Tag Archives: kerja

Hobi Olahraga Baru

Satu bulan terakhir ini saya lagi mencoba hobi baru, yakni berenang. Awalnya dari ajakan teman saya. Saya dapat info dari dia kalau ada sebuah hotel di daerah Dago yang memiliki paket member untuk mendapatkan harga khusus fasilitas kolam renang dan fitness center. Jatuhnya jadi murah banget. Saya pun ikutan mendaftar.

Saya dan 2 orang teman saya rutin berenang dua kali dalam seminggu, setiap pagi sebelum berangkat kerja. Kebetulan jam masuk kerja saya fleksibel. Lumayanlah menambah hobi yang menyehatkan. Bikin seger juga sebelum memulai kerja.

Sebenarnya saya tak pandai berenang. Makanya senang banget ada teman yang ngajakin. Jadi ada teman buat latihan bareng. Lumayanlah sebulan ini setelah konsisten berenang, kayaknya jadi ada peningkatan. Hahaha. 😂

Menyenangkan juga punya teman yang bisa diajak menyalurkan hobi berolahraga bersama-sama. Soalnya sejak masuk ke dunia kerja, semakin ke sini makin susah menemukan teman yang memiliki hobi dan waktu luang yang cocok dengan kita. Dulu masih bisa rutin main badminton seminggu sekali, juga main futsal. Namun sekarang sudah hampir nggak pernah lagi.

Advertisement

S2, Kerja, dan Menikah

Tiga kata itulah yang kini sering menjadi topik perbincangan hangat di antara beberapa teman dekatku. Kalau dulu semasa orientasi kampus di Sabuga kami dikenalkan oleh bapak-bapak alumni kampus gajah ini dengan 3 hal yang menggambarkan kehidupan kampus: buku, pesta, dan cinta, kini sepertinya 3 hal itu telah tergantikan dengan 3 yang aku sebutkan di judul tulisan ini.

Bukan hal yang aneh ketika ketiga hal itu tiba-tiba menjadi trending topic di antara para SWASTA (baik itu Mahasiswa Sedang Tugas Akhir, Mahasiswa Sudah Sidang Tugas Akhir, maupun Mahasiswa Sudah Sarjana Teknik). Ketika kita akan meninggalkan dunia perkampusan ini, pasti mau tidak mau kita harus menyusun rancangan perjalanan hidup berikutnya.

Bagi teman-teman yang waktu kelulusannya ‘tertunda’ seperti aku ini, setidaknya masih punya sedikit nafas untuk memikirkan itu. Bagi teman-teman yang akan lulus April ini, sudah mulai tampak kegalauan mereka.

Kegalauan itu mengarah kepada apakah setelah lulus mau memilih S2 atau kerja dan siapakah pendamping wisudanya (dan tentu juga sebagai pendamping hidupnya) nanti. Dari pengamatanku soal S2 sebenarnya tak terlalu begitu menjadi pertimbangan yang berat di antara teman-teman yang lulus. Intinya mereka tak mempermasalahkan bisa S2 atau tidak. Jadi tingkat kegalauan untuk urusan S2 ini sangat rendahlah.

Untuk urusan kerja, beberapa teman sering curhat mengenai standar gaji yang selayaknya mereka terima. Ya, dari obrolan dengan beberapa kawan, aku menangkap secara sadar bahwa teman-teman di sejurusan ataupun jurusan ‘sebelah’ tak ada kekhawatiran tak mendapatkan pekerjaan (baguslah …). Yang menjadi kekhawatiran mereka sebagaian besar adalah masalah kecocokan dengan pekerjaan dan gaji yang tak ‘seberapa’.

Terakhir, mengenai ‘menikah’, satu hal, kata tersebut merupakan kata yang cukup sakral. Bagi sebagian orang hal ini mungkin terasa sangat sensitif, tapi bagi sebagian yang lain hal ini selalu menarik untuk diperbincangkan. Aku pun sering tak sungkan mengobrol atau mendengar curhatan seorang teman tentang hal yang satu ini.

Kegalauan tentang hal ini di kalangan SWASTA dimulai ketika terbebani untuk mendapatkan pendamping di hari wisudanya. Hmm … tentang ini, aku tak tahu asal usulnya dari mana. Bahkan, ada seorang teman yang akan lulus April ini dia tengah berusaha mati-matian untuk memperolehnya. Tapi bukan sekedar pendamping wisuda, melainkan juga sebagai pendamping hidup.

Di luar tiga hal itu aku yakin pasti setiap orang punya pemikiran sendiri yang berbeda mengenai rencana perjalanan hidup berikutnya. Intinya sih, mari kita persiapkan bersama-sama apa yang sudah kita rencanakan dan jangan sampai terjebak dalam kegalauan yang berlarut-larut. Hahaha. 😀