Ada yang spesial pada perhelatan Indonesia Open tahun ini. Apa itu? Apa lagi kalau bukan acara farewell Taufik Hidayat. Yup, turnamen IOSSP 2013 ini menjadi turnamen perpisahan bagi sang legenda. Karena itu saya sengaja datang lebih awal sekitar pukul setengah 11 agar bisa mendapatkan spot tempat duduk yang bagus. Lumayan… dapat spot yang lebih bagus dari sehari sebelumnya. Suasana indoor Istora ketika itu masih sepi.
Beberapa mata acara sebelum pertandingan final dimulai, antara lain sesi foto para tournament umpire, Project Pop, dan tentu saja yang paling ditunggu-tunggu adalah farewell speech dari Taufik Hidayat. Sesi farewell ini begitu mengharukan.
Pertama-tama Pak Gita Wirjawan, sebagai ketua umum PB PBSI, naik ke atas podium untuk menyampaikan sambutan dan sedikit intro mengenai highlight perjalanan karir dan prestasi Taufik Hidayat. Kemudian disambung dengan video highlight pertandingan-pertandingan bersejarah Taufik Hidayat, termasuk ketika ia meraih medali emas Olimpiade Athena yang ditayangkan melalui giant screen yang berada di 2 sisi samping indoor Istora. Setelah itu barulah sang legenda memasuki podium dan menyampaikan pidato perpisahannya.
Inti pidatonya adalah Taufik mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung karirnya selama 25 tahun, termasuk 17 tahun sebagai pebadminton profesional. Mulai dari keluarga, orang tua, PBSI, pelatihnya (Mulyo Handoyo), sponsor (Yonex), Djarum (sebagai event sponsor), Trans 7 (sebagai event broadcaster TV partner), fans, dsb. Sebelum memberikan salam perpisahan, Taufik menyerahkan raket Yonex miliknya kepada Jonathan Christie, pemain junior Indonesia yang juga salah satu aktor dalam film King, sebagai simbolisasi bahwa Taufik mendukung regenarasi untuk atlet-atlet badminton Indonesia berikutnya, khususnya pada nomor tunggal putra.
Bagi Anda yang tak sempat menyaksikan farewell speech Taufik Hidayat kemarin, jangan khawatir… — thanks to BWF — Anda dapat menontonnya di link YouTube berikut ini:
Tepat pukul 12 siang atau sekitar 5-10 menit setelah acara perpisahan Taufik Hidayat, babak final IOSSP 2013 resmi dibuka. Pertandingan pertama menyajikan pertarungan antara ganda putri sesama China, Wang Xiaoli/Yu Yang vs Bao Yixin/Cheng Shu. Berikutnya adalah duel tunggal putra antara Lee Chong Wei vs Marc Zwiebler. Dan partai ketiga adalah tunggal putri antara Li Xuerui vs Juliane Schenk. Saya nggak akan mengulas bagaimana pertandingan berlangsung. Hasil akhir bisa langsung dibaca saja di link tournamentsoftware.
Ada yang unik pada penyelenggaraan final kali ini. Jika umumnya pemberi hadiah dalam acara prize ceremony dilakukan oleh pejabat-pejabat asosiasi badminton atau event sponsor terkait, pada IOSSP kali ini tidak hanya itu, legenda-legenda badminton seperti Alan Budikusuma, Haryanto Arbi, Christian Hadinata, Rexy Mainaky, Ricky Subagja, bahkan Taufik Hidayat pun juga diundang untuk menyerahkan hadiah pada ceremony tersebut. Luar biasa.
Satun-satunya wakil Indonesia yang bertanding pada final hari itu adalah pasangan ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang turun pada partai keempat melawan ganda Korea, Lee Yong Dae/Ko Sung Hyun. Agak mengherankan sih, kenapa partai ini tidak dimainkan pada partai terakhir untuk menjaga antusiasme penonton hingga akhir.
Terbukti, setelah partai ganda putra ini berakhir — dengan kemenangan untuk pasangan Indonesia, Istora mendadak kehilangan sekitar separuh lebih penontonnya. Padahal sebelumnya ketika partai yang memainkan wakil Indonesia tersebut, bangku penonton Istora ini terlihat sangat penuh seolah tak bersisa. Sayang sekali, mengingat partai kelima atau yang terakhir antara Zhang Nan/Zhao Yunlei vs Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen, masing-masing menampilkan permainan terbaiknya sehingga pertandingan berjalan sangat seru, ketat, dan menegangkan. Pada partai tersebut, pasangan China-lah yang akhirnya keluar sebagai juaranya.
Di akhir pertandingan kelima tersebut, panitia menyuguhkan penutupan berupa kembang api yang menyala di sekeliling arena. Keren! Tentu akan menjadi penutup yang manis ketika yang tengah bermain adalah wakil dari Indonesia dan mereka menjadi juara.
Anyway penyelenggaraan IOSSP tahun ini, khususnya dari segi entertainment yang ditawarkan cukup bagus. Tapi kalau boleh menilai, rasanya masih lebih bagus tahun sebelumnya, terutama dari konten tayangan animasi-animasi untuk memeriahkan atmosfer semifinal dan finalnya. Apalagi ketikaitu, didukung oleh pertandingan-pertandingan final yang semuanya berlangsung ketat 3 set dan penuh ketegangan. Namun, sekali lagi, overall sudah bagus sih. Cuma secara pribadi saya kurang suka dengan acara lempar-lempar merchandise, terutama momen ketika pemain yang baru saja menang diwawancarai sedangkan pemain yang kalah melempar-lempar merchandise itu sehingga membuat penonton gaduh dan tak mengacuhkan isi wawancara sang pemenang. Yah, semoga Indonesia Open tahun depan bisa lebih baik lagi dari sisi penyelenggaraan dan prestasi pemain Indonesianya.