Setelah tahun lalu gagal berpartisipasi, akhirnya tahun ini kesampaian juga lari di event Penang Bridge International Marathon (PBIM), pada tiga minggu yang lalu (18/11). Tahun ini PBIM bertempat di jembatan Penang yang baru, yakni jembatan Sultan Abdul Halim Muadzam Shah atau yang dikenal juga dengan Penang Second Bridge.
Aku tidak sendirian mengikuti PBIM ini. My running partner buddy, Khairul, juga ikut serta dalam event ini. Sebenarnya suatu hal yang tak disengaja dia ikut PBIM ini. Dia menggantikan teman kantornya yang tidak jadi ikut ambil bagian. Khairul juga yang mengambilkan racepack-ku di Queensbay Mall sebelum aku tiba di Penang. Kebetulan memang Khairul ini tengah bekerja di Penang. Kami berdua sama-sama ikut kategori Half Marathon Men’s Open.
Half Marathon Men’s Open ini mengambil start pukul 03.00 dini hari waktu setempat (GMT+8). Aku dan Khairul sudah tiba di lokasi sejak pukul 01.00. Aku datang ke lokasi event dengan menumpang free shuttle bus yang disediakan oleh panitia dari terminal KOMTAR. Aku datang lebih awal sebagai antisipasi seandainya terjadi antrian yang sangat panjang untuk menaiki free shuttle bus ini. Benar saja, aku sempat mengantri selama kurang lebih 15 menit sebelum bisa menaiki free shuttle bus itu.
Karena datang lebih awal, kami pun dapat menyaksikan pesta kembang api yang menandai dibukanya event PBIM 2014 ini. Pesta kembang api dilakukan beberapa saat sebelum start Full Marathon Men’s Open. Pesta kembang api berlangsung sekitar 10 menit.
Setelah pesta kembang api usai, start untuk kategori Full Marathon Men’s Open dilakukan tepat pada pukul 1.30. Setelahnya, berturut-turut dilakukan start untuk kategori Full Marathon Women’s Open pada pukul 1.45 dan Full Marathon Men & Women’s Veteran pada pukul 2.00.
Setengah jam sebelum start Half Marathon Men’s Open dimulai, MC acara sudah memanggil para peserta untuk berkumpul di belakang garis start. Beberapa pelari tampak melakukan pemanasan. Semakin mendekati pukul 3 pagi, jalan tempat akan dilangsungkannya start semakin padat. Sepuluh ribu orang lebih sepertinya. Well, FYI, jumlah peserta yang tercatat mengikuti PBIM 2014 ini secara keseluruhan mencapai 60 ribuan orang.
Pukul 3 lewat 5 menit start Half Marathon Men’s Open pun dimulai, terlambat 5 menit dari yang dijadwalkan. Sekitar 200 meter pertama, aku hanya bisa berlari kecil-kecil karena jarak antar pelari masih sangat rapat. Baru setelah itu aku bisa berlari agak kencang dengan menyusuri pinggir kiri bahu jalan.
PBIM 2014 ini adalah event keduaku mengikuti half marathon. Half marathon pertamaku adalah event Bromo Marathon 2014 tiga bulan sebelumnya. Namun itu masuknya kategori trail run sih. Karena itu, PBIM ini menjadi road run half marathon pertamaku. Di tulisan berikutnya semoga aku bisa menceritakan pengalaman lari di Bromo Marathon kemarin.
Di PBIM 2014 ini water station — kalau aku tidak salah menghitung — berada di tiap 3 km. Di event kali ini aku sudah belajar banyak dari half marathon sebelumnya di Bromo Marathon. Aku berusaha untuk memanfaatkan setiap water station itu semaksimal mungkin. Aku berusaha untuk selalu minum air yang disediakan, terutama minuman isotonik. Hal itu aku lakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya dehidrasi dan kram otot, seperti yang kualami di Bromo Marathon kemarin.
Di tiap water station juga disediakan toilet umum portable di dekatnya. Alhamdulillah sepanjang perlombaan tak sekalipun aku mampir ke toilet walaupun sempat ada perasaan kebelet juga sih. Soalnya takut membuat kaki ini keburu dingin sih kalau berhenti lama untuk ke toilet.
Saat berlari di KM 5 Half Marathon, dari arah berlawanan aku melihat dua orang pelari Kenya yang beradu sprint. Dari nomor dadanya sepertinya mereka adalah peserta Full Marathon. Wew… itu artinya mereka tengah berlari di KM 36-37an. Ngeriii… melihat itu rasanya sakitnya di kaki!! How on earth people still can run like that after running almost 2 hours!! Bahkan pace lari mereka itu masih jauh lebih cepat dari pace lari terbaik orang-orang yang biasanya terjadi di KM awal-awal.
Di KM 16an akhirnya yang kutakutkan terjadi juga. Kram mulai datang menghantuiku. Ketika aku berusaha untuk lari lebih cepat, rasa sakit kram itu segera menyerang. Salahku juga sih, aku sempat berhenti untuk foto-foto di sekitar jembatan. Sepertinya setelah itu kaki menjadi dingin dan tidak bisa diajak lari lebih cepat.
Aku sempat meminta tim medis di KM 17an untuk menyemprot pain killer spray ke kaki kiriku. Setelah itu sedikit baikan sih. Namun habis itu, kaki kanan pun ternyata juga mulai merasakan kram. Hadeuh…
Alhasil di 3 km terakhir aku disalip puluhan hingga ratusan orang mungkin. Yang jelas, dalam 3 km terakhir itu tak banyak orang yang bisa kusalip. Nggak sampai 10 sepertinya. Di saat km-km terakhir orang biasanya mempercepat laju larinya, aku malah lari dengan berhati-hati agar kram tak menyerang. Tapi alhamdulillah sih akhirnya bisa finish tanpa harus menanggung rasa sakit karena kram.
Tentu saja aku belum puas dengan catatan lari kemarin. Target bisa finish di bawah 2 jam nggak terpenuhi. Aku finish dengan catatan waktu 02:09:45.
Setelah finish aku menunggu Khairul di dekat garis finish. Setengah jam kutunggu-tunggu tak muncul-muncul juga dia. Wah, jangan-jangan aku tak melihatnya ketika dia finish. Akhirnya aku putuskan untuk menuju ke refreshment area untuk mengambil medali dan snack-snackan. Belakangan aku baru tahu kalau ternyata Khairul terkena kram parah dan sempat menepi beberapa saat.
Setelah merasa cukup dengan refreshment snack dan drink-nya, aku mencari musholla untuk melaksanakan sholat shubuh. FYI, waktu subuh di Penang saat itu adalah 05:48. Setelah sholat shubuh, aku langsung menuju tempat mangkal shuttle bus yang disediakan panitia untuk kembali ke penginapan. Rasa lelah dan rasa kantuk belum tidur semalaman membuat aku ingin cepat-cepat berbaring di kasur.
Setelah PBIM 2014 ini aku masih belum tahu bakal ikut event lari apa lagi. Masih pilih-pilih event lari yang biaya pendaftarannya sesuai ukuran kantong. Tahun depan Insya Allah masih berencana untuk ikutan PBIM lagi. PBIM ini masih termasuk murah sih menurutku. Bahkan masih relatif lebih murah daripada Bromo Marathon. PBIM tahun depan full marathon, maybe?
Seru juga ya melakukan kegiatan selain jalan-jalan di luar negeri. Gue juga pengen, tapi nggak tau mau ngapain hahaha.
LikeLike