Catatan Liburan Akhir Tahun 2010 (Day 6) : Malangku Rumahku

Rabu, 29 Desember 2010. Dari pelabuhan Ketapang kami berjalan menuju stasiun Banyuwangi Baru yang berjarak tidak sampai 1 km. Menurut rencana, rute berikutnya adalah naik Gunung Bromo melalui jalur Probolinggo. Untuk sampai ke Probolinggo, kami akan menumpang KA Tawang Alun yang berangkat pukul 5 tepat dari stasiun Banyuwangi Baru. Akan tetapi, kabar yang menyebutkan bahwa erupsi Gunung Bromo masih terus berlangsung, membuat kami memikirkan ulang rencana tersebut. Sempat terjadi diskusi yang cukup lama di antara kami mengenai keputusan yang akan diambil. Namun, pada akhirnya kami seapakat bahwa kami akan membeli tiket KA Tawang Alun dengan mengambil tujuan ke Malang. Jika dalam perjalanan kondisi abu tidak terlalu parah, kami akan turun di stasiun Probolinggo dan jadi pergi ke Gunung Bromo. Setelah itu, aku langsung membeli empat tiket KA Tawang Alun jurusan Malang seharga Rp18.500 per orang.

Perjalanan dengan KA Tawang Alun

Pukul setengah 5 ketika kami memasuki peron, sudah stand by KA Tawang Alun di jalur 2 stasiun Banyuwangi Baru. Masih ada waktu setengah jam lagi sebelum berangkat. Aku pun mencari toilet dan mushola untuk melaksanakan sholat shubuh.

KA Tawang Alun

KA Tawang Alun

Pukul 5 pagi tepat kereta diberangkatkan. Pagi itu KA Tawang Alun terdiri atas 4 gerbong ekonomi bermotif nutri sari dan ditarik 1 lokomotif berjenis BB. Kondisi dalam gerbong penumpang masih cukup sepi. Mungkin karena baru berangkat dari stasiun pertama dan di samping itu stasiun Banyuwangi Baru juga berada di sebuah daerah pinggiran Banyuwangi yang tidak begitu ramai. Begitu kereta berangkat ketiga temanku yang lain itu langsung tertidur. Masih ngantuk sepertinya mereka karena kurang tidur.

Tertidur

Tertidur

Ketika kereta Tawang Alun tiba di stasiun Klakah (55 km sebelum Probolinggo), kepala stasiun Klakah meminta penumpang untuk menutup semua jendela dan pintu kereta untuk mengantisipasi masuknya abu Gunung Bromo ke dalam kereta. Benar saja, sepanjang perjalanan setelah Klakah ini, di sisi kanan dan kiri terlihat abu-abu beterbangan. Walaupun semua jendela sudah ditutup, tetap saja masih banyak debu yang masuk melalui celah-celah di dalam kereta. Yang paling kentara adalah tumpukan pasir yang tiba-tiba sudah nyaris tebal saja di atas meja kecil samping jendela kereta. Tumbuhan-tumbuhan dan rumah-rumah yang dilalui sepanjang perjalanan juga tampak terselimuti abu. Aku berani bilang, abu yang sekarang ini lebih tebal dari pada sewaktu kami berangkat ke Bali 4 hari yang lalu. Orang-orang di dalam kereta pun semuanya ikut mengenakan masker.

Melihat kondisi abu yang cukup parah itu, kami akhirnya memutuskan untuk tidak jadi ke Bromo. Mungkin lain waktu ya teman-teman. Yang paling tampak kekecewaanya adalah si Neo yang terlihat sangat berkeinginan untuk pergi ke Bromo. Aku sendiri sudah pernah sekali ke Bromo sewaktu SMA dulu.

Tanaman pun tertutup abu

Tanaman pun tertutup abu

Para penumpang menggunakan masker (kecuali Kamal :D)

Para penumpang menggunakan masker (kecuali Kamal :D)

Tiba di Malang

Waktu telah menunjukkan sekitar pukul 1 siang ketika kami sampai di Lawang, atau “pintu”nya Kota Malang ini. Belasan menit kemudian kereta tengah melalui kawasan Karangploso ketika Neo berkata, “Bau rokoknya kok menyengat ya di sini.” Ya wajar saja di kiri kereta ini terletak sebuah pabrik rokok yang sangat besar di Malang yang sudah dikenal orang.

Akhirnya tiba juga kereta ini di Malang. Kami turun di stasiun Malang Kota Baru. Suasana stasiun saat itu sangat ramai. Banyak calon penumpang yang menunggu kereta. Bahkan sebagian besar dari mereka langsung berebut naik kereta yang baru saja kami tumpangi ini. Kami pun terpaksa berdesak-desakan mencari jalan keluar.

Sampai di luar stasiun, kami tidak langsung pergi. Kami mampir dulu ke tempat penjualan tiket kereta di ruang tunggu eksekutif stasiun Malang Kota Baru. Yup, kami berencana membeli tiket ke Jogja untuk keesokan harinya. Di Malang kami cuma berencana menginap satu malam.  Ternyata murah juga ya tiket kereta ke Jogja. Dengan naik KA Malabar kelas ekonomi seharga Rp60.000 per orang kita sudah bisa ke Jogja dengan nyaman. Sempat nggak percaya juga sih. Padahal harga tiket kelas ekonomi yang ke Bandung saja sampai Rp140.000. Ini ke Jogja nggak sampai setengah harganya. Hanya satu kata: Alhamdulillah.

Dari stasiun Malang Kota Baru kami menaiki angkot AL menuju belakang (eks) Mitra 2. Oiya, ngomong-ngomong tentang Mitra 2 ini, aku baru tahu kalau Mitra 2 sekarang sudah tidak ada lagi. Benar-benar ketinggalan berita aku.

Kami berempat mampir makan dulu bakso Presiden yang ada di belakang gedung eks Mitra 2 itu. Sudah lama aku nggak makan bakso Presiden ini. Mumpung bareng teman-teman dari luar pulau Jawa ini, mereka aku ajaklah ke tempat ini makan bakso. Sekalian memperkenalkan kepada mereka bahwa seperti ini lho bakso Malang, beda dengan mie baso atau mie kocok di Bandung :P. Sambil ditemani musik yang diputar di tempat makan itu dan pemandangan kereta yang lewat di samping kami menikmati bakso siang itu. (No Iklan ya… :D)

Makan bakso

Makan bakso

Home Sweet Home

Cukup sudah makan-makannya. Sekarang saatnya pulang ke rumahku. Dari (eks) Mitra 2 itu kami menaiki angkot TST. Hampir satu jam perjalanan dengan naik TST itu ke rumahku. Sampai di rumah, setelah beramah-tamah anak-anak pergi istirahat di kamarku meletakkan barang-barangnya.

Sore itu kami memang tidak berencana pergi ke mana-mana. Oleh karena itu, kuajak saja mereka bermain bulutangkis di halaman masjid yang terletak persis di depan rumahku. Kebetulan anak-anak juga suka main bulutangkis. Karena tidak ada net bulutangkis, terpaksa kita memanfaatkan tali rafia sebagai batas tinggi net dan menjadikan batang pohon dan tenaga manusia sebagai tiang penyangga tali rafianya. 😀

Bermain bulutangkis

Bermain bulutangkis

Malam hari di Malang kali ini ditutup dengan nonton bareng final Piala AFF leg kedua antara Indonesia vs Malaysia yang ditayangkan langsung oleh salah satu stasiun TV swasta nasional. Walaupun di rumah sendiri, nonton bareng tetap berjalan seru. Kami bisa mengeluarkan komentar sepuas-puasnya. Sayang sekali, meskipun menang 2-1, Indonesia tetap gagal juara karena kalah 4-2 secara agregat. Sekitar pukul 11 malam aku sudah terlelap tidur, sementara anak-anak masih internetan. Mereka lagi sibuk mengganti profile picture di akun social network mereka dengan foto-foto sewaktu di Bali. 😀

Anak-anak yang tertidur ketika aku terbangun

Anak-anak yang tertidur ketika aku terbangun

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s