Category Archives: Olahraga

Nonton Langsung Indonesia Open 2013 (Final)

Ada yang spesial pada perhelatan Indonesia Open tahun ini. Apa itu? Apa lagi kalau bukan acara farewell Taufik Hidayat. Yup, turnamen IOSSP 2013 ini menjadi turnamen perpisahan bagi sang legenda. Karena itu saya sengaja datang lebih awal sekitar pukul setengah 11 agar bisa mendapatkan spot tempat duduk yang bagus. Lumayan… dapat spot yang lebih bagus dari sehari sebelumnya. Suasana indoor Istora ketika itu masih sepi.

Suasana persiapan Istora

Suasana persiapan Istora

Beberapa mata acara sebelum pertandingan final dimulai, antara lain sesi foto para tournament umpire, Project Pop, dan tentu saja yang paling ditunggu-tunggu adalah farewell speech dari Taufik Hidayat. Sesi farewell ini begitu mengharukan.

Pertama-tama Pak Gita Wirjawan, sebagai ketua umum PB PBSI, naik ke atas podium untuk menyampaikan sambutan dan sedikit intro mengenai highlight perjalanan karir dan prestasi Taufik Hidayat. Kemudian disambung dengan video highlight  pertandingan-pertandingan bersejarah Taufik Hidayat, termasuk ketika ia meraih medali emas Olimpiade Athena yang ditayangkan melalui giant screen yang berada di 2 sisi samping indoor Istora. Setelah itu barulah sang legenda memasuki podium dan menyampaikan pidato perpisahannya.

Taufik Farewell Speech

Taufik Farewell Speech

Inti pidatonya adalah Taufik mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung karirnya selama 25 tahun, termasuk 17 tahun sebagai pebadminton profesional. Mulai dari keluarga, orang tua, PBSI, pelatihnya (Mulyo Handoyo), sponsor (Yonex), Djarum (sebagai event sponsor), Trans 7 (sebagai event broadcaster TV partner), fans, dsb. Sebelum memberikan salam perpisahan, Taufik menyerahkan raket Yonex miliknya kepada Jonathan Christie, pemain junior Indonesia yang juga salah satu aktor dalam film King, sebagai simbolisasi bahwa Taufik mendukung regenarasi untuk atlet-atlet badminton Indonesia berikutnya, khususnya pada nomor tunggal putra.

Bagi Anda yang tak sempat menyaksikan farewell speech Taufik Hidayat kemarin, jangan khawatir… — thanks to BWF — Anda dapat menontonnya di link YouTube berikut ini:


Tepat pukul 12 siang atau sekitar 5-10 menit setelah acara perpisahan Taufik Hidayat, babak final IOSSP 2013 resmi dibuka. Pertandingan pertama menyajikan pertarungan antara ganda putri sesama China, Wang Xiaoli/Yu Yang vs Bao Yixin/Cheng Shu. Berikutnya adalah duel tunggal putra antara Lee Chong Wei vs Marc Zwiebler. Dan partai ketiga adalah tunggal putri antara Li Xuerui vs Juliane Schenk. Saya nggak akan mengulas bagaimana pertandingan berlangsung. Hasil akhir bisa langsung dibaca saja di link tournamentsoftware.

Ada yang unik pada penyelenggaraan final kali ini. Jika umumnya pemberi hadiah dalam acara prize ceremony dilakukan oleh pejabat-pejabat asosiasi badminton atau event sponsor terkait, pada IOSSP kali ini tidak hanya itu, legenda-legenda badminton seperti Alan Budikusuma, Haryanto Arbi, Christian Hadinata, Rexy Mainaky, Ricky Subagja, bahkan Taufik Hidayat pun juga diundang untuk menyerahkan hadiah pada ceremony tersebut. Luar biasa.

Satun-satunya wakil Indonesia yang bertanding pada final hari itu adalah pasangan ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang turun pada partai keempat melawan ganda Korea, Lee Yong Dae/Ko Sung Hyun. Agak mengherankan sih, kenapa partai ini tidak dimainkan pada partai terakhir untuk menjaga antusiasme penonton hingga akhir.

Terbukti, setelah partai ganda putra ini berakhir — dengan kemenangan untuk pasangan Indonesia, Istora mendadak kehilangan sekitar separuh lebih penontonnya. Padahal sebelumnya ketika partai yang memainkan wakil Indonesia tersebut, bangku penonton Istora ini terlihat sangat penuh seolah tak bersisa. Sayang sekali, mengingat partai kelima atau yang terakhir antara Zhang Nan/Zhao Yunlei vs Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen, masing-masing menampilkan permainan terbaiknya sehingga pertandingan berjalan sangat seru, ketat, dan menegangkan. Pada partai tersebut, pasangan China-lah yang akhirnya keluar sebagai juaranya.

Bangku yang sepi

Bangku yang sepi di partai kelima

Di akhir pertandingan kelima tersebut, panitia menyuguhkan penutupan berupa kembang api yang menyala di sekeliling arena. Keren! Tentu akan menjadi penutup yang manis ketika yang tengah bermain adalah wakil dari Indonesia dan mereka menjadi juara.

Anyway penyelenggaraan IOSSP tahun ini, khususnya dari segi entertainment yang ditawarkan cukup bagus. Tapi kalau boleh menilai, rasanya masih lebih bagus tahun sebelumnya, terutama dari konten tayangan animasi-animasi untuk memeriahkan atmosfer semifinal dan finalnya. Apalagi ketikaitu, didukung oleh pertandingan-pertandingan final yang semuanya berlangsung ketat 3 set dan penuh ketegangan. Namun, sekali lagi, overall sudah bagus sih. Cuma secara pribadi saya kurang suka dengan acara lempar-lempar merchandise, terutama momen ketika pemain yang baru saja menang diwawancarai sedangkan pemain yang kalah melempar-lempar merchandise itu sehingga membuat penonton gaduh dan tak mengacuhkan isi wawancara sang pemenang. Yah, semoga Indonesia Open tahun depan bisa lebih baik lagi dari sisi penyelenggaraan dan prestasi pemain Indonesianya.

Kembang api penutup

Kembang api penutup

Nonton Langsung Indonesia Open 2013 (Semifinal)

Ah, sudah lama nggak ngeblog. Padahal ada beberapa hal yang ingin saya bagi. Untuk tulisan kali ini saya ingin bercerita mengenai pengalaman saya kemarin menonton langsung semifinal dan final turnamen Indonesia Open Super Series Premier (IOSSP) 2013.

Ini kali ketiga saya menonton langsung turnamen IOSSP. Bedanya kali ini saya menonton sendirian. Sayang sekali teman-teman saya yang sesama penggemar badminton kali ini berhalangan untuk ikut.

Urusan tiket sudah saya persiapkan jauh-jauh hari. Saya pesan secara online di situs Blibli.com untuk pertandingan semifinal dan final. Harganya lebih mahal daripada tahun lalu.

Dari Bandung saya berangkat menggunakan kereta api Argo Parahyangan. Tanpa disengaja saya bertemu beberapa 2 orang adik angkatan saya IF’08 yang ternyata memiliki tujuan yang sama dengan saya. Mereka juga berencana untuk menonton IOSSP bareng-bareng bersama beberapa temannya IF’08 yang lain yang berdomisili di Jakarta.

Setibanya di stasiun Gambir saya langsung sendirian menuju ke stadion Istora Senayan menggunakan busway. Sementara dua adik angkatan saya itu mampir dulu ke kosan temannya. Begitu sampai di halte busway Polda saya langsung berjalan kaki ke Istora Senayan dan mengantri ke Ticket Box untuk menukarkan tiket.

Gerbang masuk IOSSP

Gerbang masuk IOSSP

Tak seperti tahun-tahun sebelumnya di mana saya selalu menyempatkan untuk mengelilingi arena outdoor Istora yang dikemas dalam format semacam festival yang menyuguhkan berbagai booth permainan, makanan, maupun pakaian/merchandise. Kali ini saya tak begitu tertarik untuk memotret atraksi-atraksi atau suasana festival. Selain karena pergi sendirian, juga menurut saya kurang lebih kontennya mirip seperti tahun-tahun sebelumnya.

Setelah tiket sudah di tangan, saya langsung menuju ke mushola Istora untuk menunaikan sholat. Satu partai antara Wang Xiaoli/Yu Yang vs Ma Jin/Tang Jianhua yang bertanding pada pukul 11.00 saya lewatkan. Setelah sholat, saya menuju ke pintu masuk A8 tribun kelas 1. Ketika itu tengah berlangsung set kedua partai ganda putri sesama China, Zhao Yunlei/Qian Ting vs Bao Yixin/Cheng Shu.

Zhao Yunlei/Qian Ting vs Bao Yixin/Cheng Shu

Zhao Yunlei/Qian Ting vs Bao Yixin/Cheng Shu

Walaupun dua partai sudah dilangsungkan, suasana tribun di dalam Istora masih bisa dibilang sepi penonton. Maklum saja, partai-partai ‘sesungguhnya’ baru berlangsung mulai pukul 14.30. Dan tanpa sengaja di tribun aku bertemu dengan adik sepupuku yang tinggal di Depok, sedang menonton bersama teman-temannya. Jadilah selama babak semifinal berlangsung kami ngobrol bersama. Kebetulan dia memang ‘atlet’ badminton, dan bergabung dengan salah satu klub di Jakarta ini. Jadi kami sama-sama nyambung ngobrol tentang badminton. 😀

Partai kedua sesama ganda putri China tadi berakhir sekitar jam satu kurang. Artinya kami masih harus menunggu sekitar 1,5 jam lebih untuk menyaksikan partai ketiga dan seterusnya. Sigh… lama sekali. Untungnya dari pihak panitia ternyata sudah menyiapkan beberapa acara hiburan. Yang paling menghibur tentu saja mata acara yang bertajuk badmifunk — permainan badminton ala freestyle — yang dibawakan oleh 4 legenda bulutangkis Indonesia: Eddy Hartono, Haryanto Arbi, Sigit Budiarto, dan Trikus Haryanto. Oh man… akhirnya saya bisa melihat secara langsung salah satu pemain idola saya di badminton, Sigit Budiarto! Walaupun usia sudah terbilang sangat veteran untuk ukuran pemain badminton, skill-skill yang mereka peragakan masih outstanding sekali.

Dalam Badmifunk ini para pemain menunjukkan trik-trik pukulan yang menipu dan juga ‘ilegal’ dalam bulutangkis! Sigit dan Arbi melakukan smash dengan mengarahkan kok dengan dipantulkan melewati bawah net. Lalu, Trikus mengembalikan kok sambil duduk. Sigit mengumpan kok pada Eddy untuk dismash. Eddy melakukan pukulan tipuan seolah-olah hendak memukul kok di kesempatan pertama. Dan masih banyak lainnya. Kerenlah. 🙂

Badmifunk

Badmifunk

Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Babak semifinal Indonesia Open 2013, walaupun sudah mempertandingkan 2 partai ganda putri, akhirnya resmi dibuka. Pihak panitia menyuguhkan tayangan animasi pembuka yang cukup kreatif dan inovatif menurutku. Slide animasi itu disuguhkan dengan cara yang tak biasa. Jika umumnya slide animasi ditampilkan dalam big screen stadion, kali ini animasi tersebut diproyeksikan ke arena lapangan!

Animasi pembuka

Animasi pembuka

Beberapa saat kemudian masuklah Lee Chong Wei (Malaysia) dan Dionysius Hayom Rumbaka (Indonesia) yang akan memainkan partai pertama semifinal tunggal putra. Di tulisan ini saya tak akan membahas bagaimana pertandingan berjalan atau berapa skor akhir setiap pertandingan karena barang tentu itu bisa langsung dibaca saja sendiri di media-media massa yang sudah banyak memberitakannya, hehe.

Sayang sekali tiga partai pertama yang melibatkan wakil Indonesia di dalamnya siang itu tak berakhir menyenangkan. Semua wakil Indonesia, yaitu dua tunggal putra dan satu ganda campuran, kalah tanpa mencuri satu set pun. Beruntung wakil terakhir Indonesia, pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, dapat menyelamatkan muka Indonesia dengan lolos ke final setelah memenangkan pertandingan melawan dua tower Rusia, Ivan Sozonov/Vladimir Ivanov.

Setelah partai ganda putra tadi berakhir, berangsur-angsur para penonton langsung pulang meninggalkan Istora. Padahal babak semifinal masih menyisakan 4 partai lagi. Bahkan, saking sepinya, kami bisa mendengarkan suara pukulan kok oleh para pemain di lapangan. Di antara sekian banyak yang masih bertahan, tidak lain tidak bukan, apa lagi motifnya bila bukan karena menantikan Lee Yong Dae bermain di partai terakhir. 😀

Ganda Korea

Partai ganda putra sesama Korea

Lee Yong Dae dan partnernya, Ko Sung Hyun, bertanding di partai ke-10 alias yang terakhir di babak semifinal ini. Mereka melawan pasangan kompatriot mereka, Yoo Yeon Seong/Shin Baek Choel. Sepanjang pertandingan yang ada cewek-cewek pada histeris menyebut-nyebut nama Lee Yong Dae. Ckckckck.

Pertandingan tersebut berakhir sekitar pukul 21.45. Untung masih banyak busway yang beroperasi malam minggu itu. Saya pun menumpang busway untuk menuju kosan teman saya di daerah Mampang.

Drawing Indonesia Open 2013

Gong pergelaran turnamen badminton Indonesia Open Premier Super Series 2013 tinggal menghitung hari. Kurang dari dua minggu lagi, atau tepatnya tanggal 10 Juni, babak kualifikasi akan menandai dimulainya turnamen super series dengan hadiah tertinggi nomor dua setelah Korea Open. Berbeda dengan pergelaran sebelum-sebelumnya dan turnamen super series lainnya, Indonesia Open 2013 akan berlangsung selama 7 hari di mana babak 32 besar akan dibagi pelaksanaannya ke dalam dua hari.

Rencananya, aku sendiri akan menyaksikan babak semifinal dan final turnamen Indonesia Open. Tiket Indonesia Open dapat dibeli secara online melalui situs Blibli.com.

Edisi Indonesia Open tahun ini akan terasa lebih spesial karena akan menjadi farewell tournament (turnamen perpisahan) bagi legenda bulutangkis kita, Taufik Hidayat. Yup, turnamen ini akan menjadi turnamen terakhirnya sebelum ia secara resmi akan gantung raket.

Pada sore hari kemarin (28/5) Badminton World Federation (BWF) telah melakukan drawing untuk Indonesia Open 2013. Dari hasil drawing tersebut tampaknya jalan yang akan dilalui Taufik tidak akan mulus. Taufik berpeluang bertemu Lin Dan, rival abadinya, di pertandingan pertamanya. Jika menang pun, Taufik akan berpeluang melawan Lee Chong Wei yang saat ini tengah menduduki peringkat 1 dunia. Jika Taufik bisa mengalahkan kedua rivalnya tersebut, tentu akan menjadi kenangan manis walaupun, seandainya, Taufik gagal menjadi juara di turnamen ini. Tapi bisa jadi sebaliknya, di penghujung karirnya, Taufik mencatatkan rekor terburuknya sepanjang sejarah Indonesia Open yang diikutinya.

Hasil drawing selengkapnya bisa diunduh melalui tautan ini.

Beberapa pertandingan yang menarik untuk dinantikan di babak 32 besar:

  • Tommy Sugiarto vs Chen Long [2] — partai ketiga dalam sebulan setelah dua pertemuan di Sudirman Cup. Mampukah kali ini Tommy melakukan revans? 
  • Lee Chong Wei [1] vs Wang Zhengming 
  • Lindaweni Fanetri vs Saina Nehwal [2] — Saina yang populer di kalangan fans Indonesia tentu kali ini tak akan mendapatkan dukungan itu saat melawan Linda yang merupakan tunggal putri nomor satu Indonesia saat ini.
  • Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa [4] vs Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan — Berharap Ahsan/Hendra sudah kembali ke performa terbaiknya untuk melawan sang unggulan ke-4.
  • Ricky Karanda/Muhammad Ulinnuha vs Kim Ki Jung/Kim Sa Rang [6] — Menantikan pembuktian apakah Ricky/Ulin sudah siap untuk menemani Rian/Angga sebagai ganda masa depan Indonesia
  • Nitya Krishinda/Greysia Polii vs Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl [3]
  • Ko Sung Hyun/Kim Ha Na vs Markis Kido/Pia Zebadiah — Duel sesama ganda campuran yang lagi naik daun
  • Xu Chen/Ma Jin [1] vs Irfan Fadhilah/Weni Anggraini
  • Sudket Prapakamol/Saralee Thoungthongkam [6] vs Riky Widianto/Richi Puspita

TVC Indonesia Open 2013:

Ikutan Mandiri Run

Pada hari Minggu kemarin (26/05) aku berpartisipasi dalam event lari Mandiri Run yang mengambil garis start dan finish di Senayan City, Jakarta. Ini kali kedua aku mengikuti event lari yang diadakan oleh Bank Mandiri. Yang pertama diadakan pada bulan Oktober tahun lalu (baca artikelnya di sini) dalam rangka ulang tahun Bank Mandiri. Pada tahun ini entah kenapa jadwal pelaksanaannya menjadi lebih maju.

Sama seperti tahun lalu, aku dan Khairul mendaftar pada kategori lari 10 KM. Rutenya hampir sama seperti tahun lalu, bedanya hanya lokasi garis start dan finish saja. Menurut data terakhir yang diumumkan oleh situs panitia Mandiri Run di sini, jumlah peserta lari 10 K adalah 653 orang.

Start lari tepat dilakukan pada pukul 6.30. Aku mengawali lari dengan pace yang tak sebagus tahun lalu. Di KM 3 kaki sudah terasa berat. Sepertinya karena akumulasi fatigue efek lari 10 K yang kulakukan 3 hari sebelumnya, main futsal pada hari Jumat, dan jalan kaki 2 kali bolak-balik menyusuri koridor busway Semanggi yang memang cukup panjang sehari sebelumnya. Haha… #alibi.

Menjelang start

Menjelang start

Dalam race kemarin aku berhasil mencatatkan pace 5’18” (5:18 menit/km). Sebenarnya itu sudah di atas pace rata-rata keseharianku tiap lari pagi di trek Saraga (Sasana Olahraga Ganesha) yang biasanya cuma sekitar 5 menit 20-an detik per km. Pace terbaik yang pernah kucatat masih di angka 4’55” saat Mandiri Run tahun lalu. Sesuatu yang belum pernah kucapai kembali. Bahkan, untuk sekedar berada di bawah 5’1”.

Namun, ada hal yang mengusik perhatianku dalam race kemarin. Total jarak yang kutempuh menurut catatan aplikasi Runkeeper yang kugunakan adalah 9.15 KM. Not even close to 10 KM!! Aku sempat berpikir jangan-jangan aku salah mengambil jalur lari. Tapi ternyata tidak hanya aku yang menyadari hal tersebut. Beberapa pelari lain pun juga mengeluhkan hal yang sama. Pantas saja, dalam waktu 48’26” aku sudah berhasil finish. Biasanya sih di kisaran 55 menitan aku baru finish 10 KM. Oh ternyata…

Pembagian air mineral dan pisang

Pembagian air mineral dan pisang sesudah lari

Sekarang tinggal menunggu hasil resmi dari panitia. Untuk hasil mentahnya sih, sudah bisa dilihat di sini sebenarnya » http://202.146.227.19/marathonapp/rpt_result_komersil.aspx. Namun belum diurutkan berdasarkan peringkat finish-nya.

Mengenai target pribadi… sebenarnya untuk event kali ini sih aku menargetkan dapat memperbaiki peringkat tahun lalu (peringkat 101). Tapi melihat kenyataan pace yang turun jauh, sulit sepertinya untuk bisa masuk 100 besar :(. Mungkin karena faktor usia, hehe.

Di event kemarin aku sempat bertemu dengan beberapa teman seangkatan sesama jurusan IF/STI. Bahkan, ada juga adik angkatan yang ikut. Ternyata di IF/STI ini cukup banyak juga yang menggemari olahraga lari ini, bahkan sampai ikutan race-nya. 😀

Bersama teman-teman IF/STI

Bersama teman-teman IF/STI (photo by Khairul)

Selain lari, di event Mandiri Run ini juga ada festival kuliner nusantara. Setiap finisher mendapatkan voucher Rp 50.000 untuk menikmati makanan/minuman yang diperjualbelikan di festival. Uniknya voucher itu dibagikan dalam bentuk gelang e-money. 

Di festival kuliner itu aku sempat mencoba bakso Malang, sate padang, dan pempek palembang, serta membeli minuman air mineral 1 botol, kopiko 2 botol, dan 1 botol teh pucuk harum. Eh, segitu masih tersisa sekitar 10 ribuan, haha. Wah, nggak sehat ini, habis lari makannya tetap nggak terkontrol, hehe. 😀

[Video] Peter Gade Smashes The Air

Pernah memukul angin (baca: gagal memukul shuttle cock) saat bermain badminton? Tenang … hampir semua orang pernah mengalami hal tersebut. Bahkan, seorang legenda badminton dari Denmark, Peter Gade, pun pernah melakukan hal yang sama. 😀

Coba deh, cek video ini:

By the way, tetap salutlah sama ekspresi dan bagaimana Peter Gade bereaksi terhadap kesalahannya. Dia tetap melempar senyum dan sempat membuat semacam joke dengan body language-nya yang seolah-olah mengatakan kepada penonton, “Sudahlah lupakan, lupakan … yang kalian lihat tadi tidak pernah terjadi” atau “yang kalian lihat tadi bukan Peter Gade yang melakukannya”, hihihi. 😀

Terakhir, sedikit joke dengan mengutip salah satu komentar di sana, dengan kejadian ini mulai dari sekarang Anda bisa mengklaim bahwa Anda bisa melakukan smash seperti Peter Gade, hehehe.

Catatan Waktu Lari #Mandiri4Nation

Akhirnya keluar juga pengumuman hasil lari event #Mandiri4Nation. Lumayanlah … nggak nyangka bisa finish di urutan ke-101 lari 10K dengan catatan waktu 00:52:23 (gun time) atau 00:52:04 (chip time).

Di pengumuman hasil lari yang dikeluarkan panitia itu juga tercantum usia para peserta. Nggak nyangka wanita yang sempat adu sprint denganku di KM terakhir ternyata usianya sudah kepala 3. Hebat juga beliau masih kuat di usia segitu.

Event lari berikutnya mudah-mudahan bisa masuk 100 besar. Bukan target yang harus tercapai sih. Bagiku sih yang penting ini menjadikan ini sebagai motivasi saja agar giat berlari untuk menjaga stamina dan fisik tubuh. 😀

Gambar

sumber: http://mandiri4nation.com/welcome/catatan_waktu/10K

Lari di #Mandiri4Nation

Akhirnya setelah beberapa tahun, aku ikutan lomba lari 10K lagi. Terakhir kali aku ikut lomba lari adalah pada saat SMP kelas 3. Saat itu aku ikutan kategori 10K Marathon Nasional Malang (MNM) dan finish 20 besar di tingkat sekolah.

Setelah 8 tahun berselang aku ikutan lari 10K lagi di Jakarta dalam event “Mandiri Run For Our Nation” tanggal 7 Oktober 2012 baru saja ini. Sebenarnya selama ini aku menjadikan lari cuma sebagai hobi saja. Tak pernah terpikir untuk ikutan lomba atau semacamnya. Tapi berhubung akhirnya ada seorang teman — Khairul — yang mengajak untuk ikutan event lomba lari ini, tanpa pikir panjang aku mengiyakan ajakan itu.

Sebelumnya dia sempat mengajak ikutan lari di Adidas King of The Road dan Jakarta Marathon pada bulan yang lalu. Tapi ternyata pendaftaran sudah ditutup dan ada bentrok dengan jadwal yang lain. Namun kali ini konkret juga akhirnya.

#mandiri4nation

#mandiri4nation

Jadilah event #Mandiri4Nation ini menjadi ajang comeback — yoii… bahasanya — setelah 8 tahun absen dari ajang lomba lari. Awalnya nggak yakin juga sewaktu mendaftar kategori 10K. Biasanya tiap lari sendirian, bisa dapat 5K saja sudah luar biasa, haha.

Tapi alhamdulillah, selama sebulan belakangan ini semenjak libur lebaran bisa rutin lari dengan jarak tempuh rata-rata 4-5 Km. Bahkan, dua hari sebelum perlombaan, aku memaksa latihan lari di lapangan SARAGA hingga mencapai jarak minimal 10K. Nggak nyangka sanggup juga menyelesaikan jarak tempuh 10,18 Km dalam waktu 55:32.

Catatan itu lumayan memberi kepercayaan diri buat lomba dua hari berikutnya. Target sih nggak muluk-muluk. Bisa finish 10K dalam waktu kurang dari sejam.

Sempat khawatir juga sih aku bakal kehabisan tenaga di tengah perlombaan. Soalnya dalam perjalanan menuju ke tempat lomba, aku dan Khairul sempat harus berjalan kaki setidaknya ada minimal 1K gara-gara harus memutar dari belakang gedung JCC menuju tempat garis start.

Alhamdulillah ternyata kekhawatiran itu tak terbukti. Bahkan, aku bisa memperbaiki catatan waktuku di latihan 2 hari sebelumnya. Menurut catatan aplikasi Runkeeper yang kugunakan, aku menempuh jarak 10,60 Km dalam waktu 52:02.

Sampai saat ini aku juga masih menunggu catatan waktu dari panitia yang katanya akan segera dirilis sesudah perlombaan di sini. Tapi faktanya sampai tulisan ini kubuat, belum dirilis juga. Begitu pula foto-foto selama lomba.

Seru juga ternyata ikut lomba lari itu. Adalah kepuasan tersendiri ketika bisa menyalip beberapa orang di depan. Aku salut juga sama beberapa cewek yang konsisten lari hingga 10K tanpa pernah berhenti. Kuat sekali mereka.

Setelah perlombaan, semua peserta lari mendapat kartu prabayar Mandiri E-Toll dengan saldo 50.000. Lumayan … bisa makan ‘gratis’ di food court di arena acara #Mandiri4Nation dengan kartu itu, hahaha. 😀

Hore, finish....!

Hore, finish….!

Gerbang Finish

Timer

Khairul & Neo

Khairul & Neo