Monthly Archives: March 2013

Template Layout Aplikasi Android

Kalau Anda memperhatikan, beberapa aplikasi Android (yang non-game) sebenarnya memiliki kesamaan template layout. Beberapa di antaranya:

SuperSU

SuperSU

Runkeeper

Runkeeper

Quora

Quora

Tweetcaster

Tweetcaster

Google PlayStore

Google PlayStore

Path

Path

Foursquare

Foursquare

Facebook

Facebook

Gmail

Gmail

Toresto

Toresto

—————————————————————————————————————

Hmm… coba tebak apa persamaan dari layout aplikasi-aplikasi di atas? 😀

Bagi yang pernah mengembangkan aplikasi Android (atau mungkin juga aplikasi mobile lainnya) tentu akan paham. Pada layout aplikasi-aplikasi tersebut terdapat adanya pengelompokan yang jelas antara action button dan view control.

Di design principles yang ditulis Google di dokumentasi pengembangan aplikasi Android di http://developer.android.com/design/patterns/actionbar.html juga sudah digambarkan secara mendetail bagaimana ‘seharusnya’ layout suatu aplikasi Android didesain. Yak, mengutip dari link tersebut, kurang lebih secara umum bisa dijelaskan seperti ini:

Layout aplikasi

Layout aplikasi (sumber: developer.android.com)

  1. Main Action Bar 

Kalau di web mungkin bisa dibayangkan seperti header. Umumnya di align kiri terdapat icon dan nama aplikasi. Lalu di align kanan terdapat item-item action menu.

  1. Top Bar

Biasanya berupa view controls atau navigation bar. Fungsinya adalah memudahkan user untuk berpindah antar halaman view

Varian bentuknya cukup banyak. Aplikasi-aplikasi di atas selain Google PlayStore, Facebook, dan Foursquare adalah contoh bentuk fixed tabs. Semua tab langsung terlihat dalam satu layar. 

Sedangkan PlayStore sendiri menggunakan scrollable tabs. Tidak semua tab view ditampilkan dalam satu layar. Untuk melihat tab-tab yang lain, kita perlu men-swipe layar ke kiri atau ke kanan.

Facebook dan Foursquare adalah contoh aplikasi yang menggunakan bentuk drawers. Memang secara eksplisit sangat berbeda ‘penampakan’-nya dengan top bar pada aplikasi standar. Action button untuk menampilkan drawers itu biasanya berupa icon berbentuk strip 3 horizontal menggantikan icon atau nama aplikasi di bagian kiri action bar.

  1. Bottom Bar

Fungsinya persis dengan top bar. Bedanya tentu adalah letaknya di dalam aplikasi itu. Pada gambar aplikas-aplikasi di atas, Toresto dan  Gmail adalah salah satu yang menggunakan bottom bar tersebut.

Sejauh ini rasanya aku belum pernah menemui sebuah aplikasi yang bersamaan menggunakan top dan bottom bar. Selain karena kegunaannya yang sama, juga karena pertimbangan space yang tersedia untuk konten menjadi berkurang ketika keduanya muncul bersamaan.

—————————————————————————————————————

Untuk mengetahui lebih detail design principle dalam membangun aplikasi Android, bisa baca-baca di http://developer.android.com/design/index.html. Nah, untuk tulisan berikutnya aku akan mencoba membagi pengetahuan mengenai apa saja library yang bisa kita manfaatkan untuk memudahkan pekerjaan kita dalam membangun aplikasi Android yang sesuai dengan guideline tersebut. Because sharing is caring. 🙂

[Video] A Job Interview That You Can’t Prepare For

Hasil share di Facebook. Sebuah wawancara kerja yang inovatif yang dilakuka oleh Heineken, perusahaan bir di Jerman. Mungkin ini wawancara kerja terunik yang pernah kuketahui.

All job interviews are the same

Same standard questions

Same prepared answers

And … this is the job interview you can’t prepare for

What’s Next?

Tak terasa sekarang sudah memasuki bulan ketiga di tahun 2013. Sudah 24 tahun aku menjalani hidup di dunia ini. Wow, waktu berlalu begitu cepat.

Kadang-kadang aku teringat seorang sahabat yang telah meninggal dunia ketika aku masih berada di SMA, dan juga beberapa teman sekolah lainnya yang lebih dahulu dipanggil oleh-Nya. Karena itu aku selalu bersyukur bahwasannya telah diberikan kesempatan menghirup udara di dunia hingga sejauh ini.

Lalu apa saja yang sudah kuperbuat hingga sejauh ini? What have I been through over the years? Terkadang memang aku suka melihat ke belakang apa yang sudah kulakukan, apa yang sudah tercapai, apa yang belum tercapai, dan apa yang ingin aku capai di masa yang akan datang.

What keeps me going is goals.” Begitulah kata Muhammad Ali, petinju legendaris dari Amerika Serikat. Ya, untuk tetap menjalani hidup dengan penuh ‘semangat’ diperlukan adanya gol-gol yang ‘harus’ kita capai. Jika tak ada gol yang ditargetkan, semua akan berjalan sebagai rutinitas biasa. Dan menurutku gol itu tak harus selalu sesuatu yang besar, tapi hal-hal yang kecil pun juga bisa jadi.

Tak kupungkiri banyak hal yang belum tercapai. Ada cukup banyak pula yang meleset. Terkadang memang ada penyesalan karena tak mungkin mencapainya lagi karena waktu tak mungkin bisa diputar ke belakang. Kalau sudah begitu, memang sudah seharusnya untuk move on. Menyusun lagi gol di masa yang akan datang.

So, what’s next? Keinginan untuk mengambil master (terutama di luar negeri) masih ada. Namun, itu belum menjadi prioritas yang mendesakku. Meningkatkan skill dalam bidang yang sedang aku geluti sambil mengamati peluang beasiswa master yang bisa kuambil dan mencoba menemukan sub bidang di Informatika yang menarik untuk kuajukan sebagai proposal master nantinya.

Di samping itu aku merasa ini sudah saatnya mencari the one. Insya Allah aku mulai berikhtiar untuk itu. Semoga bisa menyegerakan untuk yang satu itu. Bismillah. 🙂