Monthly Archives: March 2018

Promo Berlangganan Bookmate

Sebulan yang lalu saya baru tahu ada aplikasi bernama Bookmate. Saya mengetahuinya setelah membaca review buku di blog ini. Padahal kalau menurut Wikipedia, Bookmate ini sudah malang melintang sejak tahun 2010. Sudah telat sekali ya saya tahunya. Hahaha.

Saya pun bergegas untuk mengunjungi situsnya dan mendaftarkan diri sebagai pengguna. Rupanya untuk anggota baru ada promo berlangganan Rp9.900 untuk 3 bulan. Jadi memang sistem di Bookmate ini kita bisa membaca berbagai macam buku sepuasnya dengan cara berlangganan.

Promo Bookmate untuk pengguna baru

Promo Bookmate untuk pengguna baru

Selain promo berlangganan premium 3 bulan seharga Rp9.900, mereka juga menawarkan free trial premium selama sebulan. Karena saya tidak yakin mampu menghabiskan buku dalam jangka waktu sebulan, saya pun memilih untuk mengambil promo yang 3 bulan itu. Hehehe.

Pilihan bukunya ternyata sangat bervariasi dan sangat banyak. Dari buku terbitan luar negeri sampai dalam negeri pun ada. Buku pertama yang saya baca adalah Sapiens, tulisan Yuval Noah Harari.

Etalase pilihan buku di Bookmate

Etalase pilihan buku di Bookmate

Dengan biaya segitu (Rp9.900) bisa membaca berbagai buku tentu saja sangat menguntungkan bagi pengguna seperti saya. Bisa menghemat banyak dibandingkan harus membeli buku satu-satu. Tapi entah dari sisi penulis bagaimana. Apakah diuntungkan atau dirugikan dengan business model seperti ini.

Advertisement

Jalan-Jalan di Padang & Bukittinggi (Bag. 4-Tamat): Danau Singkarak

Sesampainya di hotel kami langsung menikmati sarapan pagi yang disediakan oleh pihak hotel. Saya mengambil menu Nasi Goreng Padang. Rasanya cukup sedap. Inginnya sih nambah. Tapi tidak ingin kekenyangan juga karena harus memberikan ruang untuk menyantap kuliner berikutnya. Hehehe.

Namun, rupanya keputusan itu harus saya sesali karena setelah itu ternyata kami tak sempat singgah untuk kulineran sampai tiba di bandara. Hiks, hiks.

Yup, pagi itu setelah check-out sekitar pukul 9.30 kami langsung tancap gas menuju Bandara Internasional Minangkabau. Kami mengambil rute yang berbeda dengan keberangkatan. Kami memilih rute melalui Danau Singkarak.

Check-out dari Hotel Maison

Check-out dari Hotel Maison

Kurang lebih setelah menempuh perjalanan 1,25 jam dari Bukittinggi, kami tiba juga di kawasan Danau Singkarak. Masya Allah… Danau Singkarak ini sungguh begitu luasnya! Mobil kami berjalan terus menyusuri jalan di tepi Danau Singkarak ini.

Kami singgah sejenak di salah satu warung yang banyak berjejer di tepi Danau Singkarak untuk membeli oleh-oleh. Komoditas yang paling banyak dijajakan di warung-warung tersebut tentu saja ikan Bilih yang memang endemik Danau Singkarak.

Deretan warung di tepi Danau Singkarak

Deretan warung di tepi Danau Singkarak

Saya membeli satu bungkus ikan bilih dengan total berat 1/4 kg seharga Rp80.000. Rizky pun juga membeli yang sama. Selain itu, Continue reading

Jalan-Jalan di Padang & Bukittinggi (Bag. 3): Menikmati Pagi di Janjang Saribu & Janjang Koto Gadang

Pagi itu sekitar jam 6 masing-masing dengan menumpang Gojek, saya dan Rizky pergi meninggalkan hotel menuju Janjang Saribu. Dari Hotel Maison tempat kami menginap, Janjang Saribu ini tidaklah jauh. Hanya 2 km saja.

Saya sempat agak nggak yakin ketika dikasih tahu oleh driver Gojek bahwa kami sudah sampai di depan pintu masuk tempat wisata Janjang Saribu. Bagaimana tidak, yang dibilang pintu masuk itu ternyata adalah sebuah gang.

Memang sih di depan gang tersebut terdapat gapura bertuliskan “Jenjang Seribu”. Namun di dalam gang tersebut lebih tampak seperti pekarangan rumah penduduk dibandingkan sebuah tempat wisata.

Kami pun berjalan saja terus masuk ke dalam. Dan ketika sampai di ujung, tampak di hadapan kami sebuah keindahan alam yang begitu menyejukkan mata. Masya Allah…

Ngarai Sianok

Ngarai Sianok

Di hadapan kami terbentang sebuah lembah yang dikelilingi bukit-bukit curam. Di tengahnya mengalir sebuah sungai yang membelah lembah menjadi dua bagian. Pagi itu kabut tebal dan udara sejuk yang menyelimuti lembah berpadu membuat perasaan hati ini begitu tenang memandang keindahan yang terbentang di hadapan.

Itulah lembah yang dikenal dengan nama Ngarai Sianok. Janjang Saribu sendiri adalah deretan anak tangga yang menghubungkan Continue reading

Jalan-Jalan di Padang & Bukittinggi (Bag. 2): Malam Minggu di Jam Gadang

Dalam perjalanan dari Padang ke Bukittinggi kami sempat singgah di dua tempat. Pertama kami mampir ke Air Terjun Lembah Anai yang terletak tepat di pinggir jalan raya trans Sumatera yang menghubungkan Kota Padang dengan Bukit Tinggi. Air Terjun Lembah Anai ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanah Datar.

Sayangnya kami tiba di sana ketika waktu sudah memasuki maghrib. Langit sudah agak gelap. Jadi saya tidak bisa dengan jelas mengambil gambar air terjun tersebut.

Sebentar saja kami berkunjung ke Air Terjun Lembah Anai ini. Setelah mengambil foto yang hasilnya pun buram karena gelap, kami pun kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan.

Di tengah perjalanan, tepatnya di Kota Padang Panjang, kami singgah lagi di Rumah Makan Sate Mak Syukur untuk makan malam. Sate Mak Syukur ini kabarnya merupakan Sate Padang yang paling enak dan sudah melegenda di kalangan wisatawan.

Terbukti ketika kami datang ke sana, banyak rombongan pelancong yang bersantap malam di sana. Bahkan sampai ada beberapa bus juga parkir di sana.

Kemasyhuran Rumah Makan Sate Mak Syukur ini pun sampai ke kalangan tokoh-tokoh pejabat nasional juga. Dari foto-foto yang dipajang tampak bahwa Presiden Jokowi, Wapres Jusuf Kalla, dan mantan presiden SBY pun juga pernah berkunjung ke sana.

Foto-foto pejabat yang berkunjung ke Sate Mak Syukur

Foto-foto pejabat yang berkunjung ke Sate Mak Syukur

Saya dan Rizky sama-sama memesan Sate Padang serta Teh Talua. Ini kali pertama saya mencoba Continue reading

[Solved] Jaspersoft Studio Glitches on Ubuntu

Yesterday I installed Jaspersoft Studio for the first time in my laptop. I’m using Ubuntu 17.10 as the operating system for my laptop.

I don’t usually work on Jasper Reports. But there was an error in a report on a project that I’m working on that needed to be fixed ASAP.

It was just a little error actually. So I decided to fix it myself. I installed Jaspersoft Studio 6.2.2 in my laptop. Since I’m using Ubuntu, I downloaded the .deb one.

Then I opened up the app. Strangely when I opened my jrxml file, the report design didn’t show up. There was an error message displayed but then it quickly disappeared before I could even read it (but I could quickly take a screenshot of the error message, haha). Moreover, the app itself was running very slowly.

Error opening the jrxml file on Ubuntu 17.10

Error opening the jrxml file on Ubuntu 17.10

So then I tried to download and install the .tgz one, hoping this time it could work. Still there was no luck. It still had the same problem.

I then googled the issue and, thanks God, finally I came accross this article in jaspersoft community forum. Apparently the problem is the app by default is not compatible with the version of GTK+3 used by Ubuntu. Fortunately the solution is easy. We just need to insert the magic words i.e. export SWT_GTK3=0 into the script runubuntu.sh.

#!/bin/bash
export SWT_GTK3=0
DIR=$(dirname "$0")
export UBUNTU_MENUPROXY=0;
"$DIR"/Jaspersoft\ Studio $*

Then execute again the script runubuntu.sh. Tadaaa….! Finally it works.

Yayyy... now it can show up

Yayyy… now the report design can show up

 

Jalan-Jalan di Padang & Bukittinggi (Bag. 1): Sekejap di Padang

Selepas dari acara pernikahan Neo, saya dan Rizky menaiki angkot menuju Masjid Raya Sumatera Barat. Lokasinya tidak jauh dari tempat acara. Masih di ruas jalan yang sama. Hanya berjarak 2 km saja.

Masjid Raya Sumatera Barat ini memiliki gaya arsitektur yang unik, tidak seperti bentuk masjid pada umumnya. Desainnya memang disengaja agar menonjolkan arsitektur khas rumah adat Minangkabau, rumah gadang, yakni bangunan dengan atap bergonjong.

Di masjid ini kami melaksanakan sholat jama’ Dhuhur dan Ashar. Kami sempat agak kesulitan mencari tempat wudlu karena kurangnya petunjuk. Sepertinya masjid ini memang belum sepenuhnya selesai. Di beberapa bagian juga masih tampak tengah dilakukan pembangunan.

Masjid Raya Sumatera Barat

Masjid Raya Sumatera Barat

Usai sholat, kami berdiskusi mengenai tujuan selanjutnya. Berhubung Rizky sudah pernah ke Padang, Rizky lebih banyak menentukan tempat yang hendak kami kunjungi sih. Jadi saya tinggal mengikuti saja. Hehehe.

Diputuskanlah tujuan kami berikutnya adalah ke Jembatan Siti Nurbaya. Menurut Google Maps, jarak dari Masjid Raya Sumatera Barat ke salah satu ikon wisata Kota Padang tersebut adalah 6 km. Kami pergi ke sana dengan menaiki Gojek yang kami pesan masing-masing.

Setelah turun dari Gojek, kami kemudian berjalan kaki naik ke atas Jembatan Siti Nurbaya. Sembari berjalan, kami melihat-melihat pemandangan di sekitar dan berfoto-foto.

Jalan kaki menyusuri Jembatan Siti Nurbaya

Jalan kaki menyusuri Jembatan Siti Nurbaya

Jembatan Siti Nurbaya ini berdiri di atas Sungai Batang Arau, menghubungkan Jalan Nipah dengan Jalan Kp. Batu yang berada di seberang, yakni di kaki Gunung Padang. Konon jembatan tersebut diberi nama demikian karena Gunung Padang yang dihubungkan oleh Jembatan Siti Nurbaya ini merupakan bukit di mana Siti Nurbaya pertama kali bertemu dengan kekasihnya Samsul Bahri, menurut novel Siti Nurbaya (Marah Rusli, 1922).

Sore itu beberapa orang tampak mulai mempersiapkan lapak perniagaannya di pinggir jembatan. Pada malam hari kawasan jembatan ini memang berubah menjadi kawasan kuliner yang menawarkan menu khas Minang.

Jembatan Siti Nurbaya berdiri di atas Sungai Batang Arau

Jembatan Siti Nurbaya berdiri di atas Sungai Batang Arau

Usai puas menikmati pemandangan dari atas jembatan, kami kembali turun menuju Jalan Nipah. Kemudian kami berbelok ke kanan menyusuri Jalan Batang Arau, tepatnya di jalur pedestrian yang berada di pinggir sungai.

Kawasan utara pinggir Sungai Batang Arau yang kami lalui ini dikenal sebagai kawasan Kota Tua Padang. Di sinilah cikal bakal dari keberadaan Kota Padang dahulu bermula. Banyak bangunan tua yang masih berdiri di sana. Mayoritas memang tampak seperti sudah tidak ditempati. Di pinggir sungai juga terlihat jejak rel kereta api yang sebagian besar sudah tertanam di dalam tanah.

Salah satu sudut kawasan Kota Tua

Salah satu sudut kawasan Kota Tua

Di kawasan Kota Tua ini kami singgah di sebuah warung kopi bernama Kopi Tua Coffee. Kebetulan langit ketika itu semakin mendung menandakan hujan akan turun sewaktu-waktu. Benar saja, tak lama kemudian hujan deras pun turun mengguyur kawasan Kota Tua ini. Kami pun menunggu hujan reda sembari menyeruput kopi tubruk serta menikmati menu banana crispy di tempat tersebut.

Banner di Kota Tua Coffee

Banner di Kota Tua Coffee

Seharusnya jika cuaca cerah, rencana kami berikutnya adalah mengunjungi Pantai Padang. Namun, berhubung hujan deras masih mengguyur, akhirnya kami memutuskan untuk langsung lanjut ke Bukittinggi. Rizky pun mengontak Bang Untung, driver yang sudah kami pesan sebelumnya melalui kawan kami, Julino, untuk menjemput kami di Kota Tua Coffee ini.

Julino ini kawan kami semasa kuliah dulu yang kini sudah banting setir dari dunia IT untuk fokus menekuni bisnis di bidang travel. Dia menjalankan bisnisnya dari kampung halamannya di Bukittinggi. Namun sayangnya hari itu dia sedang tidak berada di Bukittinggi. (bersambung)

————————————————————————————-

Indeks link seri artikel Jalan-Jalan di Padang & Bukittinggi: