Dalam rangka memeriahkan ulang tahun ke-39 Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan Jawa (PSTK) ITB mengadakan serangkaian acara yang diberi nama “Tanggap Warsa”. Acara ini sudah dimulai sejak tanggal 2 April kemarin dan akan berlangsung hingga 4 April besok. Acaranya cukup banyak, bervariasi, dan mengajak kita untuk ikut melestarikan kebuadayaan Jawa.
Salah satu kegiatan dalam rangkaian acar “Tanggap Warsa” ini adalah workshop batik yang diadakan hari ini, 3 April 2010, mulai pukul 10.30 WIB. Aku bersama beberapa teman dari KOKESMA dan Informatika bersama-sama mendaftar untuk mengikuti kegiatan tersebut. Biayanya Rp 10.000. Fasilitas yang diperoleh antara lain kain yang akan dibatik, modul tentang membatik, dan perlatan untuk membatik (tapi bukan untuk dibawa pulang yang ini… :p).
Langkah pertama yang dilakukan sebelum membatik adalah membuat sketsa pola yang ingin dibatik. Dengan menggunakan pensil aku menggambar pola dari contoh yang disediakan panitia di atas kain. Aku memilih gambar rumpun bambu.
Setelah selesai menggambar, proses dilanjutkan dengan melakukan pelilinan (pecantingan). Pola yang sudah digambar tadi “ditetesi” dengan lilin yang telah dicairkan (lilin dipanaskan pada wajan kecil di atas kompor). Proses mencanting ini cukup susah juga di awal. Maklumlah, masih pemula…:p. Cara memegangnya harus benar-benar diperhatikan. Idealnya sudut yang dibentuk ketika kita memegang canting adalah 45 derajat.
Sebelum mencanting, kita ambil dulu cairan lilinnya, kita masukkan ke penampung pada cantingnya. Menurut kakak “pembimbing”-nya, sebaiknya ketika kita mencanting, canting itu jangan terlalu lama di udara karena akan menyebabkan cairan lilinnya mengeras sehingga dapat menyumbat mulut canting itu sendiri. Akhirnya, aliran lilin dari penampungnya pun terhambat. Oleh karena itu, harus sering-sering juga canting itu dicelupkan ke dalam wajan berisi cairan lilin tadi agar lilin yang di dalam canting tetap cair. Hal yang paling bikin aku kesal, itu cairan lilin yang terselip di bawah cantingnya. Sehingga sewaktu kita mencanting, lilin tersebut dapat menetes ke kain kita tanpa diharapkan. Dibutuhkan kesabaran memang. Kita harus menyingkirkan lilin yang nyanthol di bawah canting itu dengan cara meniupnya atau dengan cara memukul-mukulkan canting itu pelan-pelan agar lilin itu cepat menetes.
Nah, setelah proses mencanting selesai, selanjutnya masuk ke proses pewarnaan. Kali ini cukup mudah. Tinggal mencelupkan kain ke ember-ember yang telah disediakan pewarna dan pembangkit warna. Jadi, sebelum dicelupkan ke warna tertentu, kain harus dicelupkan terlebih dahulu ke cairan pembangkit warna. Dengan demikian warna yang kita inginkan dapat terserap pada kain. Wah, ini benar-benar mirip praktikum kimia…:D.
Kalau sudah, selanjutnya kain itu direbus beberapa menit untuk melarutkan warnanya. Lalu, kain itu dicuci supaya bersih. Terakhir, adalah tahap penjemuran untuk mengeringkan kain yang telah di-“batik” tersebut.
Selamat pagi, salut dengan posting anda yang menarik.
Silahkan kunjungi Blog kami http://www.harisistanto.wordpress.com, baca posting baru berjudul : “Bagaimana cara memilih mesin cuci?”, serta artikel lain yang bermanfaat, dan kalau berkenan tolong dikasi komentar.
Terima kasih.
LikeLike
mas dhit,
blognya berkembang pesat
sekarang udah seribu pengunjung…
semoga tetap aktif,
gimana dengan anak ITT
hehe…
LikeLike
ya alhamdulillah
mudah2an saya masih sempet terus menulis 😀
ITT = ???
LikeLike