Royal Palace

Ke Phnom Penh Lagi

Pekan lalu saya berkesempatan traveling ke Kamboja kembali. Bukan khusus jalan-jalan sih. Ada suatu keperluan sebenarnya.

Tiga hari saya berada di Phnom Penh, ibukota Kamboja. Sedangkan satu setengah tahun yang lalu saya hanya sempat mampir setengah hari saja di kota ini, dalam rangkaian perjalanan backpacking Indochina dari Kuala Lumpur hingga Ho Chi Minh. Dalam masa setengah hari itu saya hanya sempat mengunjungi kawasan Riverside (tepi sungai Mekong) dan taman depan Royal Palace saja. Karena itu tentu saja puas banget lah kali ini.

Di sela-sela waktu 3 hari itu saya sempat berjalan-jalan ke beberapa tempat di Phnom Penh. Riverside dan Royal Palace tentu saja salah satu di antaranya. Ke Phnom Penh menurut saya tidak lengkap kalau tidak mampir ke tempat ini.

Saya pergi ke kedua tempat itu saat sore hari. Menyenangkan sekali suasana sore di sana. Banyak orang beraktivitas di sana sore itu. Orang berolahraga, lari, jogging, jalan kaki, atau sekedar duduk-duduk di bangku chit-chat bersama teman, pasangan, atau keluarga, menjadi pemandangan yang mendominasi. Memang begitulah seharusnya kegunaan public space alias ruang terbuka untuk publik di kota.

Di Riverside itu terdapat berbagai macam alat fitness yang disediakan secara gratis. Menyenangkan bukan. Yang saya salut, alat-alat fitness tersebut masih beroperasi dengan baik sejak saya ke sini pertama kali 1,5 tahun yang lalu. Sepertinya kesadaran warga untuk menjaga properti milik umum ini cukup bagus. Atau bisa juga memang dirawat dengan baik oleh pengelola. Tapi sayangnya, kesadaran masyarakat sekitar akan kebersihan lingkungan sepertinya masih rendah. Saya menemukan cukup banyak sampah bertebaran di sana.

Phnom Penh Riverside

Suasana sore di Phnom Penh Riverside

Sore itu suasana di taman depan Royal Palace juga tidak kalah meriahnya. Keberadaan burung-burung merpati di sana menjadi daya tarik tersendiri. Beberapa anak kecil tampak tengah asyik bermain bersama burung-burung merpati dengan didampingi orang tuanya. Mereka asyik melempar biji-biji jagung agar burung-burung merpati itu berkumpul. Setelah itu mereka dekati burung-burung tersebut, dan tentu saja burung-burung itu kemudian beterbangan. Namun mereka kemudian datang lagi untuk memunguti biji-biji jagung yang dilempari.

Anak kecil bermain-main di taman depan Royal Palace

Anak kecil bermain-main di taman depan Royal Palace

Selain Riverside dan Royal Palace, saya sempat juga berkunjung ke tourist attraction yang lain di Phnom Penh, yakni Independence Monument dan Statue of King Father Norodom Sihanouk yang lokasinya memang berseberangan. Well, yang Independence Monument sebenarnya cuma numpang lewat sih. Independence Monument ini memang cuma objek foto-foto aja. Kita tidak diperkenankan masuk ke area monumen tersebut.

Independence Monument

Independence Monument

Sedangkan Statue of King Father Norodom Sihanouk, dari namanya saja sudah ketahuan lah ya itu adalah sebuah patung. Norodom Sihanouk ini adalah founding father-nya Kamboja. Patung tersebut berada di sebuah taman yang sangat luas. Saat saya ke sana berjalan kaki dari Royal Palace sudah masuk waktu maghrib. Tapi herannya masih banyak masyarakat yang beraktivitas di sana. Bahkan ada beberapa kelompok yang lagi mengadakan senam bersama.

Statue of King Father Norodom Sihanouk

Statue of King Father Norodom Sihanouk

Bagi Anda yang ingin mencari souvenir Kamboja, Central Market ini perlu Anda masukkan ke dalam daftar kunjungan. Saya sempat mengunjungi Central Market ini walaupun di sana hanya melihat-lihat saja. Dari penginapan saya di Golden Gate Hotel naik tuk-tuk ongkosnya adalah 3 US Dollar.

Banyak komoditas oleh-oleh yang dijual di sana. Kaos, celana, lukisan, gantungan kunci, plakat, dan souvenir lainnya dapat Anda temukan di sini. Bagi penggemar batu akik atau pernak-pernik perhiasan seperti cincin, liontin dengan batu permata, ruby, sapphire, Anda juga bisa menemukannya di sini.

Selain Central Market, ada Russian Market dan Night Market yang populer juga di kalangan wisatawan. Sayang saya tidak sempat ke sana. Harusnya sih Russian Market dan Central Market 11-12 lah. Hanya Night Market yang suasananya berbeda seharusnya.

Central Market

Phnom Penh Central Market

Salah satu kios oleh-oleh di Central Market

Salah satu kios oleh-oleh di Central Market

Satu tempat lagi yang saya kunjungi di Phnom Penh, yakni Wat Phnom. Dari tempat inilah asal-muasal nama Phnom Penh berasal. Di Wat Phnom ini tak ada yang menarik bagi saya. Wat Phnom adalah sebuah kuil yang berada di atas bukit. Orang asing dikenakan tiket seharga 1 US Dollar.

Suasana lingkungan di sekitar kuil yang malah lebih asyik sebenarnya. Suasananya asri, banyak pepohonan, jadi lumayan bisa ngadem di tengah hawa panas dan gerahnya Phnom Penh.

Tangga menuju Wat Phnom

Tangga menuju Wat Phnom

Tak banyak tourist attraction di Phnom Penh ini. Selain yang sudah saya sebutkan di atas, sebenarnya ada tourist attraction lain yang sepertinya mirip-mirip juga di Cu Chi Tunnel, Ho Chi Minh, Vietnam. Saya tidak tahu nama tempatnya. Tapi tempat itu terlihat sebagai arena bekas peperangan. Di sana kita bisa mencoba berbagai senjata (tentu saja tidak gratis) untuk tembak-menembak dan bahkan juga bisa mencoba rocket launcher-nya. Saya cuma tahu tempat itu dari brosur yang diperlihatkan tukang tuk-tuk. Sayangnya tempatnya jauh dari pusat kota Phnom Penh ini. Ongkos tuk-tuk ke sana PP kata tukang tuk-tuknya adalah sebesar USD 15.

Advertisement

7 thoughts on “Ke Phnom Penh Lagi

  1. hendra

    mas, pernah baca blognya agustinus wibowo? sarjana komputer lulusan univ beijing (mirip background mas otid) yg memutuskan jd backpaker “gila”

    Like

    Reply
    1. otidh Post author

      Kalo blognya saya gak ngikutin, mas Hendra. Cuma pernah baca sesekali aja.

      Tapi kalo bukunya, saya sudah khatam 3 buku. 😁

      Saya udah bikin reviewnya juga untuk masing-masing buku itu di blog ini, hehehe.
      1. Titik Nol : https://muhdhito.me/2014/08/26/titik-nol/
      2. Selimut Debu : https://muhdhito.me/2015/07/23/book-selimut-debu-impian-dan-kebanggaan-dari-negeri-perang-afghanistan/
      3. Garis Batas : https://muhdhito.me/2015/02/22/garis-batas/

      Like

      Reply
  2. hendra

    saya baca blognya dulu baru baca bukunya…klo saya pribadi lbh suka blognya, krn ditulis kyk diary jadi pembaca bisa lebih nyatu ama imajinasi suasananya, klo bukunya sedikit mirip novel..tahun lalu dia nulis tentang traveling ke papua nugini, ekstreme sekali ternyata png itu hahaha… suatu kali saya komen, request dia travel ke suriname, entah kebetulan bbrp bulan berikutnya dia bnrn ke suriname hahaha… yg jelas travel blogger kyk kalian itu telah menginspirasi banyak orang buat melihat dunia yg lbh luas… keep writing n jgn bosen klo dikomen pembaca nyinyir kayak saya hahaha…

    Like

    Reply
    1. otidh Post author

      Oh gitu.. saya malah tahu bukunya dulu, trus jadi penasaran sama blognya. Saya baru baca beberapa artikel saja yang di Papua Nugini. Yang di Suriname malah baru tahu dari mas Hendra. Kalau dibandingin sama mas Agustinus mah nggak layak. Saya traveling cuma plesir aja, hahaha. Kalo mas Agustinus kan bisa melebur gitu sama masyarakat sekitar dan bisa berbulan-bulan lamanya, jadi bisa lebih objektif dalam melakukan pengamatan.

      Like

      Reply
  3. hendra

    klo menurut saya bagusan blognya, krn klo di blog gaya penulisannya kyk diary, jadi pembaca bisa lbh berimajinasi tentang setting cerita, abis tuntas baca blognya saya beli bukunya, tp agak sedikit mirip novel.. tahun lalu dia nulis tentang papua nugini, bnr2 wow, png extreme hehehe.. pernah satu kali saya komen di blognya klo bisa ada tulisan tentang suriname, eh gak nyangka bbrp bln kemudian bnrn dia ke suriname.. btw mas otid ama agustinus tetanggaan kota kan hahaha.. yg jelas dgn jd traveler blogger kalian bisa menginspirasi banyak orang untuk melihat dunia yg lbh luas..jgn bosen klo dikomen pembaca nyinyir kyk saya 🙂

    Like

    Reply
  4. rey

    vietnam memang salah satu negara yg masih kental akan budaya mereka. sayang nya bulan 7 kmarin harus batal berangkat karena masih covid

    Like

    Reply
    1. otidh Post author

      Ini bahasannya tentang Kamboja mas, bukan Vietnam hehehe…

      Wah iya mas, sayang sekali ya.. masih belum tahu jg kapan keadaan bisa kembali normal.

      Like

      Reply

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s