Tempat pertama yang saya datangi adalah Shwezigon Pagoda yang memang lokasinya lebih dekat dicapai dari tempat rental sepeda ini. Cukup menyusuri jalan Lanmadaw 3 Road kemudian akan menemui pertigaan dengan petunjuk ke arah Shwezigon Pagoda.
Shwezigon Pagoda ini sepertinya satu-satunya pagoda yang berwarna emas di Bagan ini. Pagoda-pagoda lainnya yang ada di Bagan ini hampir semuanya berwana merah bata karena memang sengaja dibiarkan seperti warna asli komponen batu penyusunnya.
Di Swhezigon Pagoda ini saya cuma memotret luarnya saja. Saya merasa sangat awkward masuk ke dalam area pagoda. Pagoda kan sebenarnya tempat ibadah. Oleh karena itulah saya biasanya memilih memotret dari luar saja. Selain itu mungkin karena saya turis satu-satunya saat itu sehingga semakin menambah perasaan awkward saya.
Selepas dari Swhezigon Pagoda, saya mengayuh, eh, mengegas sepeda listrik saya kembali menuju tujuan berikutnya. Sebenarnya saya nggak tahu tujuan berikutnya pagoda apa lagi sih, haha. Pokoknya gas terus saja sambil melihat pemandangan sekeliling.
Saya susuri terus saja Lanmadaw 3 Road ini sampai akhirnya saya menemui sebuah pertigaan dengan plang bertuliskan Bagan. Saya coba belok ke arah kiri. Jalanan pun berubah menjadi beralaskan tanah saja.
Dari pertigaan tersebut saya mampir ke Ananda Pagoda. Pagoda ini salah satu di antara sedikit pagoda yang dindingnya dicat dengan warna putih. Saya hanya masuk ke halaman dan memotretnya dari luar saja. Lagi-lagi saya satu-satunya turis yang datang berkunjung di pagoda ini.
Dari Ananda Pagoda saya melanjutkan perjalanan kembali menuju Anawrahta Road. Anawrahta Road ini adalah jalan utama yang menghubungkan Nyaung U dengan Old Bagan dan New Bagan.
Jalannya besar. Aspalnya juga bagus. Sepanjang jalan terdapat tempat sampah setiap jarak tertentu. Beberapa titik tampak petugas taman tengah merapikan rumput yang tumbuh di taman separator jalan.
Bersepeda menjelajahi Bagan ini sungguh menyenangkan. Cuaca di Bagan ini walaupun panas, tapi tidak terasa menyengat. Angin yang berhembus bahkan cenderung sejuk. Mungkin saat itu memang lagi musimnya seperti itu.
Saya menyusuri jalan Anawrahta Road ini menuju ke arah Old Bagan. Pagoda yang saya kunjungi kali ini adalah Swhesandaw Pagoda, pagoda tertinggi yang ada di Bagan ini.
Setelah memarkir sepeda, saya pun langsung naik mendaki pagoda. Tangga yang membentang hingga ke puncak pagoda ini cukup curam. Saya jadi teringat pengalaman tahun lalu mendaki salah satu candi di kawasan Angkor Wat saat backpacking ke Kamboja. Sama curamnya, tapi yang ini lebih tinggi.
Begitu saya sampai di puncak pagoda, saya pun takjub melihat pemandangan sekeliling dari atas sana. Wow… pemandangan yang sebelumnya cuma bisa saya lihat di foto-foto yang menjadi trademark Bagan, akhirnya saya lihat langsung dengan mata kepala sendiri. Bedanya, pagi itu tak tampak balon-balon udara yang beterbangan di atas kawasan Bagan. Entah karena memang sudah agak siang atau memang ya itu tadi, low seaason untuk pariwisata di Myanmar.
Saya mengitari puncak Shwesandaw Pagoda ini dan memotret pemandangan dari berbagai sudut dari atas situ. Jam saat itu menunjukkan belum ada pukul 9 pagi, namun saya merasa pemandangan kota kuno Bagan dari atas Shwesandaw Pagoda ini adalah klimaks dari perjalanan saya di Bagan ini. Setelah ini saya tak tahu tempat mana lagi yang menarik untuk dikunjungi di Bagan ini karena di mana-mana hanya pagoda, pagoda, dan pagoda. Tak ada yang spesial lagi.
Karena itulah saya puas-puaskan berada di atas sini. Angin di atas pagoda ini berhembus lumayan kencang. Saya (masih) menjadi turis satu-satunya di pagoda ini. Namun, tak berapa lama kemudian sebuah rombongan turis bapak-bapak bule datang berkunjung ke atas pagoda.
Setelah 1 jam berada di atas Shwesandaw Pagoda ini, saya pun akhirnya turun juga. Bagan River menjadi tujuan saya berikutnya. Oh ya, dari atas Shwesandaw Pagoda ini Bagan River ini terlihat juga di kejauhan. Menambah cantiknya pemandangan Bagan dari atas Shwesandaw Pagoda.
Saya mengegas sepeda menyusuri Anawrahta Road ke arah barat, lalu berbelok ke kanan ke arah utara, dan lurus saja hingga mentok. Dalam perjalanan itu saya sempat melewati Bagan Archeological Museum, dan beberapa hotel berbintang yang menawarkan view Bagan River.
Di tepi Bagan River ini terdapat sejumlah perahu yang tengah bersandar. Jika melihat bentuk perahunya, sepertinya perahu-perahu ini diperuntukkan untuk penumpang. Entah dipakai untuk keperluan transportasi penduduk sekitar, atau untuk pariwisata saja.
Yang jelas, saat saya berkunjung ke sana, saya sempat sebuah kapal yang berukuran lebih besar dengan turis-turis bule di dalamnya tengah berlayar di Bagan River ini. Beberapa agen wisata di sana saya ketahui memang menawarkan paket cruise di Bagan River ini.
Sebentar saja saya berada di tepi dermaga Bagan River ini. Setelah itu saya kembali melanjutkan penjelajahan saya. Kali ini saya mengegas sepeda saya ke arah New Bagan. Di New Bagan ini sebenarnya tidak ada pagoda-pagoda sebagaimana di Old Bagan. New Bagan adalah area pemukiman pusat kawasan penginapan bagi para turis sebagaimana Nyaung U.
Tak saya sangka, ternyata jarak Bagan River ke New Bagan ini sangat jauh. Baru separuh jalan dari Bagan River, saya mulai khawatir cadangan listrik sepeda saya tak cukup untuk sampai ke sana serta kembali ke tempat rental sepeda. Saya pun berpikir untuk kembali.
Tapi sebelum saya kembali saya sempat mampir ke kompleks pagoda yang dekat dengan posisi saya saat itu. Sebab saya melihat beberapa turis sekitar 3-5 orang tampak mengunjungi kompleks tersebut. Sepertinya menarik.
Walaupun tak setinggi Shwesandaw Pagoda, pemandangan dari atas pagoda ini ternyata juga cukup cantik. Pagoda ini juga dekat dengan sisi Bagan River. Well, setidaknya terlihat dari atas situ.
Setelah itu saya melanjutkan perjalanan saya kembali menuju Old Bagan. Saya sempat melewati kawasan pemukiman penduduk yang bernama Myin Ka Bar. Area ini tak sebesar Nyaung U. Di sana juga terdapat beberapa penginapan. Ketika itu tengah bubaran anak sekolah. Jalanan ramai dengan anak-anak sekolah yang pulang dijemput orang tuanya dengan sepeda motor, angkot (ya, di Bagan ini ada mobil sejenis colt yang mirip angkot di Indonesia), dan berjalan kaki.
Praktis, aktivitas di Old Bagan ini yang saya lakukan adalah cuma sepedaan yang nggak jelas ke mana arahnya. Muter-muter aja sambil menunggu waktu Dhuhur datang.
Saya sempat berjumpa seorang solo backpacker cewek dari Korea di suatu pagoda yang cukup random. Uniknya dia bisa berbahasa Indonesia ternyata. Well, bahasa Melayu sih lebih tepatnya. Dia sempat exchange beberapa bulan di Malaysia. Dia pernah main ke Bali juga. Bagan ini adalah cuma seuprit dari itinerary perjalanannya yang mencapai 2 bulan keliling Indochina. Dia masih mahasiswa sih, dan kebetulan lagi libur panjang. Btw, senang sekali dia difoto di pagoda tersebut. Padahal view di pagodanya nggak bagus-bagus amat, haha.
Di Bagan ini sepanjang pengetahuan saya tidak ada masjid. Karena itu, tempat agak repot memang untuk menunaikan sholat di situ. Padang rumput yang sepi di antara kompleks pagoda menjadi tempat alternatif untuk melaksanakan sholat di Bagan ini. Jangan lupa untuk membawa botol air untuk berwudlu.
Saya tak menyadari cadangan listrik sepeda saya ternyata tinggal sedikit lagi. Lampu indikator cadangan listrik di dashboard sepeda saya memang kurang terang sehingga saya agak kesulitan mengetahui berapa persen cadangan listrik sepeda saya.
Sialnya, ternyata ketika cadangan listrik sepeda mulai kritis, sepeda nggak bisa digas secara konstan. Mana sepedanya nggak bisa dikayuh pula. Ada pedal di sepeda, tapi ternyata nggak berfungsi. Saya pun terpaksa mendorong sepeda dengan kaki saya, sambil sesekali saya gas. Mana jarak ke tempat rental masih jauh pula. Ada kali 5 km lebih. Biarin dah dilihatin orang-orang.
Dua orang anak kecil dan seorang tukang delman sempat menghampiri saya menanyai permasalahan yang saya alami. Mereka menawarkan bantuannya. Unfortunately, there’s nothing they can do.
Di suatu jalan saya berpapasan dengan 3 backpacker, 2 perempuan dan 1 laki-laki, bertampang Asia Timur yang tengah naik sepeda. Mereka tertawa melihat saya. Dalam hati saya berkata, serius nih orang bukannya mbantuin malah ngetawain, haha. Eh, surprisingly, ternyata mereka menawarkan bantuan ke saya. Dan mereka sangat solutif.
Mereka menawarkan untuk menarik sepeda saya ke rental sepeda saya dengan cara berpegangan tangan. Mereka bercerita kepada saya mereka pun sebelumnya juga sempat mengalami hal yang sama dengan saya, kehabisan cadangan listrik di tengah jalan. Oh… itu sebabnya mereka tertawa tadi. Ternyata ada orang lain yang mengalami hal apes seperti mereka, haha.
Baik sekali ketiga backpacker tadi. Dalam hati saya menerka-nerka dari mana asal mereka dari bahasa yang mereka ucapkan. Saya pikir mereka berasal dari China atau negara yang menggunakan varian bahasa China. Setelah saya tanya, ternyata mereka berasal dari Vietnam. Haha, salah semua tebakan saya.
Sesampainya di tempat rental sepeda, saya pun menukar sepeda saya dengan sepeda lain yang masih penuh cadangan listriknya. Setelah itu kembali melanjutkan muter-muter lagi. Namun, baru beberapa ratus meter hujan mulai turun. Saya pun memutuskan untuk kembali ke tempat rental sepeda.
Hujannya sebenarnya tidak deras. Hanya gerimis saja. Dan itu sebenarnya masih tolerable lah untuk ditembus. Langit juga tidak mendung. Tapi saya baru menyadari bahwa saya belum makan berat sejak maghrib sehari sebelumnya.
Susah memang cari makanan halal di Bagan ini. Saya belum menemukan info ada restoran halal di Bagan ini. Karena itulah, akhirnya saya memutuskan untuk makan di rental tempat sepeda ini saja. Kebetulan mereka juga membuka warung di rumahnya. Saya memesan telor ceplok dengan sayur. Untuk minuman, saya memesan lassi. Btw, lassi ini semacam yoghurt. Enak rasanya. Total semuanya habis Ks2.500.
Setelah makan, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Saya memutuskan untuk tetap stay di warung sambil mengobrol-ngobrol dengan keluarga pemilik warung sekaligus rental sepeda ini. Ternyata mereka ini keluarga besar kakak beradik yang tinggal bersama istri-istrinya di dalam satu rumah. Tetangga-tetangganya pun masih ada hubungan keluarga dengan mereka. Hotel melati yang berada di seberang jalan rumah mereka, juga masih punya sepupu mereka.
Sang kakak, seorang bapak yang dari penampilannya sepertinya usia sekitar 40 tahunan, memiliki 3 anak. Beliau ternyata pekerjaan sehari-harinya adalah sopir angkutan umum. Btw, angkot di sini modelnya seperti mobil pickup gitu. Di bak belakang terdapat bangku yang berhadap-hadapan, sebagaimana angkot pada umumnya di Indonesia.
Bapak tersebut menawarkan untuk mengantarkan saya ke terminal bus. Beliau mematok tarif Ks4.000. Tanpa pikir panjang saya pun dengan nada gembira langsung mengiyakan tawaran beliau. Saya tak perlu repot-repot lagi mencari angkutan dan tawar-menawar harga. Harga Ks4.000 itu jauh lebih murah daripada harga Ks10.000 yang saya bayar untuk taksi dari terminal pagi sebelumnya.
Di warung itu saya lebih banyak berbincang dengan sang adik, yang usianya kira-kira tidak jauh berbeda dari sang kakak. Sekitar 40 tahunan juga saya pikir. Mungkin karena bahasa Inggrisnya lebih baik daripada sang kakak. Kami mengobrol banyak sore itu.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 17.30. Saya juga sudah kehabisan topik untuk diperbincangkan lagi. Saya pun bilang kepada sang kakak untuk diantarkan sekarang saja ke Bagan Shwe Pyi Highway Bus Terminal. Cukup 20 menit saja waktu yang dibutuhkan untuk mencapai terminal tersebut.
Sesampainya di terminal saya segera menuju kantor bus Bagan Minn Thar Express yang sudah saya pesan pagi sebelumnya. Saya langsung check-in dengan mengisi nama saya di form manifest penumpang yang diberikan petugas.
Saya menjadi penumpang pertama yang datang sore itu. Tak cukup mengherankan. Belum ada pukul 6 sore saat itu, yang berarti masih ada satu jam lebih sebelum jadwal keberangkatan bus.
Mendekati pukul 7 malam, berangsur-angsur calon penumpang pun berdatangan. Wah, lumayan banyak juga turisnya. Terlihat dari wajah mereka yang bule-bule dan memakai tas ransel yang besar-besar. Yang penumpang lokal pun juga ada.
Sekitar 10 menit sebelum berangkat kami semua diminta untuk segera naik ke dalam bus. Kru bus mengecek kembali penumpang yang sudah naik. Berbeda dengan Elite Express, bus yang saya tumpangi dari Yangon ke Bagan, tak ada pramugari di bus Bagan Minn Thar ini. Eh, ada ding, pramugara, haha. Bapaknya pakai sarung longyi khas Myanmar dan mengunyah sirih. Suka ngasih pengumuman setiap bus mau berhenti.
Sekitar pukul 7 lewat 5 menit bus pun berangkat. Dan saya pun langsung berusaha melelapkan diri untuk mengistirahatkan badan yang letih setelah berkeliling Bagan seharian ini. Bus sempat singgah di sebuah rumah makan sekitar pukul 9 malam selama kurang lebih 30 menit.
————————————————————————————————————————
Pengeluaran Day 2 – Bagan
- Tiket bus Bagan-Inle : MMK 11.000
- Taksi Bagan Shwe Pyi Highway Bus Terminal-Nyaung U : MMK 10.000
- Tiket masuk wilayah Bagan : MMK 26.000
- Sewa e-bike : MMK 5.000
- Makan siang : MMK 2.500
- Angkutan Nyaung U-Bagan Shwe Pyi Highway Bus Terminal : MMK 4.000
Total = MMK 58.500 ~ IDR 627.084
* Kurs USD 1 = IDR 13.560 = MMK 1.265
* MMK = Myanmar Kyat
————————————————————————————————————————
Wah, kayaknya boleh juga nih ke Bagan. Tapi kayaknya muter seharian juga kurang puas ya?
LikeLike
Iya mbak. Seharian kurang puas haha. Walaupun isinya cuma pagoda, pagoda, dan pagoda. Tapi viewnya oke-oke kok di sana. Setiap pagoda menawarkan view yg berbeda.
LikeLike
Keren keren…
Suatu hari harus pergi ke Myanmar nih 🙂
LikeLike
Mas, kalo rental mobil rate harganya berapa?
Dan saya berencana kesana januari, katanya sih bertepatan sama balon udara. Kalo dari Yangon bis malam, kira2 keburu ga ya untuk hunting sunrisenya? Makasih
LikeLike
Wah, nggak tahu mas soal rental mobil. Saya nggak cari info sama sekali waktu itu.
Kalo dari Yangon naik bus malam, menurut saya agak mepet. Sebagai gambaran, saya berangkat dari Yangon itu pukul 21.30. Sampai di terminal Bagan pukul 6.30. Subuh di Bagan itu sekitar pukul 4.45. Sunrise jam 6 pagi. Jadi jam 6.30 sudah telat banget.
Kalo masnya mau ngejar sunrise, sebaiknya ambil bus yang lebih awal dari itu. Paling lambat jam 8 malam. Jadi sampai di Bagan jam 5 pagi. Langsung hire driver aja dari terminal. Minta diajak ke tempat lihat sunrise. Banyak banget orang yg nawarin rental mobil di terminal, sekaligus tur di Bagan.
LikeLike
Bacanya berasa ikut keliling2 bagan haha
Informatif infonya mas,Pngn bgt liat sunrise dg bumbu2 balon udara di bagan..
Semoga bln oct ini bisa terpenuhi.. Aamiin
LikeLike