Monthly Archives: May 2013

Awal Suka Pemrograman

Tiba-tiba saja ketika aku tadi tengah membaca buku Steve Jobs Stay Hungry Stay Foolish, secara random tiba-tiba aku teringat tentang hal yang membuatku memutuskan untuk masuk ke dunia informatika ini. Awal ketertarikanku dengan hal-hal berbau IT ini bermula saat aku mengenal pemrograman saat kelas X (SMA kelas 1).

Pada masa itu di kelas X aku mendapatkan pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Di semester 2 kami belajar pemrograman C++. Mula-mulai kami diberikan pengenalan mengenai apa itu algoritma dan bagaimana menyusunnya dalam sebuah diagram alir (flowschart). Setelah itu kami mendapatkan perkenalan mengenai operator-operator logika dan mulai masuk ke fungsi-fungsi di dalam C++, terutama fungsi untuk input dan output, serta matematika.

Kebanyakan program kecil yang kami buat memang berkaitan dengan matematika atau fisika. Misalnya, program menghitung arus sekunder pada sebuah trafo, program yang dapat menghitung volume/luas permukaan/total panjang rusuk sebuah prisma jajar genjang, dsb. Ya, program-program sejenis itulah.

Di kelas XI semester 1 kami masih belajar mengenai C++ (lanjutan). Hanya saja aku sudah lupa apa saja yang dipelajari di C++ “lanjutan” ini, hehe. Apa bedanya dengan yang dipelajari di kelas X. Yang jelas aku masih ingat tugas akhir semester yang aku dan kelompokku buat adalah program sederhana untuk menghitung zakat. Btw, aku masih menyimpan program-program kecil yang kubuat saat SMA itu, termasuk program yang dibuat kelompok lain.

Program Menghitung Zakat Sederhana dengan C++

Program Sederhana untuk Menghitung Zakat dengan C++

Ketika belajar pemrograman itu, entah kenapa aku bisa langsung in. Mungkin karena ketika itu memang aku suka sekali dengan hal-hal yang berhubungan dengan problem solving yang membutuhkan logika. Aku suka sekali dengan cerita-cerita detektif atau tes-tes logika lainnya.

Tantangan dalam membuat program adalah bagaimana menerjemahkan hasil pemikiran (ide) kita ke dalam bahasa yang dipahami dan bisa dijalankan oleh mesin. Makanya ketika harus mengkode hingga ratusan bahkan ribuan baris, dan setelah di-compile ternyata success, wah… that moment… benar-benar pengalaman yang menyenangkanlah ketika itu, haha. Kira-kira, meme inilah yang cocok buat ngegambarin perasaan itu, hehe:

compile success meme

compile success meme

Selain itu, ketika masa-masa itu, mengetahui program yang kita kode berhasil berjalan dengan benar sesuai keinginan kita, wah… that moment… benar-benar pengalaman yang mengagumkan. Mengetikkan suatu input pada papan ketik dan menunggu beberapa saat si program memprosesnya. Kemudian program menampilkan output yang tepat, ah… senangnya. Bagi aku yang masih pemula dalam belajar pemrograman ketika itu, sekali lagi, hal tersebut benar-benar pengalaman yang mengagumkan. Bagaimana tidak mengagumkan, itu kan sama artinya kita berhasil menjelaskan hasil pemikiran kita kepada sebuah mesin yang notabene benda mati, hehe.

Karena ingin mendalami lebih jauh mengenai hal-hal pemrograman ini, akhirnya aku pun berkeinginan untuk mengambil Teknik Informatika sebagai jurusan ketika aku kuliah kelak. Dan Alhamdulillah aku masuk ke sana. Di kuliah itu aku mendapatkan pengetahuan bahwa Informatika tak hanya sekedar pemrograman saja. Sangat luas topik-topik yang bisa dipelajari. 🙂

[Kuliner] Fussion Bistro

Malam Senin kemarin aku bersama 4 orang teman kulineran lagi di salah satu resto di kota Bandung. Namanya adalah Fussion Bistro. Lokasinya di Jalan Cemara no. 81, dekat persimpangan jalan Cemara – Sukajadi. Lebih tepatnya, bisa dicek di link foursquare berikut → https://foursquare.com/v/fussion-bistro/50fb9c0be4b0192efcebe1f6. Kami memilih Fussion Bistro setelah membaca-baca review salah satu artikel di Cerita Perut.

Fussion Bistro ini memiliki tempat yang sangat luas. Demikian pula area parkirnya. Gaya arsitektur dengan posisi langit-langitnya yang tinggi menambah kesan luas pada bangunan resto ini. Elemen interiornya didominasi oleh furnitur kayu. Mulai dari pagar serambi depan, meja, kursi, pagar di dalam ruangan, langit-langit, pintu kamar mandi, dsb. Warna putih begitu mendominasi arsitektur bangunan Fussion Bistro ini sehingga menimbulkan kesan clean dan simple. 

Mengenai fasilitas, di Fussion Bistro ini terdapat 1 meja biliar dan 1 dart board (papan anak panah). Pengunjung Fussion Bistro bisa memainkan fasilitas tersebut secara gratis. Sayang euy kami tidak sempat mencobanya. Anak-anak nih pada malu-malu mau unjuk gigi main biliar, haha.

Layar Tancap

Layar Tancap

Selain itu terdapat wifi juga di sana. Fasilitas lainnya yang tak kalah memanjakan pengunjung adalah adanya ‘layar tancap’ di sana. Ketika kami ke sana, kebetulan sedang tayang siaran MotoGP Andalusia. Setelah itu malah ada nonton bareng MU vs Chelsea. Suasana di dalam dari yang sebelumnya cukup sepi menjadi ramai dengan kehadiran fans-fans MU.

Nah, sekarang soal menunya. Boleh dibilang harga menu makanan dan minuman di Fussion Bistro ini termasuk relatif lebih murah dibandingkan dengan resto/cafe sejenis. Ini dia daftar menu di sana.

Menu

Main Menu

Menu

Menu Appetizer, Dessert, Beverage

Kami sendiri memesan beberapa menu di antaranya:

Pizza Tuna

Pizza Tuna

Chicken Wings

Chicken Wings

Banana Split

Banana Split

Chili Cheese Fries

Chili Cheese Fries

Lasagna mushroom

Lasagna mushroom

Setelah makan ‘main dishes’, kami mengobrol-ngobrol lama. Sambil ngobrol, kami memesan menu appetizer-nya untuk dimakan bareng-bareng. Kami memesan chicken wings dan chili cheese fries. Btw, aku suka sama rasa saus keju yang melumuri chili cheese fries ini. Enak banget, pas untuk dinikmati bersama kentangnya.

Yang jelas Fussion bistro ini memang harus dimasukin list-lah kalau mau buat nongkrong-nongkrong. Ngerjain tugas kuliah misalnya. Taste menunya juga cukup oke. Jangan khawatir baterai laptop atau HP habis karena di sana tersedia colokan juga di dekat meja makannya. Tidak semua meja memang, hanya sejumlah spot tertentu saja. Kami sendiri tanpa terasa bisa bertahan selama hampir 2 jam nongkrong di sana, hehe. 🙂

 

 

 

Ke Acara Fermenstation di ITB

Well, terus terang selama kuliah di ITB seingatku aku belum pernah datang ke acara Fermenstation, semacam acara pameran makanan-makanan fermentasi karya mahasiswa-mahasiswa/i Mikrobiologi. Kalau tidak salah, produk-produk makanan fermentasi itu merupakan tugas di mata kuliah Mikrobiologi Analitik.

Nah, baru kali ini (tadi pagi) aku mengunjungi acara Fermenstation ini, haha. Yakni ketika aku sudah menjadi alumni dan tanpa sengaja pula ke sananya, wkwkwk. Ya, bukan hal yang direncanakan sebenarnya tadi. Aku dan dua orang teman kuliahku dulu ceritanya lagi jalan-jalan di kampus sehabis lari pagi di SARAGA dan iseng-iseng masuk ke arena pamerannya.

Kreatif-kreatif juga produk-produk fermentasinya. Acara Fermenstation itu, selain menampilkan produk-produk mahasiswa, juga ada beberapa stand pihak-pihak luar yang juga menyajikan produk-produk fermentasi juga. Sebagian di antaranya adalah alumni-alumni Mikrobiologi ITB juga. Ternyata dari produk-produk hasil ‘eksperimen’ mereka semasa mahasiswa, banyak di antaranya yang diseriusi dengan menjalankan bisnis jualan produk-produk mereka itu di pasaran.

Anyway, di setiap ajang pameran produk makanan tentu selalu ada yang namanya sample makanan alias makanan untuk tester, yang diberikan secara cuma-cuma untuk pengunjung, hehe. Termasuk di acara Fermenstation ini. *Tahu gitu, aku dulu rutin datang ke acara Fermenstation waktu masih jadi mahasiswa, hehe*.

Naluri mahasiswa untuk tidak mengenal malu menyantap semua makanan gratisan tampaknya mulai hilang. Dari sekitar 8 stand lebih, aku hanya mencicipi produk dari 2 stand saja. Tadi aku mencicipi cream cheese produk dari alumni Mikrobiologi 2008 dan fermentasi nasi produk dari salah satu kelompok mahasiswa Mikrobiologi 2010. Well, rasa makanan-makanan fermentasi itu memang cukup unik :D. Tidak hanya mencicipi produk-produk fermentasi itu sih, kami juga membeli produk makanan jadi mereka yang sudah dikemas dengan memanfaatkan hasil fermentasi itu. Ada cake isi cream cheese tadi dan juga cake dengan sauce fermentasi nasi itu tadi. Sayang euy tidak sempat aku potret tadi.

Btw, mereka sempat menjelaskan proses pengolahan dan lain-lainnya tentang produk mereka sih. Sedikit-sedikit mengerti, tapi lebih banyak nggak mengertinya sebenarnya, hehe. Kata kunci yang terdengar dari penjelasan mereka ya fermentasi, mikroba, pasteurisasi, dsb :D.

Ini beberapa foto di lokasi acara Fermentation tadi:

Penampilan tari Saman

Penampilan tari Saman

Keramaian pengunjung di stand mahasiswa

Keramaian pengunjung di stand mahasiswa

Stand-stand non mahasiswa

Stand-stand non mahasiswa

 

Menggunakan Stanford NER dengan Spring MVC

Pada tulisan kali ini saya ingin berbagi mengenai bagaimana membuat aplikasi sederhana memanfaatkan Stanford NER dengan framework Spring MVC (versi 3). Oke, pertama-tama apa itu Stanford NER? Sederhananya, NER, sebagaimana kepanjangannya Name Entity Recognizer, berguna untuk melabeli kata-kata dalam suatu teks menurut entitasnya, antara lain seperti nama orang, organisasi, atau lokasi. Sedangkan yang disebut dengan Stanford NER itu sendiri adalah implementasi NER dalam Java yang dibuat oleh The Stanford Natural Language Processing Group.

Di tulisan ini saya tidak membahas mengenai bagaimana implementasi NER tersebut dilakukan atau model yang mana yang digunakan dalam Stanford NER itu. Semua pembahasan mengenai itu sudah tersedia di webnya → http://nlp.stanford.edu/software/CRF-NER.shtml. Bahkan ada pranala juga menuju paper terkait dengan model yang digunakan. Di web tersebut juga, tepatnya di bagian menu Download, kita bisa mengunduh file JAR Stanford NER yang akan digunakan.

Masih belum beranjak dari situs Stanford NER itu, di sana kita juga bisa mencoba secara live Stanford NER itu melalui pranala berikut → http://nlp.stanford.edu:8080/ner/process. Di form aplikasi Stanford NER tersebut kita bisa memilih classifier yang akan kita gunakan, kemudian memasukkan input berupa teks. Dalam contoh saya, saya menggunakan sebuah kalimat yang saya kutip dari artikel situs BBC. Dari input kalimat yang saya berikan, saya mendapatkan output 4 labeled words (baik berupa kata tunggal ataupun majemuk) dengan entitasnya masing-masing.

Contoh input & output pada Stanford NER

Contoh input & output pada Stanford NER

Dari contoh di atas setidaknya terlihat dengan jelaslah ya apa sih kegunaan NER ini, terutama bagi rekan-rekan yang mungkin baru mendengar apa itu NER. NER ini akan sangat berguna untuk aplikasi-aplikasi yang menyediakan fitur auto-tagging. Yah … semacam fitur recommendation tag-nya Wordpress lah.

Nah, selanjutnya adalah bagaimana cara memanfaatkan Stanford NER ini untuk Continue reading