Saya membeli sports watch Suunto Spartan Trainer Wrist HR ini pada bulan Februari 2018 atau hampir 3 tahun yang lalu. Setelah 6 tahun rutin ikutan event-event lari (nggak rutin juga sih, setahun mungkin minimal ikut 1-2 event lah hehe), akhirnya saya memutuskan untuk memiliki sports watch.
Sports watch ini saya perlukan untuk tracking rute dan waktu lari saya. Sebelum memiliki sports watch, saya selalu menggunakan HP yang saya pasang di lengan saya dengan arm band ketika berlari.
Keinginan memiliki sports watch ini muncul setelah melihat teman saya, Ab, yang juga memakainya ketika kami trekking bareng di Gunung Angsi dulu (baca ceritanya di sini). Kelihatannya praktis sekali. Dan tentu saja yang paling bermanfaat adalah walaupun di dalam hutan yang lebat, GPS-nya masih berfungsi dengan baik dibandingkan jika menggunakan HP.
baca juga: Mendaki Gunung Angsi
Awalnya sempat bingung memutuskan apakah ingin membeli sports watch atau smart watch. Akhirnya karena menyadari yang saya benar-benar perlukan utamanya fitur sports tracking, saya memutuskan untuk membeli sports watch saja. Karena dari ulasan-ulasan yang saya baca, memang sports watch ini lebih akurat dibandingkan smart watch.
Pilihan berikutnya ketika itu bingung memilih antara merek Garmin atau Suunto. Pada saat itu kedua brand itulah yang paling banyak dipakai oleh orang-orang. Kalau saat ini, ada brand Coros yang lagi naik daun juga menyaingi kedua brand tersebut.
Ketika itu karena saya kurang mengikuti informasi terkait sports watch, cukup terkejut juga ketika mengetahui harga sports watch ini yang setara dengan harga HP. Hahaha. Budget saya ketika itu sebenarnya maksimal 2 juta. Tapi untuk sports watch dengan fitur GPS ternyata minimal 3 jutaan baru dapat. Wkwkwkk.
Saya mencoba memberi sugesti diri bahwa jam yang akan saya beli ini harus menjadi sebuah investasi yang membuat saya lebih rajin berlari dan insya Allah tentunya bisa hidup lebih sehat. Hehehe.
Setelah beberapa pertimbangan dari segi harga, fitur, dan desain, pilihan jamnya jatuh pada antara Garmin Forerunner 235 dan Suunto Spartan Trainer Wrist HR. Dari segi harga, kedua jam tersebut hampir setara. Keduanya sepengetahuan saya saat itu adalah jenis sports watch paling murah dari kedua brand tersebut yang memiliki fitur GPS. Saya juga cocok dengan desain jamnya.
Route Navigation
Pada akhirnya pilihan saya jatuh pada Suunto Spartan Trainer Wrist HR. Waktu itu fitur yang bikin saya mantap memilih ini adalah route navigation. Jadi dengan fitur itu kita bisa mengimpor file GPX dari sebuah rute dan berlari dengan panduan mengikuti rute tersebut.
Tapi jangan dibayangkan route navigation ini kayak navigasi pakai Google Maps begitu ya. Route navigation ini pakai breadcrumb-style. Dia cuma menampilkan panah arah (dari posisi) kita terhadap rute yang kita pilih. Jam ini akan bergetar ketika kita off-track alias keluar dari rute yang seharusnya.

Fitur ini terasa banget manfaatnya bagi saya ketika lari tengah malam di event Coast To Coast Ultra kategori 50K (ceritanya ada di sini). Lari tengah malam, dengan suasana sepi, masuk hutan dan perkampungan di daerah yang saya baru pertama kali ke sana tentu saja membuat saya buta arah tanpa adanya penunjuk jalan. Sayangnya ada beberapa percabangan jalan yang tanda penunjuk jalannya tidak terlalu kentara di suasana gelap. Di saat itulah fitur navigasi ini menjadi sangat bermanfaat sekali.
baca juga: Lari 50K di Coast to Coast Night Trail Ultra 2020
3D Movie
Selain itu ada fitur lain yang tidak terlalu penting, tapi lumayan keren sih. Yakni membuat 3D movie/video dari rute yang kita lalui. Untuk fitur ini tidak langsung bikin di jamnya. Tapi harus connect ke aplikasi Movescount. Kayak video yang saya buat ini waktu trekking di Bukit Batu Sawa (ceritanya ada di sini) dulu:
baca juga: Trekking di Bukit Batu Sawa
Sayangnya aplikasi Movescount sudah tidak di-maintain lagi. Pengguna Movescount dialihkan ke aplikasi Suunto yang baru di mana fitur 3D Movie ini sudah tidak tersedia. Pengguna diarahkan agar menggunakan aplikasi Relive jika ingin membuat 3D movie log aktivitasnya.
Durasi Baterai
Durasi baterai Suunto Spartan Trainer Wrist HR ini jika dalam mode full GPS, menurut spesifikasi yang tertera di websitenya adalah 10 jam. Dalam mode jam biasa, bisa bertahan hingga 2 minggu. Tidak beda jauh dengan Garmin Forerunner 235 sebetulnya. Jam tersebut mengklaim bisa bertahan 11 jam dalam mode full GPS.
Durasi baterai jugalah yang menjadi alasan saya untuk mencoba memiliki sports watch. Sebelum memiliki sports watch, dua kali saya lari marathon dan half marathon tanpa tercatat sama sekali di aplikasi. Penyebabnya handphone keburu mati di tengah lari.
Yang saat half marathon itu mestinya kuat. Tapi saya lupa mengecharge penuh HP saya ketika itu. Sementara saat lari marathon, HP cuma tahan 5 jam-an dengan mode full GPS high accuracy.
Alhamdulillah di event lari marathon berikutnya saya bisa mencatatkannya di aplikasi. Oh ya, jam Suunto ini bisa connect ke Strava juga. Jadi log aktivitas kita bisa disinkronisasi ke aplikasi Strava tersebut.
Setelah memiliki sports watch ini saya memang jadi semangat untuk lari dengan rute yang lebih jauh atau durasi yang lebih lama lagi. Lari marathon pun jadi lebih semangat karena yakin aktivitas akan tercatat. Dulu waktu pertama kali lari marathon pakai HP, begitu tahu HP mati jadi malas-malasan larinya. Wkwkwkwk alasan padahal sudah capek juga.
Tapi bukan berarti sports watch saya ini tidak pernah mati ketika tengah berlari. Sewaktu lari di event GP100 25K (ceritanya ada di sini) dulu, jam saya mati setelah berlari sekitar 7,5 jam. Saya finish dalam 8 jam 16 menit. Kurang sedikit lagi sebetulnya jarak menuju finish.
baca juga: Lari 25K di Gede Pangrango 100 (Part 2/2)
Tapi ternyata jam saya tidak cukup kuat. Sepertinya kemampuan baterainya sudah menurun ketika itu. Sudah 2 tahun pemakaian sih ketika itu. Setelah kejadian tersebut, saya jadi prepare powerbank ketika berlari di Coast To Coast Ultra. Wkwkwkwk. Ketika itu saya finish dengan waktu 10 jam 20 menit.
Fitur Lainnya
Fitur lainnya dari Suunto Spartan Trainer Wrist HR ini yang terasa manfaatnya bagi saya di antaranya adalah:
- Heart Rate (HR). Dengan fitur ini kita jadi tahu berapa HR kita ketika tidur dan melakukan aktivitas walaupun akurasinya tidak dijamin 100% ya.
- Sleep Tracking. Melalui fitur ini kita bisa tahu berapa lama kita tidur tiap malamnya dan berapa jam kita berada dalam fase deep sleep.
- Step Counter. Ada report yang menunjukkan berapa jumlah langkah kaki kita pada setiap aktivitas dan total per harinya. Fitur ini lumayan memotivasi saya untuk aktif memenuhi target langkah per harinya.
- Calories Burned. Ada report yang menunjukkan berapa jumlah kalori yang terbakar pada setiap aktivitas dan total per harinya.
- Water Resistant. Yang ini fitur yang sangat penting juga bagi saya. Kita bisa saja lari dalam kondisi hujan kan. Selain itu dulu juga penasaran sekali ingin bisa tracking aktivitas berenang. Pakai HP tentu saja tidak memungkinkan, walaupun bisa saja cari arm band yang anti air. Tapi tidak praktis. Jam ini pernah saya pakai ketika snorkeling dan ternyata tahan juga kena air laut.
- Interval guidance with running pace/heart rate/distance. Kadang-kadang kita ingin berlari dengan menetapkan pace minimum dan/atau maksimum tertentu selama berlari. Kita bisa memanfaatkan fitur dari jam ini. Ketika kita berlari kurang atau melebihi dari batas pace yang kita tetapkan, jam akan memberikan getaran sebagai peringatan. Selain pace, kita juga bisa menetapkan batas heart rate yang kita kehendaki.
- Phone notifications. Kita bisa menyambungkan jam dengan handphone kita melalui bluetooth. Setiap notifikasi yang masuk akan ditampilkan juga di layar jam kita.
- Dual time. Ini mungkin jarang sekali terpakai dan bisa jadi tidak terlalu berguna bagi kebanyakan orang. Tapi bagi saya dulu yang cukup sering bepergian ke daerah beda zona waktu (walaupun cuma beda sejam hehehe), dengan mengaktifkan dual time ini saya jadi selalu ingat bahwa saya sedang berada di zona waktu yang berbeda dari domisili saya. Soalnya kadang-kadang walaupun kita sudah mengeset jam sesuai dengan zona waktu daerah tujuan, secara bawah sadar selalu mikirnya saya tengah melihat waktu yang sama dengan daerah asal saya. Dalam mode dual time ini jam utama tertulis dengan font besar dan jam sekunder tertulis dengan font kecil sehingga tidak terlalu terlihat mencolok dan membingungkan.
- 80 sports mode. Ada 80 mode olahraga yang bisa kita pilih untuk activity tracker. Dari sekian banyak itu paling yang pernah saya pakai hanya running, cycling, swimming, hiking, walking, tread mill, dan interval running.
Sejauh ini setelah 3 tahun, jam ini masih bekerja dengan baik. Yang saya sayangkan mungkin durasi baterainya yang hanya bertahan sekitar 7,5 jam. Kurang dari 2,5 jam dari klaim di marketingnya. Oh ya, ini saya alami setelah pemakaian di atas 2 tahun ya. Tapi sebetulnya ada fitur untuk power saving mode. Cuma saya kurang tahu seberapa signifikan penambahan durasinya.
Kekurangan lainnya, kadang-kadang jam ini memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar 1-3 menit untuk mencari sinyal GPS sebelum memulai aktivitas olahraga. Tergantung lokasinya sih memang. Tapi begitu sudah dapat, biasanya cukup stabil sepanjang aktivitas. Hampir tidak pernah lompat-lompat titik koordinatnya.

Untuk fitur lengkapnya dapat dilihat pada website Suunto di sini. Karena ini jam keluaran lama, saya tidak yakin juga apakah masih tersedia di toko atau tidak. Kalau saya lihat di toko-toko online official Suunto Indonesia (lihat daftarnya di sini), produk ini sih sudah tidak tersedia.
Sempat iseng lihat harganya di website globalnya Suunto di sini, harganya ternyata Rp3,7 juta. Padahal tiga tahun lalu harganya ada di angka Rp3,4 juta dan saya kebetulan dapat diskon Rp200 ribu. 😅
Saya pikir setelah beberapa tahun berlalu, harganya akan turun. Ternyata malah naik. Padahal kurs dollarnya tidak berbeda jauh dengan 3 tahun lalu. Dulu 1 USD sekitar Rp13.800. Sedangkan saat ini sekitar Rp14.100.
terima kasih penjelasannya sangat bermanfaat
LikeLike