Daily Archives: 26 January 2011

Akhirnya Lengser Juga

Pada hari sabtu dan minggu lalu (tanggal 22-23 Januari 2010) telah diselenggarakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) XXVII Kokesma ITB yang bertempat di ruang TVST ’82 (dulu TVST A). Pada acara itu dilakukan pemberian laporan pertangungjawaban oleh kepengurusan 2010. Selain itu, dilakukan pula pemaparan rencana program kerja pengurus yang baru untuk tahun 2011.

Alhamdulillah, meskipun diwarnai berbagai drama (kalau aku boleh bilang) di dalamnya, tetapi acara berjalan dengan lancar. Walaupn sempat terjadi masalah di sana-sini, aku pribadi memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada adik-adik angkatan 2008 dan 2009 di Kokesma yag telah bersikap sangat aktif dan kritis. Hal tersebut tidak pernah aku jumpai di RAT-RAT Kokesma sebelumnya.

Aku sendiri bersyukur akhirnya bisa mengakhiri tugas di Kokesma ini. Pengabdian sejak TPB, mengikuti pelatihan demi pelatihan yang diselenggarakan di Kokesma, kemudian menjadi maganger di divisi Toko Kesejahteraan Mahasiswa (Tokema), lalu lanjut lagi menjadi staf admin di divisi Tokema, hingga akhirnya musibah menimpa saya, yaitu saya dipilih menjadi ketua divisi Tokema. Suatu tugas yang tidak ringan kalau aku boleh katakan. Sebab, dengan terlibatnya dalam kepengurusan itu, ada konsentrasi dan waktu yang harus terbagi antara kegiatan akademik dengan organisasi. Itulah konsekuensi yang harus dibayar.

Indeks prestasiku secara konstan selalu turun semenjak menjabat sebagai staf. Tapi seharusnya, hal tersebut tidak bisa menjadi pembenaran. Oleh karena itu, aku berusaha melihat sisi lain yang telah kuperoleh selama aktif di Kokesma. Manajemen waktu, aktivitas bisnis, komunikasi, negosiasi, strategi penjualan, hubungan dengan rektorat dan masih banyak ilmu lainnya yang telah kuperoleh. Itu semua tidak mungkin aku dapatkan jika hanya berkutat di akademik saja.

Di acara RAT itu aku mendapatkan “kado” dari teman-teman berupa tempat air minum (hadiah door prize) dan gelas kenang-kenangan dari adik-adik di Kokesma. Di akhir acara juga sempat diputarkan video flash mengenai kaleidoskop dan testimoni dari teman-teman untuk kepengurusan 2010. So sweet… 🙂

TERIMA KASIH KOKESMA ITB!

Nah, sekarang, dengan lengsernya aku dari kepengurusan Kokesma, aku mengumpulkan niat untuk fokus kembali ke kuliah lagi. Mudah-mudahan pada semester terakhir ini (Insya Allah) aku bisa meningkatkan indeks prestasiku semata-mata demi membahagiakan kedua orang tuaku yang sudah membiayaiku kuliah selama 4 tahun ini.

Suasana RAT hari kedua

Suasana RAT hari kedua

Kenang-kenangan dari RAT

Kenang-kenangan dari RAT

Hasbiyallah, Cukuplah Allah Bagiku

حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ…

…Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy yang agung.”(At-Taubah [9]: 129)

Potongan ayat di atas terus terang adalah salah satu ayat “favorit” saya. Setiap membaca atau teringat ayat di atas, hati saya selalu merasa tenang.

Oiya, sebelumnya mungkin Anda bertanya-tanya kenapa tiba-tiba saya menulis ini. Ya, saya menulis ini karena saya baru saja mengalami kekecewaan (dan juga mungkin penyesalan) mendalam atas hasil yang saya peroleh. Padahal, saya merasa saya sudah berusaha (dan berkorban) sedemikian rupa tapi hasil yang diperoleh sungguh tidak memuaskan saya.

Terpukul? Terus terang iya. Tapi inilah indahnya Islam. Banyak cara untuk menutupi kesedihan yang berlarut-larut itu. Qiyamul lail adalah salah satu (saya katakan) metode untuk menghilangkan kesedihan itu. Dalam qiyamul lail kita bisa merasakan ketenangan malam, suasana yang penuh kesunyian karena di saat itu ribuan manusia tengah terlelap dalam tidurnya. Dalam ritual itu pula saya bisa dengan sepuasnya berkhalwat (berduaan) dengan Allah tanpa diganggu suara berisik sedikitpun.

Ibarat sepasang kekasih, dalam keheningan malam itu saya curahkan seluruh isi hati saya kepada-Nya. Bahkan, terus terang curhatan itu sering saya lakukan dengan menangis. Malu? Ngapain juga malu, kalau nangis di tempat umum, mungkin iya, hehehe :). Tapi, terkadang menurut saya menangis itu perlu. Orang yang kuat bukanlah orang yang tidak pernah menangis. Justru orang yang “bisa” menangis, sebenarnya dia adalah orang yang kuat. Kenapa saya berkata demikian? Karena dengan menangis, artinya ia mampu menghilangkan ego atau kecongkakannya yang membuat hatinya keras. Makanya tidak heran ada orang bijak mengatakan “menangis itu dapat melunakkan hati yang keras”.

Wah, kok sepertinya semakin melebar ke mana-mana ya. Oke, kembali ke topik.

Dengan selalu mengingat ibroh dari ayat di atas, rasa penyesalan, kekecewaan, ketakutan, kesulitan, dan kegelisahan yang saya alami sedikit demi sedikit dapat tergerus.