Category Archives: Review

Berkunjung ke Bandara Kuala Namu

Kuala Namu International Airport (KNIA) telah resmi beroperasi sejak 25 Juli 2013 yang lalu. Bandara yang kabarnya adalah bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandara Soekarno-Hatta ini memiliki desain dan fasilitas yang modern.

Ini dia beberapa foto suasana di Kuala Namu International Airport (KNIA) yang sempat kupotret sekitar sebulan yang lalu saat transit di sana dalam perjalanan menuju ke/dari Penang. Sayang euy beberapa jepretanku hasilnya blur.

1. Terminal Kedatangan

Arrival Hall

Arrival Hall

Foto di atas kupotret dengan membelakangi pintu keluar terminal kedatangan. Tempat yang ada angka “2”-nya itu adalah information center. Di balik tembok itu ada mesin komputer yang bisa digunakan oleh pengunjung bandara untuk membaca informasi interaktif mengenai Medan dan Sumatera Utara pada umumnya. Eskalator yang tampak di belakang itu adalah eskalator menuju terminal keberangkatan, tepatnya di area check-in.

Foto ini kujepret saat waktu menunjukkan hampir pukul 1 malam. Jadi banyak kios-kios yang sudah tutup. Kios yang berada di samping eskalator itu adalah kios money changer kalau nggak salah. Kios yang tampak di sebelah paling kiri foto adalah sebuah restoran. Sebelah kanan dari tempat aku memotret ini ada Alfamart yang buka 24 jam sepertinya. Saat aku tiba di sana, kios tersebut masih buka dan aku sempat membeli pop mie untuk mengisi perut.

Pintu keluar kedatangan penerbangan internasional berada di sayap kiri dan penerbangan domestik berada di sayap kanan dari arrival hall. Di arrival hall ini ada fasilitas beberapa kursi tunggu, resto-resto, musholla, dan toilet.

Keluar terminal kedatangan

Keluar terminal kedatangan

Dari arrival hall tadi begitu keluar akan tampak stasiun kereta api bandara (airport railink) di depannya. Bagus banget penataan lokasinya. Jadi buat Anda yang baru pertama kali datang ke bandara tidak perlu bingung mencari di mana stasiun berada. Di sebelah kanan pintu terminal kedatangan ini juga tersedia bus-bus DAMRI yang juga bisa menjadi alternatif pilihan untuk melanjutkan perjalanan ke kota.

Karena aku cuma transit saja di sini, jadi aku langsung jalan menuju ke terminal keberangkatan. Pada foto di atas terlihat eskalator di sebelah kiri itu kan. Itu adalah eskalator menuju ke lantai dua. Terminal keberangkatan ada di lantai tiga. Dari lantai dua ke lantai tiga ada eskalator lagi. Selain eskalator, dari arrival hall juga tersedia lift yang bisa digunakan untuk sampai ke lantai tiga.

Hotel transit

Hotel transit

Di lantai dua ada apa? Sewaktu aku ke sana, yang terlihat hanyalah penunjuk arah yang menyebutkan “hotel transit” dan “toilet”. Selain itu, aku tidak tahu. Hotel transitnya sendiri belum jadi saat itu. Biasanya hotel transit di bandara ini model hotel budget seperti Hotel Ibis yang ada di Bandar Juanda Surabaya.

2. Terminal Keberangkatan

Setelah naik eskalator dari terminal kedatangan itu hingga ke lantai tiga, kita akan mendapati selasar terminal keberangkatan. Begitu keluar dari eskalator kita juga akan melihat bagian atap dari bangunan stasiun bandara Kuala Namu.

Selasar Terminal Keberangkatan

Selasar Terminal Keberangkatan

Di selasar terminal keberangkatan ini ada beberapa bangku yang tersedia. Beberapa orang yang menginap di bandara kebanyakan memanfaatkan bangku-bangku tersebut untuk tiduran. Di selasar ini juga tersedia troli-troli yang bisa digunakan langsung oleh para calon penumpang.

Selasar terminal keberangkatan

Selasar terminal keberangkatan

3. Check-in Area

Masuk ke dalam bandara dari pintu terminal keberangkatan, kita akan langsung berada di sebuah ruangan check-in yang sangat luas. Konter-konter check-in di sana terbagi ke dalam 4 banjar (A-D). Nggak perlu bingung di konter mana kita akan check-in. Kita bisa mencari tahu di konter mana kita harus check-in melalui layar TV informasi yang tersedia di bandara. Tinggal cari konter check-in yang melayani sesuai nomor penerbangan kita.

Check-In Area A

Check-In Area A

Check-in Area B

Check-in Area B

Bagusnya area check-in di Bandara Kuala Namu ini adalah diterapkannya sistem check-in terbuka. Para pengantar boleh memasuki area ini. Hal ini memberikan kesempatan bagi para penumpang yang hendak bepergian untuk memiliki waktu lebih lama untuk bersama keluarga atau rekan-rekan yang mengantarnya. Mungkin bisa sambil ngopi-ngopi atau makan bersama di kafe/resto dalam bandara. Calon penumpang baru benar-benar harus berpisah dari sang pengantar ketika akan memasuki boarding lounge.

Selain check-in terbuka, check-in di Kuala Namu ini juga menerapkan teknologi yang disebut dengan Baggage Handling System (BHS), alias sistem penanganan bagasi otomatis. Katanya dengan sistem ini kemungkinan bagasi untuk tertukar dengan penerbangan lain hampir nihil. Hmm… aku sendiri kurang tahu pasti sih bagaimana cara kerjanya. Tapi kalau melihat “wujud”-nya yang berupa rel — terletak di belakang setiap konter check-in, sepertinya dengan sistem tersebut, bagasi penumpang bisa dihantarkan secara otomatis ke suatu tempat atau mobil yang khusus untuk menampung bagasi penerbangan tertentu.

4. Boarding Lounge

Dari area check-in menuju boarding lounge kita harus melalui palang pintu otomatis terlebih dahulu. Untuk melewatinya, kita cukup menscan barcode airport tax (bukan barcode tiket pesawat) ke palang pintu tersebut. Di sini sepertinya banyak calon penumpang yang belum mengerti. Maklum, sepertinya ini memang baru pertama kali diterapkan di bandara di Indonesia. Ada beberapa petugas yang berada di dekat palang pintu yang siap membantu para calon penumpang yang kesusahan. Yah, lama-lama pasti juga akan terbiasa sendiri.

Boarding lounge ini dibedakan antara penerbangan domestik dan internasional. Yang penerbangan internasional menempati gate 1-4 (bagian kiri dari gedung) dan penerbangan domestik menempati gate 5-12 (bagian kanan dari gedung). Untuk menuju gate 1-4 (boarding lounge penerbangan internasional), penumpang harus melalui petugas imigrasi terlebih dahulu. Baru kemudian melalui security screening, sebelum akhirnya masuk ke dalam boarding lounge. Oh ya, baru sadar proses pemindaian atau screening di Kuala Namu ini, baik untuk penerbangan internasional maupun domestik, ternyata hanya dilakukan sekali. Yakni saat akan memasuki boarding lounge saja. Enak ya.

Boarding lounge

Boarding lounge

Penampilan interior boarding lounge Bandara Kuala Namu ini sungguh elegan. Kesannya lux banget. Tidak dibedakan antara ruang tunggu internasional dan domestik. Alasnya pakai karpet warna merah yang memiliki harmonisasi perpaduan serasi dengan kombinasi warna merah maroon-putih bangku-bangku di ruang tunggu situ. Begitu pula dengan dindingnya yang terdiri atas kaca bening dan juga tembok dengan desain motif berwarna sama (kombinasi merah maroon-putih).

Sayangnya di boarding lounge ini hanya sedikit sekali tersedia colokan listrik untuk penumpang. Aku hanya menemukan satu ketika menunggu di ruang tunggu gate 2. Kekurangan lainnya adalah toilet yang berada di luar boarding lounge. Untuk ke sana, kita harus keluar melalui pintu screening X-ray tadi. Begitu kembali, mau nggak mau kita harus di-screening lagi.

Dari boarding lounge untuk menuju ke dalam pesawat, cukup enak. Kita tinggal menyusuri koridor dan garbarata lalu tiba-tiba sudah berada di dalam pesawat.

———–

Well, pembangunan Bandara Kuala Namu ini masih belum berhenti. Kabarnya Bandara Kuala Namu ini akan dipersiapkan sebagai bandara hub penerbangan internasional untuk regional Kualanamu akan menjadi bandara hub penerbangan internasional untuk regional Asia Tenggara. Selama ini peran bandara hub di Asia Tenggara lebih banyak dijalankan oleh Bandara Changi di Singapura. Jika Kuala Namu berhasil menggeser peran Bandara Changi tersebut, tentunya akan menjadi kabar bahagia bagi Indonesia karena akan memberikan tambahan yang sangat besar bagi devisa negara. Semoga saja!

[Book] Halal Is My Way

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah direzekikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya” (Q.S. Al-Maidah : 88)

Melalui ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kita untuk mengonsumsi makanan yang halal dan baik (halalal thayyiban). Tidak cuma halal, tapi juga baik (untuk tubuh kita). Bahkan perintah ini disejajarkan dengan bertakwa kepada Allah. Usaha kita mencari hal-hal yang halal dan menjauhi yang haram, ibarat penggaris yang mengukur keimanan kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim kita wajib tahu mengenai apa-apa yang masuk kategori halal dan haram.

Sebab walaupun kita tinggal di negara yang mayoritasnya Muslim, ternyata tidak menjamin bahwa makanan-makanan yang disajikan, terutama di restoran-restoran oriental atau masakan barat, bebasa dari zat yang diharamkan oleh syariat. Untuk itu, kita dituntut untuk selalu berhati-hati agar tidak sampai mengonsumsi makanan haram. Dan kehati-hatian itu perlu didukung juga dengan wawasan yang cukup.

Buku "Halal Is My Way"

Buku “Halal Is My Way”

Alhamdulillah akhirnya saya bisa menyelesaikan membaca buku “Halal Is My Way” karya Aisha Maharani (pengelola akun @halalcorner). Buku ini cukup ringan dibaca (dan dibawa :D). Konten utamanya saya hitung tidak sampai 100 halaman. Jadi cocok buat Anda yang suka mabuk duluan lihat buku tebal, hehe.

Buku ini dikemas dengan cukup menarik. Ada beberapa bab materi yang menjelaskan mengenai latar belakang edukasi halal, dampak mengonsumsi barang haram, ciri-ciri makanan dan minuman yang diharamkan, hingga pengetahuan mengenai proses sertifikasi halal. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan beberapa cerita kartun yang saya rasa akan menarik bagi anak-anak untuk belajar tentang halal sejak dini. Tak hanya itu, di buku ini juga disisipi resep-resep makanan dan minuman sederhana yang tentunya halal juga dong.

Bagi saya sendiri, setelah membaca buku ini saya mendapatkan banyak wawasan baru. Wawasan baru itu terutama mengenai varian zat bahan tambahan pangan (BTP) dan proses sertifikasi halal. Selain wawasan baru, melalui buku ini saya juga kembali diingatkan mengenai dampak-dampak dari mengonsumsi barang haram terhadap amalan ibadah dan juga efeknya bagi tubuh kita.

Well, saya tidak akan menceritakan detail isi buku ini tentunya. Bagi rekan-rekan pembaca yang tertarik membeli buku “Halal Is My Way” ini, bisa memesan secara online melalui websitenya di sini. Harganya Rp39.000 (belum termasuk ongkos kirim).

Satu kekurangan buku ini menurut saya adalah bukunya yang kurang tebal :P. Sebenarnya saya mengharapkan pembahasan yang lebih komprehensif mengenai praktik penggunaan varian zat-zat yang diharamkan pada produk makanan dan kosmetik di masa yang teknologinya sudah semakin canggih ini. Tapi katanya akan dibahasa secara khusus di seri buku berikutnya. Mari kita tunggu saja. 🙂

Main ke Kampus ITB Jatinangor

Hari Sabtu lalu ada acara nikahan seorang teman di Sumedang. Sepulangnya dari acara, aku dan rombongan teman-teman KOKESMA (Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa) ITB 2007 mampir ke “cabang baru” kampus ITB di Jatinangor. Sebagian dari kami, termasuk aku, baru pertama kali ini ke sana.

Bagi yang belum tahu, ITB memiliki kampus baru di Jatinangor, menempati gedung dan lahan bekas kampus Universitas Wiyata Mandala (Unwim). Lahannya sungguh luas. Masih banyak lahan kosong di area kampus. Lokasinya persis bersebelahan dengan kampus Universitas Padjadjaran (Unpad) Jatinangor. Hanya dipisahkan oleh Jalan Winaya Mukti. Wah, wah … setelah ini pasti makin banyak saja kisah cinta bersemi antara mahasiswa ITB dan Unpad, haha. 😀

Beberapa pembangunan gedung masih dilakukan, salah satunya gedung KOICA-ITB Cyber Security Center, gedung kerja sama antara STEI ITB dengan Korea International Cooperation Agency (KOICA). Sedangkan beberapa gedung yang sudah siap di sana antara lain gedung rektorat, asrama mahasiswa, gedung kuliah, dan amphi teather.

Kami sempat masuk ke dalam gedung rektorat untuk menumpang sholat di mushola yang ada di dalam sana. Di kampus ITB Jatinangor ini sendiri rencananya akan dibangun Masjid Salman 2, “cabang” dari Masjid Salman di kampus Ganesha. Dari gambar desain yang kulihat, arsitektur Masjid Salman 2 ini nyaris persis 100% dengan Masjid Salman yang sekarang. Sembari menunggu Masjid Salman 2 dibangun, di kampus ITB Jatinangor ini sudah disediakan masjid sementara berukuran kecil, atau lebih tepatnya disebut mushola pusat mungkin ya. Kami sempat sholat maghrib jamaah di sana.

Ini dia beberapa foto yang aku dan teman sempat ambil ketika berada di sana:

Teman-teman KOKESMA 2007

Teman-teman KOKESMA 2007 di depan gerbang jalan Jatinangor

Pintu masuk ITB Jatinangor dari Winaya Mukti

Pintu masuk ITB Jatinangor dari Winaya Mukti

Pintu masuk dari jalan utama Jatinangor

Pintu masuk dari jalan utama Jatinangor

Gedung rektorat

Gedung rektorat

Amphi Theater  dan 3 gedung asrama mahasiswa

Amphi Theater dan 3 gedung asrama mahasiswa

Pintu masuk mushola pusat ITB Jatinangor

Pintu masuk mushola pusat ITB Jatinangor

[Video] Simple Song in HIMYM S08E24

Akhirnya ketemu juga apa dan siapa pengisi background soundtrack di episode final (episode 24) How I Met Your Mother beberapa minggu yang lalu. Lagu backsound itu berjudul “Simple Song” dan penyanyinya adalah The Shins. Lagu itu diputar di momen-momen terakhir episode final, termasuk ketika scene siapa pemeran the girl with the yellow umbrella (cewek berpayung kuning) alias the mother-nya terungkap.

“Hi, one ticket to Farhampton please.”

Itu dia satu-satunya kalimat yang diucapkan the mother di episode tersebut. Ini dia klip cuplikan penghujung akhir episode final kemarin (credit to CBS and HitFix).

Belajar dari Steve Jobs, Seorang Tiran yang Kompeten

“Democracies don’t make great products—you need a competent tyrant.”
~Jean-Louis Gassé

“Demokrasi tidak menghasilkan produk yang hebat—Anda memerlukan seorang tiran yang kompeten.”

Begitulah kalimat yang diucapkan oleh Jean-Louis Gasse, salah seorang eksekutif Apple, mengomentari gaya manajemen bosnya, Steve Jobs. Kalimat ini aku temukan di buku The Steve Jobs Way karya Jay Elliot dan William L. Simon.

Diceritakan dalam buku tersebut bahwa orang-orang yang bekerja untuk Steve Jobs memakluminya dan memberikan toleransi terhadap gayanya. Seorang engineer Mac, TripHawkins, pernah mengatakan seperti ini:

“Steve has a power of vision that is almost frightening. When Steve believes in something, the power of that vision can literally sweep aside any objections or problems. They just cease to exist.”

“Steve Jobs adalah seorang yang memliki kekuatan visi yang hampir menakutkan. Ketika ia meyakini sesuatu, kekuatan visi tersebut secara harfiah dapat menghapuskan segala keberatan atau permasalahan apapun. Mereka akan hilang.”

Gaya manajemen Steve Jobs memang bisa dikatakan cukup keras kepala, kalau tidak mau dikatakan otoriter. Tapi sesungguhnya dia sedang berusaha teguh menjalankan visinya.

Salah satu contohnya adalah ketika suatu waktu dia meminta engineer Macintosh untuk mencabut kipas dari perangkat Macintosh karena menghasilkan suara berisik. Para engineer pun berkeras bahwa Mac harus memiliki kipas agar perangkat tidak menjadi terlalu panas, atau bahkan menyebabkan terbakar. Namun, Steve Jobs tetap berkeras bahwa Mac harus tanpa kipas karena ia memegang prinsip yang ia yakini bahwa produk personal komputer yang akan mereka hantar adalah Mac sebagai komputer yang hening, tenang, dan menyenangkan untuk digunakan. Para engineer pun harus kembali lagi ke lab untuk mendesain ulang Mac agar bisa berjalan tanpa kipas.

Banyak contoh bagaimana “keras kepala”-nya Steve Jobs dalam campur tangannya terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh para engineer-nya. Dari situ tampak gambaran Steve Jobs sebagai seorang tiran produk. Seorang tiran yang sepenuhnya memegang teguh visinya demi menghasilkan produk yang dibayangkannya.

Kalau diperhatikan, sebenarnya apa yang diingini Steve Jobs ketika itu lebih banyak nyelenehnya. Nyeleneh dalam arti sesuatu yang tidak umum ketika itu, atau istilah kerennya revolusioner. Tapi memang Steve Jobs adalah seorang yang kompeten dan jenius produk. Ia seolah mengetahui apa yang akan menjadi kebutuhan konsumen di masa mendatang. Hasilnya… terbukti dengan kesuksesan produk-produknya di pasaran.

Hmm… agak melebar jauh dari topik… berbicara mengenai quote di awal tulisan ini, tiba-tiba aku menjadi berpikir quote di atas sepertinya cocok juga apabila dikiaskan pada wajah pemerintahan suatu negara. Sepertinya akan lebih baik suatu negara dipimpin oleh seorang tiran yang kompeten dibandingkan seorang yang “demokratis” tapi tak jelas mau dibawa ke mana negara itu.

Oke, berlebihan memang jika mengharapkan suatu negara untuk dipimpin oleh seorang yang tiran. Kita sudah saksikan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami rakyat beberapa negara Timur Tengah karena dipimpin oleh kepala negara yang tiran. The point is… kompeten! Yang kita butuhkan adalah pemimpin yang kompeten! Ketika seseorang memang kompeten, apapun keputusan yang diambilnya, walaupun di awal terkesan tidak masuk akal, tapi rakyat atau bawahan yang dipimpinnya akan tetap menaruh keyakinan bahwa keputusan yang diambil itu akan baik untuk negara atau organisasi mereka.

Haha, kok jadi meracau begini. Jadi ceritanya saat ini aku sedang berusaha menghabiskan membaca buku Steve Jobs: Stay Hungry, Stay Foolish atau judul resmi di luar itu The Steve Jobs Way: iLeadership For A New Generation, karangan Jay Elliot dan William L. Simon. Jadi jangan terkejut kalau dalam beberapa tulisan ke depan akan lebih banyak bercerita mengenai Steve Jobs, hehe. 🙂

Internetan di Malaysia dengan DiGi

Pada masa sekarang ini memang mau tidak mau harus diakui internet sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Apalagi ketika tengah berada di negeri orang (luar negeri maksudnya…). Dengan berlangganan paket internet, komunikasi online melalui aplikasi semacam WhatsApp, Line, BBM, Skype, atau instant messenger lainnya bisa jauh lebih murah dibandingkan melalui SMS atau phone call, apalagi untuk komunikasi internasional, yang tarifnya tentu lebih mahal.

Nah, di tulisan kali ini saya ingin sharing sedikit pengalaman menggunakan internet selama di Malaysia kemarin. Selama 4 hari di Malaysia kemarin saya berlangganan internet dengan menggunakan salah satu operator seluler lokal, DiGi. Tidak ada alasan yang terlalu khusus sih kenapa saya memilih operator ini. Cuma googling-googling aja terus entah kenapa banyak yang merekomendasikan DiGi. Katanya sih lebih murah dibanding operator lain. Tapi saya kurang begitu memperhatikan detail perbandingan tarif paket layanannya dengan yang lain.

Ketika turun dari area imigrasi bandara LCCT, di area pertokoan bandara kita akan menemui 3 kios operator seluler: Celcom, DiGi, dan Maxis. Banyak pilihan sih sebenarnya. Saya membeli kartu perdana (starter pack) DiGi seharga RM 26, dengan pulsa (balance) awal RM 21. Kartu perdana DiGi ini juga menyediakan SIM card ukuran micro.

baca juga : Internetan di Malaysia dengan Hotlink

Penjaga kios DiGi yang melayani saya ketika itu cukup kooperatif. Dia mau saja saya minta untuk menyettingkan paket internet. Sebenarnya ada beberapa macam paket internet yang ditawarkan oleh DiGi. Saya memilih paket daily internet dengan kuota sebesar 150 MB/hari, tarif RM 3/hari. Bagi saya itu sudah cukup sekali, toh ketika saya berada di kantor atau beberapa tempat publik tertentu, bisa menggunakan wifi. Lagipula yang saya butuhkan cuma browsing dan mengakses social media saja.

Oh ya, belakangan setelah itu, saya tahu untuk berlangganan (subscribe) paket internet DiGi bisa melalui *116#. Di sana akan ditampilkan menu berbagai macam data plan yang bisa kita pilih. Untuk menyetop layanan (unsubscribe) paket internet pun juga melalui nomor tersebut. Untuk mengecek sisa pulsa, bisa menekan *126#.

Kualitas layanan data DiGi di Kuala Lumpur dan sekitarnyaberdasarkan pengalaman saya cukup baik. Rata-rata dapat sinyal 3G atau HSDPA. Ya, memang ada beberapa lokasi yang hanya bisa menerima sinyal Edge saja.

Anyway, sekali lagi tulisan ini cuma bermaksud sharing saja. Tak ada maksud mengiklankan DiGi, hehe. Jadi kalau Anda pernah menggunakan operator yang lain, bolehlah di-share juga. 🙂

 

Stay TuneIn

TuneIn

TuneIn

TuneIn ini adalah salah satu aplikasi online yang saya suka untuk mendengarkan radio. Yang saya suka adalah karena pilihan channel-nya sangat banyak dan sepertinya hampir semua negara di dunia dia cover. Kadang-kadang kalau lagi bosan, saya mencoba mendengarkan channel radio dari negara-negara lain. Biasanya sih channel-channel dari negara Malaysia, Italia, Spanyol, UK, US, Jepang, Korea. Eitt… walau beberapa negara itu ada bahasanya yang tidak saya mengerti, tapi saya suka saja mendengarkan  keunikan aksen dari masing-masing negara itu.

Aplikasi TuneIn ini bisa diakses via web ataupun di-install  pada smartphone macam Android dan iOS. Selain bisa melakukan pencarian berdasarkan lokasi (kota, negara), pengguna juga bisa memfilter channel-channel berdasarkan genre musik, cabang olahraga, topik berita, atau topik obrolan tertentu seperti teknologi, sains, dsb. Btw, ada juga lho channel radio bahasa Jawa yang terdaftar di TuneIn. Kadang-kadang saya stay tune di channel itu juga untuk sekedar menghapus rasa kangen saya mendengar obrolan bahasa Jawa :D.

Dengan memiliki akun di TuneIn kita bisa mem-bookmark channel-channel radio favorit kita. Gratis kok membuat akun di TuneIn. Mendukung Facebook dan Google oAuth. Kalau memilih untuk menggunakan akun berbayar, selain bebas iklan, kita juga akan mendapatkan fitur untuk recording suatu broadcast.