Tag Archives: malaysia

Aplikasi Halal Locator

Sebulan yang lalu sebelum berangkat trip ke Penang, Malaysia, aku tiba-tiba kepikiran ada nggak ya aplikasi Android untuk mencari restoran halal. Malaysia walaupun negaranya mayoritas (lebih dari 50%) berpenduduk muslim, tapi tetap saja aku merasa perlu untuk meyakinkan diri bahwa makanan-makanan yang akan kukonsumsi adalah halal.

Apalagi dari review-review yang kubaca di internet terkait wisata kuliner di Penang ini menceritakan bahwa beberapa rumah makan di sana, terutama masakan-masakan China, menyajikan makanan non halal. Tapi salutnya dari pengalaman beberapa traveler ketika mereka akan membeli makanan di sana, oleh pelayan/pemilik beberapa rumah makan di sana ia diperingatkan bahwa makanan yang disajikan di sana adalah non halal.

Kembali ke pencarian aplikasi Android tadi. Eh, ternyata ada lho aplikasi halal locator di Google Play. Ada beberapa, dan yang mendapatkan rate di atas 4 (skala 5) ada aplikasi Halal dan Sri Lanka Halal Product Finder. Well, coverage-nya memang tak seluruh negara di dunia. Aplikasi yang kedua kusebutkan, dari namanya sudah kelihatan lah ya… dia khusus negara Sri Lanka saja. Aplikasi yang pertama, Halal, ternyata hanya mencakup wilayah Malaysia saja. Tapi itu pas banget dengan yang kubutuhkan.

Aku tidak begitu tahu apakah aplikasi ini ada hubungannya dengan MUI-nya Malaysia atau tidak. Tapi di aplikasi itu ada copyright milik HDC (Halal Industry Development Corporation). Apa itu HDC? Silakan baca penjelasan lengkapnya di sini. Singkatnya sih, HDC ini adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh pemerintah Malaysia untuk mendorong perkembangan industri halal di Malaysia. Terkait dengan industri halal ini, Malaysia tampaknya memang menunjukkan keseriusannya sih. Mereka ingin menjadi role model dan bahkan leader di industri halal internasional, salah satunya melalu World Halal Forum.

Ok, balik lagi ke aplikasi tadi. Yang jelas direktorinya memang benar-benar lengkap. Hanya saja aku kurang begitu tahu apakah direktori itu terus diperbaharui ataukah tidak. Melalui aplikasi itu, pengguna bisa melakukan pencarian berdasarkan keyword tertentu, di negara bagian tertentu, dan ukuran perusahaan (UKM kah, sedang kah, atau multinasional).

Ini dia beberapa screenshoot dari aplikasi Halal tersebut.

Screenshoot di atas diambil dari menu Directory. Itu berguna sekali ketika kita mau ngecek apakah suatu produk atau restoran sudah tersertifikasi halal atau tidak. Nah, bagaimana kalau kita ingin mencari daftar restoran halal di dekat kita. Di aplikasi ini ada fitur Nearby. Halal locator lah istilah kerennya.

Sayang aku nggak sempat mengambil screenshoot-nya waktu di Penang kemarin. Baru kuambil saat sudah berada di Bandung ini. Tentu saja nggak muncul hasilnya lah, hihi.

Search nearby

Search nearby

It really works. Aku lumayan terbantukan sewaktu kelaparan mencari rumah makan saat jalan-jalan di Georgetown, Penang, sebulan yang lalu. Sebenarnya konsepnya miriplah sama aplikasi semacam foursquare, toresto, atau aplikasi pencari tempat makan yang lain. Cuma ini lebih spesifik ke produk halal (yang sudah tersertifikasi).

Sayang euy di Indonesia belum ada aplikasi semacam ini. Mungkin masih belum merasa perlu ya kita. Kalau di negara di mana umat muslimnya adalah minoritas, jelas akan sangat diperlukan aplikasi semacam ini. Semoga dari World Halal Forum tadi mampu membuat direktori produk-produk dan restoran halal di seluruh dunia kalau bisa. Dan semuanya itu bisa diakses dari satu aplikasi yang sama, jadi tidak perlu menginstal satu aplikasi tiap satu negara, hehe.

Advertisement

Solo Backpacking ke Penang (Bagian 2): Keliling dengan Rapid Penang di Hari ke-1

Sabtu, 16 November

Kira-kira pukul 8.15 aku menjejakkan kaki di Penang International Airport. Cepet banget penerbangan Medan-Penang. Nggak ada satu jam kayaknya.

Setelah menyelesaikan urusan imgrasi, aku bingung mau ngapain dan ke mana selanjutnya. Aku duduk-duduk nggak jelas di bangku selasar terminal kedatangan mengamati kondisi sekitar. Pertama yang di benakku adalah mencari counter HP yang menjual kartu perdana DiGi, operator seluler favorit kalau lagi di Malaysia.

Aku butuh operator lokal untuk dapat akses internet. Kebutuhan akses internet ini lumayan vital buatku, terutama untuk membuka aplikasi Google Maps dan browsing. Sayang di bandara cuma ada counter Celcom saja. Karena aku nggak mau berspekulasi pakai kartu operator seluler yang belum kuketahui tarifnya, terutama paket internetnya, jadi aku nggak beli itu kartu Celcom.

Setelah itu, aku mencari lokasi halte bus Rapid Penang di bandara ini. Lokasinya ternyata sangat dekat. Persis di seberang terminal kedatangan. Kebetulan pas banget ketika aku ke sana, ada bus 401E yang datang. Eitts, jangan sampai salah bus ya. Walaupun sama-sama bus 401E, pastikan dulu tujuan bus tersebut apakah ke Balik Pulau atau Jetty. Gampang saja sih, kalau di busnya tertulis (digital) Balik Pulau-Jetty, berarti bus itu mau ke Jetty. Begitu pula sebaliknya kalau tulisannya Jetty-Balik Pulau, berarti tujuannya ke Balik Pulau. Sebab, baik yang tujuan Balik Pulau maupun Jetty, keduanya sama-sama singgah di halte yang sama di bandara ini. 

Tips: Pelajari rute bus-bus Rapid Penang di sini atau di sini

Ke Queensbay Mall

Tujuan pertamaku adalah ke Queensbay Mall. Untuk ke sana aku naik bus 401E jurusan Jetty. Ongkos bus bandara-Queensbay Mall ini RM 2. Ongkos bus Rapid Penang ini bervariasi, tergantung jarak tujuan. Jadi begitu naik, kita sebutkan tujuan kita ke mana, nanti sang sopir akan menyebutkan berapa ongkosnya. Setelah itu uang kita masukkan ke dalam box yang ada di samping sopir, dan si sopir akan memberikan karcis sesuai dengan ongkos yang disebutkan. Dari yang kuamati, sepertinya kalau kita sudah tahu ongkosnya, bisa saja sih sebenarnya langsung bayar ke sopirnya tanpa ngasih tahu tujuan kita dulu. Di sini modal kejujuran benar-benar diperlukan. Oh ya, usahakan selalu menggunakan uang pas ketika membayar. Sebab, jarang sekali sopir menyediakan kembalian, soalnya uang yang dibayarkan langsung dimasukkan ke dalam box.

Ada apa di Queensbay Mall? Tujuanku ke sana adalah untuk mengambil race pack PBIM (Penang Bridge International Marathon). Walaupun batal lari, seenggaknya race pack harus tetap diambillah, haha.

Sepertinya Queensbay Mall ini adalah mall terbesar di Pulau Penang ini. Halaman parkirnya luasnya nggak kalah dengan halaman parkir stadion, haha. Di halaman parkir itu sudah berjejer-jejer stand-stand sponsor acara PBIM, termasuk sekretariat untuk pengambilan race pack. Di seberang Queensbay Mall ini pun juga telah dipasang gate start dan finish perlombaan.

Oh ya, dari depan Queensbay Mall ini kita bisa melihat pemandangan Penang Bridge di kejauhan. Kalau mau melihat lebih dekat lagi, kita bisa menyeberang jalan di depan Queensbay Mall dan berjalan kaki ke arah utara. Sekitar beberapa ratus meter akan ada semacam taman untuk pikinik gitu. Nah, view Penang Bridge akan terlihat lebih jelas dari sana. Sayang waktu itu aku tak sempat ke sana karena aku sendiri baru tahu belakangan ketika naik bus 401E balik ke bandara.

Ke Kompleks Tun Abdul Razak (KOMTAR)

Dari Queensbay Mall aku berencana untuk langsung menuju ke Kompleks Tun Abdul Razak atau yang dikenal dengan singkatan KOMTAR saja. Di sanalah terletak terminal sentral kota Georgetown ini. Penginapanku juga hanya berjarak sekitar 500 m dari sana.

Lama juga ternyata menunggu bus 401E yang ke sana. Oh ya, sebelum naik, lagi-lagi perlu diperhatikan ke mana tujuan bus 401E yang transit di halte Queensbay Mall ini. Ada yang ke Balik Pulau, dan ada yang ke Jetty. Kalau hendak ke KOMTAR, berarti kita ambil jurusan Jetty.

Nah, saat menunggu bus 401E ini, aku melihat ada bus dengan nomor yang lain yang ternyata juga lewat KOMTAR. Cuma aku lupa nomornya. Wih… jalurnya panjang banget. Kayaknya dia memang nggak straight langsung ke KOMTAR, tapi muter-muter dulu. Nggak heran jika ongkosnya sampai RM 2,70.

Oh ya, saat naik bus Rapid Penang ini jangan harap kita bakal mendengar sang sopir bus berteriak-teriak menyebutkan nama halte atau daerah tempat bus akan berhenti seperti yang jamak kita temui di Indonesia. Kita harus proaktif tanya sama penumpang lain jika memang tak tahu di mana halte tempat kita berhenti. Aku sempat kebablasan ketika naik bus itu karena dengan pedenya, yang dimaksud lewat KOMTAR itu adalah bus masuk ke sebuah terminal bus seperti foto-foto yang kulihat di internet.

Well, ternyata tak semua bus yang menyebutkan KOMTAR sebagai rute yang dilaluinya berarti akan masuk ke dalam terminal. Sebab KOMTAR itu sesungguhnya adalah kompleks area bisnis, mulai dari pertokoan, restoran, perkantoran, dengan terminal bus di dalamnya juga. Dan dari sisi luar KOMTAR, terminal bus itu tak kelihatan. Karena itulah, sekali lagi, tak ada salahnya untuk bertanya atau meminta penumpang di sebelah Anda, atau sopir bus, untuk memberi tahu Anda ketika sudah tiba di tujuan. Aku sendiri kemudian diminta sang sopir untuk menambah RM 1.70 karena kebablasan ini, dan dipersilakan untuk tetap di dalam bus yang akan mengambil rute balik melalui terminal KOMTAR.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 ketika aku sampai di terminal KOMTAR. Perut sudah keroncongan. Aku ingat bahwa aku belum makan dari siang hari sebelumnya. Akhirnya aku mampir ke KFC di kompleks pertokoan di lantai atas terminal KOMTAR ini. Setelah makan, aku mampir membeli kartu perdana DiGi di salah satu counter DiGi yang juga masih di area pertokoan yang sama itu. Asyik akhirnya bisa akses internet.

Akses Internet Gratis

Oh ya, bicara mengenai akses internet, sebenarnya di Penang ini ada akses internet gratis via hotspot bernama “Penang Free Wifi“. Well, memang tidak semua tempat mendapatkan coverage wifi gratis ini. Tapi di beberapa tempat seperti KOMTAR, Esplanade, Fort Cornwellis, sinyal wifi ini cukup bagus. Namun, untuk dapat menggunakan akses internet tersebut kita diwajibkan untuk registrasi terlebih dahulu melalui web Penang Free Wifi (nanti akan di-redirect ke web begitu terhubung ke ke hotspot tersebut). Tenang saja, registrasi tersebut tak dipungut biaya kok.

Check-in Penginapan

Seperti yang sudah kuceritakan di artikel sebelumnya, dalam selama di Penang ini aku stay di hostel Kimberley House. Sebenarnya di aturannya tertulis check-in baru bisa dilakukan pukul 14.00 waktu setempat (1 jam lebih awal daripada WIB). Sedangkan saat itu jam masih menunjukkan pukul 12.30.

Tapi aku nekat saja, toh seandanyai masih belum check-in aku bisa Continue reading

Kulineran di Malaysia: Nando’s & Burger Bakar Kaw Kaw

Masih ada beberapa sisa foto kulineran selama 4 hari di Malaysia kemarin. Semoga (masih) belum bosan. 😀

Foto yang ini adalah menu makan siang (23/4) di Nando’s, Mid Valley, Kuala Lumpur. Menu yang saya pesan ketika itu: 1/4 chicken dengan tambahan sweet potato & spinach. Tingkat kepedasannya saya memilih yang extra hot peri-peri. Walaupun tingkat kepedasan yang saya pilih itu adalah yang tertinggi yang ditawarkan, dibandingkan dengan masakan Padang, masih jauh lebih pedas bumbu masakan Padang, hehehe.

1/4 chicken + spinach + sweet potato

1/4 chicken + spinach + sweet potato

Btw, Nando’s tidak hanya ada di Malaysia sih. Restoran aslinya berasal dari Afrika Selatan. Hanya saja saya tidak tahu apakah menu Nando’s di setiap negara sama. Untuk daftar menu Nando’s di Malaysia bisa dilihat di sini → http://www.nandos.com.my/fullmenu/menu.html#.

Foto yang ini adalah “jajanan” terakhir kami sebelum pulang dari Malaysia, Burger Bakar Kaw Kaw. Saya memesan menu Burger Bakar Double Beef Cheezynizer. Porsinya sangat besar dibandingkan dengan burger ukuran biasa. Rasanya enak, puas, dan tentu saja bikin kenyang!

Burger Bakar Double Beef Cheezynizer

Burger Bakar Double Beef Cheezynizer

Lokasi tempat Burger Bakar di mana kami makan ketika itu berada di Subang. Kalau tidak salah Burger Bakar Kaw Kaw ini juga mempunyai beberapa cabang di kota lain. Coba cek saja langsung lokasi dan menunya di website ini → http://burgerbakar.com.

Internetan di Malaysia dengan DiGi

Pada masa sekarang ini memang mau tidak mau harus diakui internet sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Apalagi ketika tengah berada di negeri orang (luar negeri maksudnya…). Dengan berlangganan paket internet, komunikasi online melalui aplikasi semacam WhatsApp, Line, BBM, Skype, atau instant messenger lainnya bisa jauh lebih murah dibandingkan melalui SMS atau phone call, apalagi untuk komunikasi internasional, yang tarifnya tentu lebih mahal.

Nah, di tulisan kali ini saya ingin sharing sedikit pengalaman menggunakan internet selama di Malaysia kemarin. Selama 4 hari di Malaysia kemarin saya berlangganan internet dengan menggunakan salah satu operator seluler lokal, DiGi. Tidak ada alasan yang terlalu khusus sih kenapa saya memilih operator ini. Cuma googling-googling aja terus entah kenapa banyak yang merekomendasikan DiGi. Katanya sih lebih murah dibanding operator lain. Tapi saya kurang begitu memperhatikan detail perbandingan tarif paket layanannya dengan yang lain.

Ketika turun dari area imigrasi bandara LCCT, di area pertokoan bandara kita akan menemui 3 kios operator seluler: Celcom, DiGi, dan Maxis. Banyak pilihan sih sebenarnya. Saya membeli kartu perdana (starter pack) DiGi seharga RM 26, dengan pulsa (balance) awal RM 21. Kartu perdana DiGi ini juga menyediakan SIM card ukuran micro.

baca juga : Internetan di Malaysia dengan Hotlink

Penjaga kios DiGi yang melayani saya ketika itu cukup kooperatif. Dia mau saja saya minta untuk menyettingkan paket internet. Sebenarnya ada beberapa macam paket internet yang ditawarkan oleh DiGi. Saya memilih paket daily internet dengan kuota sebesar 150 MB/hari, tarif RM 3/hari. Bagi saya itu sudah cukup sekali, toh ketika saya berada di kantor atau beberapa tempat publik tertentu, bisa menggunakan wifi. Lagipula yang saya butuhkan cuma browsing dan mengakses social media saja.

Oh ya, belakangan setelah itu, saya tahu untuk berlangganan (subscribe) paket internet DiGi bisa melalui *116#. Di sana akan ditampilkan menu berbagai macam data plan yang bisa kita pilih. Untuk menyetop layanan (unsubscribe) paket internet pun juga melalui nomor tersebut. Untuk mengecek sisa pulsa, bisa menekan *126#.

Kualitas layanan data DiGi di Kuala Lumpur dan sekitarnyaberdasarkan pengalaman saya cukup baik. Rata-rata dapat sinyal 3G atau HSDPA. Ya, memang ada beberapa lokasi yang hanya bisa menerima sinyal Edge saja.

Anyway, sekali lagi tulisan ini cuma bermaksud sharing saja. Tak ada maksud mengiklankan DiGi, hehe. Jadi kalau Anda pernah menggunakan operator yang lain, bolehlah di-share juga. 🙂

 

KLCC & Petronas

Ini beberapa foto hasil jalan-jalan malam Senin (21/4) yang lalu ke KLCC. Seperti biasa, main ke KLCC pasti yang menjadi object of interest-nya selalu menara kembar Petronas dan kolam air mancur depan Suria Mall. Tapi beberapa kali berkunjung ke KLCC, baru kali ini melihat kolam air mancur di sana dipercantik dengan hadirnya warni-warni cahaya lampu. 🙂

Petronas Twin Tower

Petronas Twin Tower

Water Fountain

Water Fountain

Water Fountain

Water Fountain

Water Fountain

Water Fountain

Ke Malaysia Lagi

Tak terasa sudah hampir setahun sejak kunjungan terakhir kali ke Malaysia. Dan hari ini akhirnya bisa berkesempatan mengunjungi lagi negeri tetangga ini. Selama di Malaysia ini kami akan stay di Shah’s Village Hotel, Petaling Jaya.

Sedikit foto hari ini di bandara dan hotel:

Landing

Landing

Shah's Village

Shah’s Village

Hujan di Shah's Village

Hujan di Shah’s Village

Keliling Putrajaya

Di hari terakhir di Malaysia kemarin aku dan Jiwo — teman yang bersamaku pergi ke Malaysia — memutuskan untuk jalan-jalan ke kota Putrajaya. Kebetulan hari Sabu kami kosong, alias tidak ada kerjaan lagi yang harus dikerjakan hari itu.

Seperti diketahui, Putrajaya merupakan pusat administrasi dan pemerintahan di Malaysia. Kota ini baru didirikan pada tahun 1995. Jadi jangan heran ketika berkunjung ke kota ini, menemukan banyak sekali tanah lapang dan merasakan kesunyian di sana. Walaupun demikian, kota ini sebenarnya menyajikan banyak bangunan dengan arsitektur-arsitektur megah dan menarik sehingga menjadi worth it untuk dikunjungi oleh para wisatawan.

Pukul 9.30 (GMT+8) kami check out dari hotel. Kemudian kami naik kereta komuter KTM dari stasiun Mid Valley menuju menuju KL Sentral. Di sana kami menitipkan tas-tas kami di locker penitipan barang yang memang tersedia di sana.

Selanjutnya kami menumpang KLIA Transit menuju stasiun Putrajaya. Tarifnya lumayan mahal, RM9,5 atau sekitar Rp25ribu per orang. Tapi sebandinglah sama kenyamanan dan kecepatan yang ditawarkan. Keretanya full AC, bersih, tersedia wifi, dan cepat (rata-rata 130 km/jam). KL Sentral-Putrajaya ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit.

KLIA Transit

KLIA Transit

Papan info rute bus

Papan info rute bus

Sesampainya di stasiun Putrajaya, kami sempat bingung akan pergi ke mana dulu dan naik transportasi apa. Untungnya di sana telah tersedia papan peta kota Putrajaya beserta rute-rute bus transportasi umum di sana. Bagusnya lagi, di sana juga tertera nomor-nomor bus untuk mencapai objek-objek wisata di Putrajaya itu. Salut buat pemerintah Malaysia yang selain gencar mempromosikan negaranya, namun juga menggarap sarana transportasi umum dan penyediaan informasi dengan baik. Karena dua elemen itu yang menurutku adalah hal yang paling dibutuhkan oleh seorang turis.

Namun, walaupun sudah ada papan informasi, kami tetap perlu bertanya kepada beberapa orang di terminal sana bagaimana menuju ke tempat-tempat itu, just want to make sure. Lucunya kami sempat dikira sebagai orang asli sana yang hendak mengikuti karnaval Hari Belia Negara, yah … semacam hari pemuda di Indonesia begitulah. Karena ketika itu, di terminal memang tengah disiapkan beberapa bus gratis untuk pemuda-pemuda yang mau ke sana. Wah, nggak deh pak … terima kasih. 😀

Terminal Bus Putrajaya Sentral

Terminal Bus Putrajaya Sentral

Kami pun akhirnya memilih bus dengan nomor rute 101 karena melalui kompleks Perdana Putra. Cukup menarik sistem pembayaran di bus di sana. Tiap bus memiliki mesin register di mana calon penumpang harus memasukkan uangnya terlebih dahulu ke dalamnya kemudian sopir akan memverifikasi dan mencetak bukti pembayaran melalui mesin itu. Tidak ada kembalian untuk setiap pembayaran. Jadi memang harus pas jika tidak ingin rugi. Tarif bus di sana, murah sekali. Jauh dekat cuma RM 0,5 alias 50 sen atau kalau dirupiahkan sekitar Rp1500 lah.

Bus 101 yang kami tumpangi

Bus 101 yang kami tumpangi

Jadilah kami menaiki bus 101 itu dan berkeliling kota Putrajaya. Jika diamati kota ini bisa dibilang sangat sepi. Jarang terlihat kesibukan orang-orang di sepanjang jalan. Bisa jadi memang karena penduduknya yang tak banyak. Maklum, kota ini masih berusia muda dan didirikan khusus untuk kompleks pemerintahan.

Kami sebenarnya tak yakin juga tujuan kami ke mana saat itu. Kompleks Putra Perdana, Istana Melawati, dan Taman Putra Perdana telah kami lewati. Sebab ketiganya tak tampak seperti destinasi turis. Kami pun berkeliling dengan bus saja sampai akhirnya turun di Mall Alamanda. Begitu menginjakkan kaki di depan mall … alamak … Continue reading