Minggu, 25 Mei 2014
Dari awal kami sudah tahu dari yang tertera di tiket bahwa perjalanan kereta api Kual 2a Lumpur-Hat Yai ini bakal memakan waktu yang cukup lama. Di tiket sih tertulis 21.30-12.30 waktu Malaysia, atau 14 jam perjalanan. Faktanya, berdasarkan perjalanan kemarin, kami tiba di Hat Yai sekitar pukul 10.15 waktu setempat atau 11.15 waktu Malaysia. Artinya perjalanan lebih cepat 1,25 jam dari jadwal. Itu pun sudah termasuk sekitar 1,5 jam istirahat di imigrasi.
Jika Anda mengincar singkatnya waktu perjalanan, tak disarankan untuk menaiki moda kereta api. Kalau mau lebih cepat naik pesawat atau bus saja. Wajar sih kalau naik kereta api lebih lama. Bukan karena jalannya yang lambat, melainkan karena rutenya dari KL ke Butterworth (Penang) dulu, kemudian putar balik ke Bukit Mertajam, baru lanjut ke Hat Yai (lihat peta).
Di Butterworth kereta sempat berhenti lama (sampai di Butterworth menjelang pukul setengah 6 pagi). Hampir setengah jam mungkin. Di sana lokomotifnya putar balik ke belakang rangkaian. Awalnya aku sempat berpikir bahwa kereta ini jalan mundur. Setelah lihat peta baru aku ngeh ternyata kereta harus belok dulu di Bukit Mertajam untuk ke arah Hat Yai. Jarak dari Butterworth ke Bukit Mertajam ini sekitar 15 menit perjalanan kalau tidak salah.
Imigrasi Malaysia-Thailand
Sekitar pukul 9.00 kami tiba di stasiun Padang Besar, sebuah kota yang terletak di perbatasan Malaysia dan Thailand. Kota ini unik karena wilayahnya terbagi dua untuk Malaysia dan Thailand, termasuk bagian stasiunnya. Jadi di stasiun ini kami melakukan immigration clearance untuk keluar Malaysia dan masuk Thailand sekaligus. Mungkin karena masih dekat dengan perbatasan Malaysia, petugas imigrasi Thailand di sini cukup fasih berbahasa Melayu.
Ini pengalaman pertamaku memasuki negara lain via darat. Proses imigrasi melalui darat ternyata tak seketat proses di bandara. Tas boleh ditinggal di dalam kereta. Namun, pastikan bahwa tak ada barang berharga yang tertinggal di dalam kereta. Sebab, kereta akan dilangsir ke jalur lain untuk dipecah rangkaiannya. Nantinya hanya 2 gerbong saja yang akan lanjut ke Hat Yai. Sepatu milik teman yang masih bagus hilang di dalam kereta karena dia tinggal.
Jadi yang wajib dibawa cukup paspor saja untuk melalui imigrasi ini. Namun, lucunya di dalam ada x-ray scanning setelah melalui imigrasi Thailand. Useless kan jadinya.
Setelah immigration clearance, kami ada waktu sekitar 1 jam sebelum kereta berangkat lagi untuk melanjutkan perjalanan ke Hat Yai. Sambil mengisi waktu, kami foto-foto di area stasiun. Kami juga sarapan pagi di kantin stasiun yang berada di lantai 2. Murah lho makanan di sini. Di sana jual nasi lemak yang cara bungkusnya mirip nasi kucing. Tapi porsinya lumayan lah untuk mengganjal perut hingga siang hari. Harga per bungkusnya RM 2.5.
Tidak ada toko money changer di stasiun Padang Besar ini. Yang ada hanyalah seorang ibu yang bekerja sebagai money changer “berjalan”. Aku bandingkan nilai tukarnya dengan money changer yang kulihat di KLCC (Kuala Lumpur Convention Centre) relatif sama, yakni 1 Ringgit (MYR) = 9,8 Baht (THB). Namun, sebaiknya jangan menukar USD ke ibu tersebut karena dibeli dengan sangat rendah. Sebaiknya tukar di Hat Yai atau Ao Nang saja.
Ketika tengah menunggu keberangkatan kereta, kami berjumpa dengan seorang bapak separuh baya berwarga negara Thailand yang juga satu kereta dengan kami. Aku dan beberapa teman ngobrol-ngobrol dengan belau.
Beliau menanyakan tujuan kami hendak ke mana. Begitu mengetahui tujuan kami hendak ke Ao Nang, beliau menawarkan kepada kami untuk menggunakan jasa travel agentnya ke sana. Beliau mengatakan bahwa beliau bekerja di sebuah travel agent di Hat Yai yang lokasinya hanya 5 menit jalan kaki dari stasiun Hat Yai. Beliau menawarkan biaya per orang 400 Baht dari Hat Yai ke Ao Nang untuk naik minivan mereka. Aku pun bilang kepada beliau untuk mendiskusikan ini terlebih dahulu kepada teman-teman.
Tak terasa beberapa saat kemudian, sekitar pukul 9.15 waktu Thailand (GMT+7) kereta berangkat menuju Hat Yai. Aku dan teman-teman berdiskusi di atas kereta menentukan rencana kami berikutnya sesampainya di Hat Yai. Dari hasil riset kami sebelumnya dari berbagai sumber (sayangnya info yang kami peroleh adalah pengalaman medio tahun 2013), kalau ngeteng ke Ao Nang perkiraan biayanya adalah 30 baht naik tuk-tuk ke terminal bus Hat Yai, lalu naik minivan 260 baht atau bus 164 baht hingga terminal Krabi, dan naik songthaew dari terminal Krabi ke Ao Nang sekitar 50-60 baht. Dengan kata lain pengeluaran maksimal jika ngeteng ke Ao Nang seharusnya tidak lebih dari 350 baht.
Namun, di sini kami mempertimbangkan efisiensi waktu, tenaga, dan kepraktisan untuk “memindahkan” 22 orang bersamaan walaupun yang kusebutkan terakhir itu tidak terlalu menjadi prioritas bagi kami. Ketika ada tawaran 400 baht per orang dengan opsi langsung diantarkan hingga depan penginapan kami, kami pun akhirnya sepakat untuk mengambil tawaran tersebut. Ketika itu juga kami langsung mengumpulkan duit dari setiap orang untuk ongkos minivan tersebut.
Perjalanan Padang Besar-Hat Yai ini menempuh waktu selama 1 jam. Begitu kereta api tiba di stasiun, belasan orang lokal tiba-tiba menyerbu kereta untuk menawarkan mengangkut barang atau menawarkan jasa mengantar ke tujuan berikutnya. Namun mereka berangsur-angsur menyingkir begitu mengetahui kami sudah “deal” dengan bapak bernama Ameng itu.
Minivan ke Ao Nang, Krabi
Beliau mengajak kami untuk melalui jalan keluar di samping stasiun untuk menghindari keramaian stasiun. Kami semua berjalan kaki menuju kantor travel agent Pak Ameng. Kantor travel agent yang dimaksud ternyata bernama Angel Tour.
Di kantor travel agent kami dilayani oleh seorang ibu keturunan China. Aku membayar tiket untuk 22 orang kepada beliau. Kami juga menyerahkan alamat hostel tempat kami menginap sesuai yang tertera pada print-out booking.
Ketika tengah menuliskan tiket travel untuk kami, ibu tersebut menawarkan juga kepada kami paket tur Phi Phi Island dengan harga 900 baht/orang dengan big boat atau 1200 baht/orang dengan speed boat. Lagi-lagi kami bilang kepada ibu tersebut untuk mendiskusikannya dengan kelompok kami terlebih dahulu.
Dari awal kami memang berencana untuk mengambil tur Phi Phi Island agar lebih praktis. Berdasarkan riset-riset yang kami lakukan, harganya memang berkisar antara 800-1000 baht untuk big boat. Fasilitas yang ditawarkan antara lain snorkeling, soft drink dan snack, serta makan siang buffet.
Akhirnya kami mencoba menawar kepada ibu tersebut agar harganya turun ke 800 baht/orang. Kemudian si ibu mencoba menelepon ke tour agent yang bekerja sama dengan mereka untuk menyampaikan permintaan nego kami. Ternyata mereka tetap kukuh di angka 900 baht. Singkat cerita akhirnya kami pun jadi memesan tur Phi Phi Island itu di sini. Kami membayar full di sini.
Di travel agent ini mereka juga menerima money exchange. Dibandingkan dengan ibu-ibu “money changer” di kereta nilai tukar untuk USD jauh lebih baguslah. 1 USD dibeli dengan 31,8 baht. Sementara di ibu-ibu kereta itu, cuma 30 baht. Tapi belakangan kemudian kami menemukan rate yang lebih bagus di Ao Nang dengan rate 32,2 baht.
Pukul 11.10 dua buah minivan sudah siap di depan kantor travel agent. Kami pun memasukkan tas-tas carrier kami ke dalam minivan. Ada 4 orang penumpang lain selain rombongan kami. Jadi total ada 26 orang yang berangkat ke Krabi siang itu.
Tak lama kemudian, sekitar pukul 11.20 minivan pun berangkat menuju Krabi. Setelah menempuh perjalanan 2 jam, minivan sempat berhenti di sebuah rumah makan di Trang. Rumah makan ini lebih mirip food court sebenarnya. Ada berbagai macam stand-stand makanan di dalamnya.
Kami beristirahat selama hampir 30 menit di sana. Di rumah makan ini juga tersedia mushola dan toilet umum yang cukup besar. Kami makan siang di sana. Aku memesan menu mi dengan ikan-ikanan mirip bakso di Indonesia seharga 40 baht. Insya Allah halal. Penjualnya ibu-ibu muslim berjilbab yang juga fasih berbahasa Melayu.
Setelah itu minivan melanjutkan perjalanan lagi ke Krabi. Dari rumah makan itu ke Krabi kami menempuh waktu sekitar 2 jam perjalanan. Empat orang yang join bersama kami turun di Krabi Town. Setelah itu, minivan langsung menuju ke Ao Nang dan menempuh kurang lebih 30 menit perjalanan. Kami tiba di Ao Nang Backpacker Hostel tempat kami menginap sekitar pukul 16.20 atau tepat 5 jam perjalanan.
Oh ya, dari 22 orang rombongan kami ini 18 orang menginap di Ao Nang Backpacker Hostel, sementara 4 orang sisanya, yakni Khairul, Abdan, Benny, dan Reza menginap di Ao Nang J Hostel, yang lokasinya hanya 10 menit jalan kaki ke pantai Ao Nang.
Jalan-jalan menikmati Ao Nang
Seusai istirahat sebentar, sholat, dan bersih-bersih diri, kami semua keluar jalan-jalan menikmati kehidupan di Ao Nang ini. Kali ini jalannya nggak 22 orang barengan lah, haha. Aku bersama 8 orang yang lain, berjalan kaki menyusuri pinggir jalan menuju pantai Ao Nang.
Ada pengalaman mengesalkan namun jika diingat agak menggelikan juga. Ketika kami tengah berjalan kaki tiba-tiba ada tuk-tuk yang datang menyapa kami dengan Assalammu’alaikum. Yah, wajar sih. Di Ao Nang ini sepertinya mayoritas adalah muslim. Dan dia melihat wajah kami yang tampak seperti orang Melayu yang umumnya juga beragama Islam.
Dia menawari kami untuk mengantarkan ke pantai. Dia memberi harga 30 baht untuk sampai ke pantai Ao Nang. Kami pun mengiyakan. Okelah nggak apa-apa, sekalian nyobain transportasi lokal pikir kami.
Tiba-tiba sang sopir tuk-tuk, yang bernama Affan ini, memberikan penawaran lain. Dia menawari 400 baht per tuk-tuk untuk keliling Ao Nang. Satu tuk-tuk muat 4-5 orang. Sedangkan kami ada ber-9.
Dia mau mengantarkan kami ke tempat-tempat seperti pantai Ao Nang dan Noppharat Thara, tempat beli oleh-oleh dan lain-lain. Katanya dia siap untuk menunggu kami juga di tempat-tempat tersebut. Kami bilang hanya ingin minta diantar ke pantai saja. Namun, Affan tetap merayu-rayu dan agak terkesan memaksa. Kami mencoba memastikan lagi ke dia apakah kami benar-benar berkeliling sepuasnya. Setelah mengiyakan akhirnya kami pun langsung jalan-jalan menggunakan tuk-tuk.
Tempat pertama yang dipilihkan oleh Affan untuk kami adalah taman depan sebuah tempat yang sepertinya semacam kantor dinas pariwisata Krabi gitu. Kami foto-foto di sana. Agak nggak jelas sih sebenarnya ngapain kami di sana.
Habis dari situ, kami lanjut lagi. Pantai Ao Nang dan Noppharat Thara telah terlewati. Aku tak tahu kami akan dibawa ke mana. Temanku yang deal-dealan dengan Affan berada di tuk-tuk depan yang disopiri Affan. Sementara aku di tuk-tuk belakang yang disopiri temannya si Affan, seorang bapak yang sudah berusia separuh baya.
Tak tahunya kami dibawa ke suatu rumah yang terdapat papan nama bertuliskan “Krabi King Cobra Show”. Weww… apa-apaan ini, kami mintanya mau ke pantai malah diajak ke sini. Seketika itu kami mulai sadar bahwa ini adalah scam. Apalagi Affan bilang bahwa biaya untuk menonton Cobra Show ini adalah 100 baht per orang. Tambah wewww lagi.
Kami pun ngotot untuk menolak masuk menonton Cobra Show ini. Ngapain juga nonton Cobra Show. Kami bilang kepada dia bahwa kami hanya ingin ke pantai saja. Awalnya dia masih kukuh juga bilang bahwa Cobra Show ini aman, dan akan bilang kepada pemiliknya untuk memberikan diskon kepada kami. Yang benar saja, saat itu sudah jam 18.10 dan kami belum diantarkan ke pantai. Waktu maghrib di Ao Nang ini adalah 18.45.
Singkat cerita akhirnya Affan mengalah dengan sangat terpaksa. Kelihatan sekali ekspresi mukanya. Dia tampak masih sangat kesal karena kami menolak tawaran dia. Kami pun langsung diantar ke pantai Ao Nang.
Di pantai Ao Nang ini kami foto-foto sambil menikmati pemandangan cliff yang berada di sisi selatan dan air laut yang cukup tenang. Aku juga sempat koprol di pantai ini main lompat-lompatan nggak jelas, haha.
Sayang waktu yang kami miliki nggak banyak. Sepertinya baru 15 menitan saja kami berada di sana, tiba-tiba Affan bilang kami harus segera meninggalkan pantai. Dia menakut-nakuti kami dengan mengatakan bahwa biasanya jam 7 petang ini ada orang mabuk yang bikin onar. Ckckck. Orang ini sepertinya memang berniat menipu kami dari awal.
Dan tetiba saja Affan kemudian berkata dalam bahasa Inggris dengan akses Thailand-nya yang kental, “Ok, we finit here..”. Kami sempat agak bingung menangkap apa maksudnya. Ternyata memang orang Thailand ini agak susah ngomong “s” mati, dan diganti dengan “t”. Jadi yang dimaksud dengan dia adalah “We finish here”.
Tentu saja kami protes karena tidak sesuai perjanjian di awal. Katanya dia mau mengantar kami ke keliling-keliling sampai balik ke hostel. Aku tidak begitu jelas menangkap alasan yang ia kemukakan. Yang jelas dia menyebut bahwa kami tidak paham dengan apa yang dia jelaskan di perjanjian awal.
Daripada berdebat lama-lama dan membuat masalah di negeri orang, akhirnya kami dengan terpaksa tetap membayar tarif tuk-tuk tersebut sesuai perjanjian awal. Namun, kami minta untuk diantarkan ke pusat kota Ao Nang sebelum benar-benar “finish”. Akhirnya kami pun diantarkan ke pusat kota Ao Nang. Setelah itu, Affan dan temannya pergi meninggalkan kami.
Tips: Transportasi umum di Ao Nang selain tuk-tuk ada kendaraan semacam angkot yang tarifnya 20 baht, lebih murah daripada tuk-tuk. Sewa motor di Ao Nang rata-rata 200 baht per 24 jam.
Sebenarnya bukan pusat kota juga sih. Mungkin lebih tepat menyebutnya sebagai pusat keramaian kali ya. Di sanalah tersebar berbagai kafe, hotel/hostel, toko souvenir, dsb. Petang ba’da Maghrib itu kami berburu souvenir dan kaos. Aku membeli 1 kaos dan dua set gantungan kunci di situ. Karena nggak jago-jago banget nawar, aku cuma dapat harga untuk 1 kaos 150 baht dari 180 baht dan dua set gantungan kunci masing-masing 60 baht dari sebelumnya 75 baht.
Kami membeli souvenir gantungan kunci di mas-mas yang kelihatan senang sekali bertemu dengan kami karena mengetahui kami sesama muslim. Dia menyapa kami dengan Assalammu’alaikum dan mengajak bersalaman semua teman-teman yang laki. Dalam hati aku pun juga sangat senang bisa bertemu dengan saudara sesama muslim, orang Thailand lagi yang notabene bukan negara mayoritas muslim. Di lapak mas-mas ini kami juga bertemu dengan rombongan teman-teman yang lain.
Setelah belanja souvenir, kami beranjak mencari tempat makan di sekitar area situ. Umumnya sih di sana terdapat kafe-kafe yang pengunjungnya kebanyakan turis bule yang kehalalannya agak meragukan. Yang restoran halal dekat-dekat situ umumnya restoran India. Padahal kami ingin mencoba masakan Thailand.
Kami pun berjalan ke arah utara menjauhi pusat keramaian kota sambil melihat kanan-kiri siapa tahu nemu rumah makan halal. Akhirnya kami menemukan satu restoran halal bernama Lemon Restaurant. Di samping-sampingnya sebenarnya ada beberapa restoran halal lainnya sih, tapi kami memilih restoran ini karena harganya relatif lebih terjangkau. Selain itu juga karena ada wifinya sih, haha. Eh, kafe-kafe lain pun harusnya ada juga sih. Btw, malam itu aku memesan nasi goreng ayam Thailand (80 baht) dan kelapa (40 baht).
Setelah makan malam, kami semua kembali ke penginapan. Kami sempat mampir ke pasar malam yang berada tidak jauh dari penginapan. Pasar malam ini kalau tidak salah diselenggarakan tiap Sabtu dan Minggu malam saja. Namun suasananya tak begitu ramai. Mungkin karena lokasinya yang kurang strategis, bukan persis di pinggir jalan raya. (bersambung)
————————————————————-
Pengeluaran Day 2 – Padang Besar-Hat Yai-Ao Nang (Krabi)
- Sarapan nasi lemak + teh tarik di stasiun Padang Besar : MYR 4,00
- Tiket minivan Hat Yai-Ao Nang : THB 400
- Booking tur Phi Phi Island : THB 900
- Penginapan Ao Nang Backpacker Hostel 2 malam (pesan di Agoda) : IDR 104.000
- Makan siang di rest area Trang : THB 40
- Naik tuk-tuk “keliling” (kena scam) : THB 100
- Kaos 1 buah : THB 150
- Souvenir gantungan kunci 2 set : THB 120
- Air mineral 1,5 L : THB 13
- Makan malam nasi goreng ayam Thailand + kelapa : THB 120
Total = ~ IDR 782.000
*Kurs MYR 1 = IDR 3.575
*Kurs THB 1 = IDR 360
————————————————————-
Thanks buat foto-fotonya yang dipakai di artikel ini 🙂 :
1. Putri
2. Ian
3. Pras
4. Pambudi
————————————————————————————-
Indeks link seri artikel Backpacking Indochina 9D8N:
keren yah bro indochina itu..perjalanannya gampang, santai dan banyak yang diliat
LikeLike
Yoi bro… setuju banget! Pingin eksplor lagi suatu saat.
Btw, thanks bro buat tulisan-tulisannya tentang Indochina di blog situ. Berguna banget buat ane dalam menyusun itinerary. 🙂
LikeLike
mantab abiess gan
LikeLike
hati-hati orang siam banyak menipu,mereka pandai cakap melayu dailek pantai timur tapi bukan islam banyak yg menyamar org islam cuma nak menipu pelancong asing mcm kamu,,saya selalu pergi krabi dari KL tapi dia org segan nak tipu,,tengok lohhat melayu kamu pertuturkan,,sebenarnya cost dia sangat murah kalau kamu tahu cara nya kat Thailand,,orang-orang Malaysia kalau ke hadt yai banyak yg suka marah2 orang Thailand kat sana lebih2 lagi time beli bijik gajus kat jualan kaki lima di hadtyai,saya sendiri pun selalu marah dia org kerna jual menipu ,,tapi akhirnya mereka terima yg org Malaysia tak suka di tipu,,kalau pelancong amerika dgn eropah byk mereka tipu pasal harga ,,
LikeLike
Saat saya ke Hatyai 2012 silam juga bertemu Pak Ameng ini, sepertinya pekerjaannya emang calo dari padang besar ke Hat Yai. Saya kena tipu mini van ke Phuket sekitar 800 THB per orang, saya ambil. Setelah dijemput sopir, sopirnya bilang dalam bahasa inggris terbata-bata “Berapa kamu bayar untuk layanan ini di agen tadi?” saya jawab “800 Bhat”. trus dia bilang “Anda kena tipu, harga sebenarnya hanya separuhnya saja”. Jadi hati hati memilih Agen perjalanan di Hatyai 🙂
LikeLike
Hoho, makasih mas sudah sharing pengalamannya. Betul, awalnya saya juga merasa sepertinya dia calo. Tapi pertimbangan kami saat itu memakai jasanya karena masalah waktu dan jumlah anggota rombongan juga sih. Kalau kami punya waktu yang fleksibel, mungkin kami bisa muter-muter cari dahulu pihak travelnya langsung.
Kuncinya memang harus lebih sabar sih dalam kondisi seperti itu. Nggak terburu-buru untuk memutuskan sesuatu. Ya sudahlah, jadi pengalaman berharga buat saya. 🙂
LikeLike