Tag Archives: sepakbola

It’s Coming (To) Rome

“It’s coming to Romee, it’s coming to Romee..”

Begitulah teriakan Bonucci setelah Italia memastikan gelar juara Euro 2020 melalui adu tendangan penalti melawan Inggris pada final Euro 2020 5 hari yang lalu. Tagline “It’s coming home” yang biasa didengungkan di media berhasil diplesetkan oleh Italia menjadi “It’s coming (to) Rome”.

Sebagai pendukung setia Italia, tentu saja rasanya puas banget menyaksikan Italia mendapatkan gelar juara kembali setelah pada tahun 2006 lalu saya juga menyaksikan Italia mendapatkan gelar Piala Dunia di Jerman. Apalagi Euro 2020 ini adalah turnamen comeback-nya Italia setelah absen di Piala Dunia 2018 lalu.

Piala Dunia 2018 bagi saya ketika itu adalah turnamen sepakbola paling hampa karena tidak ada tim yang saya jagokan. Hahaha. Lebay banget. Saya sempat menuliskan unek-unek saya ketika itu di sini.

Di turnamen Euro 2020 ini untuk pertama kalinya saya merasa optimistis Italia bisa meraih gelar juara sejak turnamen belum digulirkan. Selama ini walaupun memandang Italia sebagai tim kuat, tapi saya selalu merasa banyak negara lain yang lebih solid dan potensial untuk menjadi juara.

Continue reading
Advertisement

I M Scudetto

Sudah lama saya tidak menulis komentar tentang sepakbola di blog ini. Mungkin karena klub favorit saya, Inter Milan, sudah lama sekali tidak pernah punya prestasi yang membanggakan. Semenjak mandapatkan treble dan ditutup dengan menjadi juara piala dunia antar klub pada tahun 2010, Inter mulai memasuki — istilah para fan sepakbola — banter era. 😂

Praktis, setelah momen bersejarah tahun 2010 itu hingga tahun ini, Inter Milan hanya pernah menjadi menjadi juara sekali saja, yakni Coppa Italia 2010-2011. Dari Jaman pergantian kepemilikan klub dari Massimo Moratti ke Erick Tohir terus ke Sunning, ternyata “prestasi terbaik” berikutnya baru hadir pada musim lalu dengan menjadi runner-up Serie A dan Liga Eropa.

Setelah 11 tahun berlalu, akhirnya pada musim 2020-2021 ini Inter Milan mendapatkan kembali scudetto Serie A. Dengan sangat meyakinkan pula. Gelar juara sudah dikunci pada pekan 34 dan memiliki selisih akhir 12 poin dengan peringkat dua, AC Milan. Selamat! Congratulazioni!

Bahagia sekali akhirnya melihat kapten tim, Samir Handanovic, bisa mengangkat tropi untuk pertama kalinya semenjak bergabung pada tahun 2012. Jika boleh merangkum perjalanan Inter Milan 11 tahun terakhir, menurut saya Samir Handanovic ini lah yang paling konsisten mainnya dan bisa dibilang (satu-satunya?) pemain dengan kualitas world class yang dimiliki oleh Inter Milan. Kesetiaan selama 9 tahun akhirnya terbayar. 😀

Ketika Antonio Conte didatangkan pada 2 tahun lalu, mulai banyak tambahan pemain bagus yang bergabung juga dengan Inter Milan. Yang paling outstanding — tanpa mengecilkan peran pemain lainnya — tentu saja menurut saya adalah Romelu Lukaku, Achraf Hakimi, dan (unexpectedly) Nicolo Barella.

Saya tahu Nicolo Barella sudah menjadi wonderkid semenjak di Cagliari. Namun tidak menyangka perannya bisa menjadi sangat vital secepat ini di Inter Milan. Begitu pula dengan Alessandro Bastoni yang menjadi exceptional sekali di bawah asuhan Antonio Conte.

Skuad yang ada sekarang saya lihat sudah semakin solid. Tambahan pemain baru relatif tidak terlalu diperlukan. Rotasi pemain di Serie A musim ini berjalan cukup baik juga.

Yang menarik tentu saja menantikan kiprah Inter Milan musim depan di Liga Champions. Dengan status juara Serie A peluang Inter Milan semakin besar tentunya untuk terhindar dari grup neraka.

Lari Pagi Sambil Nonton Persib Latihan

Rabu pagi kemarin adalah hari libur nasional dalam rangka Hari Buruh. Saya memanfaatkan libur itu untuk lari pagi di Sarana Olahraga Ganesha (Saraga) ITB.

Tak disangka, ternyata di lapangan sepakbola Saraga pagi itu tengah ada latihan Persib. Saya baru tahu kalau Persib ternyata sekarang memanfaatkan Saraga sebagai tempat latihan juga. Maklum, saya tidak terlalu mengikuti Persib sebetulnya.

Walaupun cukup sering lari pagi di Saraga, baru kali ini saya melihat Persib latihan di sana. Padahal kalau baca di berita ini, pada bulan Februari kemarin pun Persib sudah mulai latihan di sini. Mungkin waktu saya lari saja yang tidak pas.

Ini pertama kali saya menonton sebuah tim sepakbola profesional latihan. Menarik juga bisa menonton mereka latihan dari jarak dekat.

Ketika saya lari, latihan belum dimulai. Pemain masih santai-santai. Baru kemudian mereka lari keliling lapangan sepakbola 1 atau 2 putaran. Setelah itu lanjut pemanasan ringan.

Setelah pemanasan, mereka main game bola tangan. Nggak ngerti juga apa tujuan latihan bola tangan dalam untuk seorang atlet sepakbola. Mungkin untuk relaksasi saja.

Setelah itu, latihan dilanjutkan dengan latihan taktik oleh pelatih. Sepertinya Miljan Radović yang memimpin langsung latihan taktik saat itu. Saya agak kurang jelas sih karena melihat dari jauh.

Dia tampak mengarah-ngarahkan posisi pemain. Setelah itu, para pemain pun bermain game kecil-kecilan dengan posisi gawang yang tidak biasa.

Tidak lama sih saya menonton Persib latihan. Mungkin sekitar setengah jam saja. Sehabis lari, saya langsung pulang.

Tubagus Futsal Club

Futsal Lagi Setelah Sekian Lama

Malam Jumat kemarin saya main futsal lagi setelah sekian lama. Saya main bersama teman-teman kantor di Tubagus Futsal Club.

Btw, ini kali pertama saya main futsal di sana. Malah saya baru tahu ada lapangan futsal di daerah Tubagus Ismail, Bandung. Sejak kuliah saya dan teman-teman paling sering biasanya main di lapangan YPKP.

Bagus juga ternyata tempatnya. Parkirannya luas banget. Padahal lokasinya berada di dalam kompleks perumahan.

Ada 2 lapangan rumput sintetis di sana. Per jamnya 150 ribu rupiah. Sebelum main kami sholat maghrib dulu dan waktu sewa kami terpotong sekitar 10 menit. Yang harusnya kami selesai jam 7 malam, oleh pengelolanya kami dikasih tambahan waktu sampai jam 19.10. Baik ya.

Malam itu lumayan enakan mainnya walaupun sudah lama tidak nendang bola lagi. Kemarin saya bisa mencetak 3 gol dan beberapa assist. Skor pertandingan 11-9 kalau tidak salah. Banyak ya. Hahaha.

Company Outing ke Citarik

Sekitar dua minggu lalu sepulangnya dari Malaysia, siangnya ba’da Sholat Jumat aku bersama teman-teman kantor Mobilus dan Javan — dua perusahaan startup anak-anak IF’04 — pergi jalan-jalan ke Citarik, Sukabumi. Perjalanan ke Citarik dari Bandung memakan waktu kurang lebih 5 jam dengan bus. Kami yang meninggalkan Bandung pukul 4 sore baru tiba sekitar pukul 9 malam.

Tempat istirahat

Tempat istirahat

Camp tempat kami menginap dan pihak EO yang mengurusi segala kebutuhan kami selama di Citarik ini namanya adalah Kaki Langit. Sesampainya di Kaki Langit Camp kami langsung disuguhi makan malam dengan menu lalapan ikan (sayangnya aku nggak tahu nama ikannya, hehehe). Kami juga sudah disiapkan satu rumah panggung untuk tempat kami beristirahat. Tenang saja, laki-laki dan perempuan tidak dicampur kok tempat istirahatnya. Di rumah itu juga tersedia kamar yang diperuntukkan bagi yang perempuan.

Kami baru memulai kegiatan keesokan harinya. Subuh-subuh kami sudah bangun untuk menunaikan sholat Subuh dan setelah itu menikmati suasana pagi di desa yang masih asri ini dengan duduk-duduk mengobrol sambil menyeruput secangkir kopi.

Suasana pagi di Kaki Langit Camp

Suasana pagi di Kaki Langit Camp

Tak terasa waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 6 pagi tapi matahari belum menampakkan batang hidungnya. Tak lama kemudian hujan gerimis pun turun. Untungnya itu tak berlangsung lama. Mungkin sekitar 30-45 menit. Setelah itu hujan benar-benar reda. Kami pun langsung keluar untuk bermain bola di lapangan yang ada di belakang Kaki Langit Camp ini.

Main sepakbola

Main sepakbola

Puas main sepakbola, kami kembali ke penginapan untuk mengisi energi alias sarapan pagi. Menu sarapan pagi saat itu adalah nasi goreng.

Setelah sarapan pagi, kegiatan kami berikutnya adalah main PAINTBALL! Wow, ini adalah kali pertama aku main paintball. Sebelumnya aku cuma pernah main airsoft gun saja semasa SMA dulu. Dan pengalaman paling menyenangkan adalah saat main airsoft gun ketika Bedhol Bhawikarsu di Tutur saat kelas XII dulu dengan “medan perang” ketika itu adalah kawasan hutan di sebuah desa di Tutur sana.

Sebelum main, kami di-briefing terlebih dahulu oleh Aa’ dari Kaki Langit. Kami dijelaskan perlengkapan paintball, cara menggunakannya, aturan permainan, dan bagaimana menentukan pemenangnya.

Masa “pertempuran” diberi waktu 30 menit dengan masing-masing “tentara” dipersenjatai 30 peluru. Kedua kubu ditempatkan pada kedua sisi berlawanan di dalam medan pertempuran. Misinya adalah Continue reading

Pertandingan Spektakuler Bayern Munchen vs Inter Milan

Baru kali ini aku menulis tentang sepak bola di blog ini. Tapi aku tak bisa menahan diri untuk tidak menulis tentang pertandingan luar biasa yang satu ini. Semalam aku baru saja menonton pertandingan yang sungguh spektakuler menurutku, antara Bayern Munchen melawan Inter Milan. Nggak sia-sia aku emenontonnya secara langsung melalui streaming. Agak kesal juga ketika aku bangun ternyata baru menyadari bahwa RCTI nggak menyiarkan pertandingan ini seperti pada partai pertama, malah menyiarkan pertandingan Manchester United (MU) vs Marseille yang menurutku sudah hampir pasti 95% diambil oleh MU.

Ada banyak kata kunci untuk menggambarkan pertandingan yang spektakuler ini: kesabaran, konsentrasi, pantang menyerah, dan keberuntungan. Bagaimana tidak, setelah unggul 1-0 melalui gol cepat Samuel Eto’o (poacher sejati yang pernah kulihat), Inter dibombardir terus menerus oleh Bayern Munchen hingga terjadilah blunder yang dilakukan oleh Julio Cesar melalui skema yang nyaris persis dengan gol telat Bayern pada partai pertama di Milan. Setelah gol Bayern itu, pemain Inter tampak down sehingga selanjutnya pertahanan mereka begitu mudahnya ditembus oleh barisan penyerang Bayern.

Gol kedua datang tidak lama setelah gol pertama. Lagi-lagi terjadi karena kesalahan barisan belakang Inter Milan. Pemain Inter tampak sangat terpukul dengan gol kedua ini. Setidaknya dua gol harus mereka ceploskan agar bisa lolos ke babak berikutnya. Suatu misi yang sangat sulit mengingat Inter begitu susah menembus barikade Bayern. Konsentrasi yang hilang setelah kebobolan 2 gol itu tampaknya masih dialami pemain Inter. Buktinya, berturut-turut Bayern mendapatkan beberapa peluang bersih yang seharusnya menjadi gol, terutama kesempatan Ribery saat berhadapan satu lawan satu dengan Julio Cesar.

Nah, di situlah titik baliknya menurutku. Pemain inter menjadi yakin bahwa peluang lolos itu masih hidup setelah Bayern beberapa kali gagal mencetak gol. Akhirnya, dengan usaha pantang menyerah, Inter dapat menambah 2 gol melalui Sneijder dan Pandev. Keduanya tercipta melalui skema kerja sama yang sangat apik. Inter pun akhirnya menang 3-2 dan secara agregat skor adalah 3-3 dengan Inter sebagai pemenangnya karena keuntungan gol tandang.

Gol emas Pandev

Gol emas Pandev

Sungguh kemenangan paling dramatis yang pernah kulihat setelah pertandingan Bayern Munchen vs Manchester United 1-2 (Final UCL 1999), Belanda vs Italia adu penalti 1-3 (Semifinal Euro 2000), Perancis vs Italia 2-1 (Final Euro 2000), Korea Selatan vs Italia 2-1 (16 besar Piala Dunia 2002), dan Jerman vs Italia 0-2 (Semifinal Piala Dunia 2006). Jangan heran kalau semuanya melibatkan Italia, soalnya saya memang fans tim Italia, hehehe. Kalau klub, saya fans Inter Milan :D. Sebenarnya ada banyak pertandingan lain yang dramatis juga, tapi yang pernah kutonton dan kuingat ya itu.

“]Final UCL 1999 MU vs Bayern Munchen 2-1 (livesoccertv.com)

Final UCL 1999 MU vs Bayern Munchen 2-1 (livesoccertv.com)

 

Adu penalti Belanda vs Italia 1-3 Semifinal Euro 2000 (rediff.com)

Adu penalti Belanda vs Italia 1-3 Semifinal Euro 2000 (rediff.com)

 

Trezeguet's golden goal, France vs Italy 2-1 in Euro 2000 Final (SportWebMedia's Flickr)

Trezeguet's golden goal, France vs Italy 2-1 in Euro 2000 Final (SportWebMedia's Flickr)

 

Gol kemenangan Ahn Jung Hwan Korea vs Italia 2-1 Perdelapan Final WC 2002 (skysports.com)

Gol kemenangan Ahn Jung Hwan Korea vs Italia 2-1 Perdelapan Final WC 2002 (skysports.com)

 

Gol Del Piero, Jerman vs Italia 0-2, Semifinal WC 2006 (Reuters)

Gol Del Piero, Jerman vs Italia 0-2, Semifinal WC 2006 (Reuters)