilan’-nya aku memesan “martabak” (Rp 10 ribu) dan “Tripple Dupper Ice Cream” (Rp 17 ribu). Hehe, penasaran saja sih sama martabak ala resto itu gimana. Ternyata rasanya masih kalah dengan martabak-martabak telor yang pernah kubeli dipinggir jalan. Eitss, maksudku martabak yang di sini sebenarnya pun enak, cuma aku pernah merasakan martabak telor yang lebih enak dari yang ini.

Martabak telor

Martabak telor

Sedangkan Tripple Dupper Ice Cream sendiri adalah ‘gundukan’ ice cream yang terdiri atas 3 rasa, kalau tidak salah ada rasa cokelat, vanila, dan strawberry. Sayangnya yang aku foto di bawah ini adalah Tripple Dupper yang sudah nggak berbentuk alias sudah nyaris habis dimakan, hehe. Tampilan aslinya sih menarik dan rasanya pun enak.

Tripple Dupper Ice Cream

Tripple Dupper Ice Cream

Setelah makan di sini, kesan keseluruhan terhadap Giggle Box, tempatnya cukup nyaman buat kumpul-kumpul bareng teman. Harga menu-menunya relatif murah. Walaupun murah, rasa masakannya cukup enak. Well, setidaknya dari menu yang kucoba sih.

[Kuliner] Kopi Progo

Mendengar kata “Progo” pertama kali yang terbayang olehku adalah nama sebuah sungai yang cukup terkenal di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Entahlah apakah nama resto “Kopi Progo” yang kukunjungi malam minggu kemarin memiliki kaitan dengan nama sungai itu.

Jadi ceritanya pada malam minggu kemarin (08/06) aku dan 4 orang teman pergi kulineran ke resto Kopi Progo yang berada di Jalan Sumatera no. 20, Bandung. Pilihan Kopi Progo ini atas usulan salah seorang teman yang ingin menikmati kuliner sambil ditemani iringan musik live accoustic.

Sebenarnya ada alternatif lain. Namun, karena malamnya kami ingin menonton film di Bandung Indah Plaza (BIP), kami pilihlah Kopi Progo yang lokasinya hanya berjarak sekitar 1 km dengan BIP. Di Bandung selain di Jalan Sumatera, Kopi Progo juga memiliki cabang di Jalan Progo no. 22. Hmm… jangan-jangan nama Progo berasal dari nama jalan itu sebenarnya.

Malam itu aku memesan Beef Stroganoff dengan Butter Rice (35.5k), salah satu yang direkomendasikan oleh kakak waitress yang melayani kami. Sedangkan minumannya aku memesan Ice Kopi Progo (14k). Agak nggak umum sih minum kopi pakai es, hehe. Butter rice alias nasi bermentega yang disajikan bersama beef stroganoff ternyata cukup enak juga. Seandainya masih kurang, kita pun bisa memesan lagi nasi mentega itu saja.

Beef Stroganoff with Butter Rice

Beef Stroganoff with Butter Rice

Menu lainnya yang kami pesan adalah Pasta Carbonara. Aku sempat mencobanya sedikit. Menurutku, bumbu kejunya terasa kental sekali. Sebagai penggemar keju, rasa pasta tersebut cukup enak di lidahku. Untuk minumannya, teman-temanku memesan Ice Chocolate Progo dan Hot Chocolate Progo. Hot Chocolate Progo disajikan dengan cukup unik, yakni ada taburan cokelat granule yang membentuk pola hati.

Ice Kopi Progo

Ice Kopi Progo

Hot Chocolate Progo

Hot Chocolate Progo

 

Sementara itu, untuk camilan bersama kami memesan Cheese & Chili Fries (25k). Umm … kentang goreng ini memiliki rasa yang khas yang berbeda dengan rasa french fries pada umumnya. Saus kejunya menjadi teman makan yang melezatkan, nggak perlu pakai saus tomat. Selain itu, kentang ini juga ditaburi chili yang berupa serbuk gitu.

Cheese & Chili Fries

Cheese & Chili Fries

Berbicara mengenai desain interior resto Kopi Progo Jln. Sumatera ini, antara area makan dengan kitchen hanya dipisahkan oleh sebuah dinding kaca. Kebetulan posisi meja kami bersebelahan dengan kitchen itu. Jadi bisa melihat aktivitas para koki di dalam dapur :D.

Kitchen

Kitchen

Sedangkan posisi panggung berada di sudut kiri dalam dari pintu masuk. Jangan dibayangkan panggung ini ukurannya besar mirip di acara konser gitu :D. Mini stage mungkin term yang tepat untuk menyebutnya. Lokasinya bersebelahan persis dengan kitchen tadi. Teman-teman sepakat menilai bagus untuk performa band akustik yang tampil malam itu.

Kata teman sih band yang perform malam itu pernah dilihatnya perform juga di KFC Dago. Btw, pengunjung bisa juga lho kalau mau sumbang suara. Hanya saja kemarin nggak ada sih pengunjung yang maju, entah karena malu-malu atau pada fokus makan semua, haha.

Live accoustic

Live accoustic

So, bagi Anda yang mencari tempat ngumpul-ngumpul sama teman sambil makan dan sambil menikmati live accoustic, Kopi Progo bisa menjadi pilihan. Atau mungkin sekedar ngopi-ngopi saja. Sayang euy kemarin nggak sempat mencoba pilihan kopi yang lain. Ada free wifi-nya juga kok di sana.

[Kuliner] Fussion Bistro

Malam Senin kemarin aku bersama 4 orang teman kulineran lagi di salah satu resto di kota Bandung. Namanya adalah Fussion Bistro. Lokasinya di Jalan Cemara no. 81, dekat persimpangan jalan Cemara – Sukajadi. Lebih tepatnya, bisa dicek di link foursquare berikut → https://foursquare.com/v/fussion-bistro/50fb9c0be4b0192efcebe1f6. Kami memilih Fussion Bistro setelah membaca-baca review salah satu artikel di Cerita Perut.

Fussion Bistro ini memiliki tempat yang sangat luas. Demikian pula area parkirnya. Gaya arsitektur dengan posisi langit-langitnya yang tinggi menambah kesan luas pada bangunan resto ini. Elemen interiornya didominasi oleh furnitur kayu. Mulai dari pagar serambi depan, meja, kursi, pagar di dalam ruangan, langit-langit, pintu kamar mandi, dsb. Warna putih begitu mendominasi arsitektur bangunan Fussion Bistro ini sehingga menimbulkan kesan clean dan simple. 

Mengenai fasilitas, di Fussion Bistro ini terdapat 1 meja biliar dan 1 dart board (papan anak panah). Pengunjung Fussion Bistro bisa memainkan fasilitas tersebut secara gratis. Sayang euy kami tidak sempat mencobanya. Anak-anak nih pada malu-malu mau unjuk gigi main biliar, haha.

Layar Tancap

Layar Tancap

Selain itu terdapat wifi juga di sana. Fasilitas lainnya yang tak kalah memanjakan pengunjung adalah adanya ‘layar tancap’ di sana. Ketika kami ke sana, kebetulan sedang tayang siaran MotoGP Andalusia. Setelah itu malah ada nonton bareng MU vs Chelsea. Suasana di dalam dari yang sebelumnya cukup sepi menjadi ramai dengan kehadiran fans-fans MU.

Nah, sekarang soal menunya. Boleh dibilang harga menu makanan dan minuman di Fussion Bistro ini termasuk relatif lebih murah dibandingkan dengan resto/cafe sejenis. Ini dia daftar menu di sana.

Menu

Main Menu

Menu

Menu Appetizer, Dessert, Beverage

Kami sendiri memesan beberapa menu di antaranya:

Pizza Tuna

Pizza Tuna

Chicken Wings

Chicken Wings

Banana Split

Banana Split

Chili Cheese Fries

Chili Cheese Fries

Lasagna mushroom

Lasagna mushroom

Setelah makan ‘main dishes’, kami mengobrol-ngobrol lama. Sambil ngobrol, kami memesan menu appetizer-nya untuk dimakan bareng-bareng. Kami memesan chicken wings dan chili cheese fries. Btw, aku suka sama rasa saus keju yang melumuri chili cheese fries ini. Enak banget, pas untuk dinikmati bersama kentangnya.

Yang jelas Fussion bistro ini memang harus dimasukin list-lah kalau mau buat nongkrong-nongkrong. Ngerjain tugas kuliah misalnya. Taste menunya juga cukup oke. Jangan khawatir baterai laptop atau HP habis karena di sana tersedia colokan juga di dekat meja makannya. Tidak semua meja memang, hanya sejumlah spot tertentu saja. Kami sendiri tanpa terasa bisa bertahan selama hampir 2 jam nongkrong di sana, hehe. 🙂