Tak terasa penyelenggaraan Indonesia Open tahun ini adalah kali kelima yang kuikuti berturut-turut sejak edisi tahun 2011 yang lalu. Dan sepertinya itulah sebabnya antusiasmeku untuk menonton Indonesia Open sudah tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, sebagai penggemar badminton tetap rasanya memang ada yang kurang jika sampai melewatkan turnamen BWF Super Series Premier dengan hadiah tertinggi di dunia ini.
Pada Indonesia Open Premier Super Series 2015 ini aku hanya menonton babak final saja. Itu pun hanya sempat menonton tiga pertandingan pertama saja. Setelah tiga edisi sebelumnya selalu menonton di tribun Kelas 1, kali ini aku memutuskan untuk menonton dari tribun Kelas 2.
Menonton di tribun Kelas 2 ternyata juga cukup worth kok menurutku. Aku sengaja mengambil bangku paling atas yang menghadap lurus ke lapangan. Dari tribun paling atas itu suara riuh penonton tak terdengar terlalu kencang. Selain itu, penonton yang duduk di tribun paling atas ini juga tak terlalu padat. Aku pun jadi bisa lebih menikmati menonton pertandingan.
Partai pertama adalah partai ganda campuran yang melibatkan sesama pemain China, Zhang Nan/Zhao Yunlei vs Xu Chen/Ma Jin. Zhang/Zhao terlihat main setengah hati menurutku. Mungkin untuk menyimpan tenaga Zhang Nan yang harus bermain lagi di final ganda putra di partai terakhir hari itu. Xu/Ma menang 21-17, 21-16.
Partai berikutnya adalah partai tunggal putri antara Ratchanok Intanon vs Yui Hashimoto. Ratchanok yang didukung penuh oleh penonton di Istora sukses menang telak 21-11, 21-10. Yui benar-benar dibuat tidak berkutik pada pertandingan itu.
Partai ketiga mempertandingkan final tunggal putra antara Jan O Jorgensen vs Kento Momota. Sorak sorai penonton di Istora sore itu banyak ditujukan untuk mendukung Jan. Sayangnya, setelah unggul cukup mudah di set pertama 21-16, Jan harus kehilangan set kedua 19-21, dan dibantai 7-21 oleh Kento di set ketiga. Kekalahan Jan menurutku lebih disebabkan oleh sikap emosional dan frustrasinya, terutama setelah momen di mana serobotannya di depan net dianggap fault oleh wasit di set kedua.
Dua partai terakhir yang memainkan ganda putri Indonesia Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari vs ganda putri China Tang Jinhua/Tian Qing, dan ganda putra Ko Sung Hyun/Shin Baek Choel vs Zhang Nan/Fu Haifeng, terpaksa kulewatkan karena ada acara sore itu.
Sementara itu, di lokasi outdoor Istora selain booth-booth sponsor, merchandise, dan makanan, ada sesuatu yang baru di Indonesia Open kali ini. Yakni, dekorasi food court-nya yang beratapkan payung-payung berwarna-warni, mengingatkanku pada dekorasi serupa di Jalan Otto Iskandar Dinata Bandung pada penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika April yang lalu.
Setelah Indonesia Open bulan Juni ini, penggemar badminton Indonesia tak perlu menunggu terlalu lama untuk menyaksikan bintang-bintang badminton dunia beraksi kembali di Jakarta. Pada bulan Agustus nanti, tepatnya tanggal 10-16, mereka akan kembali untuk berpartisipasi di Kejuaraan Dunia (World Championship), yang kebetulan pada edisi tahun 2015 ini Jakarta menjadi tuan rumahnya.