Monthly Archives: July 2013

Ceramah Tarawih Ridwan Kamil di Cisitu

Seorang Ridwan Kamil — walikota Bandung yang baru saja terpilih — mengisi ceramah tarawih mungkin hal yang biasa saja. Masjid Salman ITB selalu rutin mengundang banyak tokoh nasional untuk mengisi tarawih di sana. Nah, kalau mengisinya di sebuah masjid di sebuah perkampungan padat penduduk nan jalannya berupa gang sempit yang hanya selebar dua motor… hmm… rasanya jarang mendengar hal itu terjadi.

Nah, itulah yang terjadi dua hari yang lalu (10/07), tepatnya pada malam hari ke-2 bulan Ramadhan, di Masjid Al-‘Urwatul Wutsqo, Cisitu Lama, Bandung. Usai sholat subuh pengurus DKM mengumumkan bahwa penceramah tarawih malam itu adalah Ridwan Kamil. Rasanya agak sukar dipercaya, seorang walikota datang ke masjid yang terletak di dalam suatu gang perkampungan padat begini.

Ba’da maghrib ketika aku pulang kerja dan mampir ke sebuah warung, antusiasme warga menyambut kedatangan kang Emil (panggilan akrab Ridwan Kamil) dapat kurasakan. Bapak-bapak yang kebetulan berkumpul di warung itu, tengah membicarakan Ridwan Kamil. Anak-anak kecil yang tengah bermain dipelataran masjid pun juga tahu akan kedatangan Ridwan Kamil. “Eh, nanti ada Ridwan Kamil lho di tarawihan,” begitu kata salah satu dari mereka. Masjid Al-‘Urwatul Wutsqo malam itu juga sepertinya penuh sekali. Ada muka-muka baru yang kulihat. Jamaah yang biasanya sholat di masjid lain, sepertinya khusus malam itu menyempatkan untuk mengikuti sholat Isya’ dan tarawih di sini.

Di awal ceramahnya beliau mengutip ayat perintah puasa, yakni Al-Baqarah 183. Lalu beliau juga mengutip beberapa ayat Ar-Rahman, mengingatkan jamaah akan betapa pentingnya untuk selalu bersyukur. Menyambung hal tersebut beliau mencoba mengaitkan bahwasannya tiket kebahagiaan itu tak ada hubungannya dengan jumlah kekayaan. Indonesia, walaupun secara GDP (Gross Domestic Product) masih kalah jauh dari negara-negara maju, tingkat kebahagiaannya atau yang dikenal dengan Happy Planet Index (HPI) pada tahun 2012 berada pada peringkat 12, di atas negara-negara maju. (bisa dilihat di sini: wikipedia)

Sebagai warga kota, tanggung jawab kita untuk menjaga kenyamanan kota. Jika kota tetap seperti itu-itu saja tidak mau berubah mengantisipasi peningkatan jumlah penduduk, bukan tidak mungkin ketika kita baru keluar rumah, kemacetan sudah menunggu di depan. Kota yang nyaman salah satu indikatornya adalah warganya nyaman untuk bepergian ke luar rumah, tidak kena copet dan tidak takut kena macet.

Selanjutnya beliau menyinggung beberapa program beliau saat menjabat walikota. Pertama, Masjid-Net. Yakni, memasang wifi atau spot-spot internet di masjid-masjid. Ide di balik gagasan ini adalah untuk mengajak generasi muda yang saat ini haus akan informasi dan gemar mengakses internet untuk mengunjungi masjid. Daripada nongkrong-nongkrong tidak jelas dan tidak bermanfaat, dengan adanya akses internet di masjid ini akan menarik bagi mereka untuk ke masjid. Program itu selaras dengan keinginan beliau untuk memanfaatkan menara masjid sebagai menara untuk pemancar seluler juga. Hal ini dilakukan untuk menyiasati kebutuhan akan lahan untuk memasang menara seluler di kota Bandung. Beliau mengatakan bahwa beliau telah berkomunikasi dengan ketua umum MUI Bandung, bapak K.H. Miftah Farid terkait hal ini.

Program kedua adalah 1 kampung 1 taman bermain (aku tak ingat dengan pasti apakah beliau menyebut 1 RW atau 1 kampung). Idenya adalah dewasa ini anak-anak kita, terutama di pemukiman yang padat penduduk, sedikit sekali yang memiliki area lapang untuk bermain. Idealnya memang satu kampung memiliki satu area terbuka. Oleh karena itu, beliau akan meminta setiap kampung yang belum punya area terbuka tersebut untuk mengajukan kepada pemkot dan akan dibantu oleh pemkot untuk membebaskan lahannya. Range luas lahan itu sekitar 100-200 meter persegi. Sejauh ini sudah ada dua area lahan yang dibebaskan, salah satunya ada di Kopo.

Sesi bincang-bincang warga dengan Ridwan Kamil

Sesi bincang-bincang warga dengan Ridwan Kamil

Program ketiga adalah anggaran 100 juta/RW/tahun. Untuk mendapatkan ‘jatah’ ini setiap RW perlu mengajukan proposal akan digunakan apa saja anggaran 100 juta itu. Terkait dengan program ini, di akhir pelaksanaan sholat Tarawih dan Witir Kang Emil mengadakan sesi bincang-bincang khusus untuk berinteraksi dengan warga sekitar setengah jam. Nah, di sesi tersebut itulah muncullah saran atau ide-ide kegiatan atau pengadaan fasilitas untuk memanfaatkan uang 100 juta itu. Dari ceramah dan sesi bicang-bincang itu, beliau menekankan harapannya agar warga Bandung dapat menjadi masyarakat madani, yakni masyarakat yang mampu menemukan solusi untuk permasalahan di lingkungan sekitarnya.

Anyway, aku sangat antusias dengan acara seperti ini. Seorang pemimpin mendatangi warganya untuk secara langsung menyampaikan program-programnya sekaligus mendengarkan masukan-masukan dari warganya. Aku tak melihat adanya pencitraan di sini. Dari dulu sejak beliau belum menjadi walikota, sudah banyak kontribusi konkret yang beliau berikan untuk Kota Bandung ini pada khususnya. Semoga ini menjadi awal yang baik sebelum beliau resmi menjabat sebagai walikota per tanggal 16 September nanti. Semoga beliau tetap istiqomah dan amanah ketika menjalankan tugasnya. 🙂

Marhaban Ya Ramadhan 1434 H

Semoga belum telat ngepost tentang “Ramadan greeting”… 🙂 walaupun sudah memasuki malam hari ketiga. Alhamdulillah pada tahun ini masih diberikan kesempatan. Ya, Ramadhan adalah bulan yang selalu ditunggu-tunggu umat Islam di dunia.

Ibarat anak sekolah, bulan Ramadhan adalah bulan pembinaan sebelum kembali diuji pada sebelas bulan yang lain. Sebab, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “Apabila tiba bulan Ramadhan, dibuka pintu-pintu Surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta syetan-syetan dibelenggu.” Dengan kondisi seperti itu motivasi untuk beribadah (seharusnya) lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya.

Oleh karena itu, tak mengherankan apabila kemudian banyak orang yang pada bulan Ramadhan menjadi lebih ‘religius’. Melihat fenomena tersebut, janganlah kemudian kita sampai menceng-cengin (apa ya bahasa Indonesianya yang benar) teman atau saudara kita yang ingin berubah tersebut. Termasuk diri kita, janganlah kemudian kita menjadi segan untuk berubah menjadi lebih baik dalam berIslam karena takut atau malu diceng-cengin teman. Yang berbahayanya adalah tidak ada keinginan untuk berubah itu karena ada perasaan angkuh pada diri kita. Na’udzubillahi min dzaalik.

Saya pernah mendapatkan nasihat dari seorang mentor. Tidak jadi beramal baik karena takut dibicarakan oleh manusia, maka sesungguhnya di situlah ada penyakit riya’ di dalam diri kita. Sedangkan beramal baik karena ingin dipuji manusia, maka sesungguhnya perbuatan kita itu bisa digolongkan ke dalam syirik.

Ramadan as turning point

Ramadan as turning point

Marhaban Ya Ramadhan 1434H!

[Kuliner] Giggle Box

Sekitar seminggu yang lalu (Sabtu, 29/06) aku ditraktir makan-makan oleh salah seorang teman yang akan wisuda Juli ini. Waktu itu yang bersangkutan bingung menentukan tempat. Akhirnya aku usulkan saja resto Giggle Box. Sebulan yang lalu aku baru tahu ada resto ini ketika lewat di daerah Setiabudhi, Bandung, tepatnya di Jalan Karangsari yang menghubungkan jalan Setiabudhi dan Sukajadi (dekat SPBU Setiabudhi).

Sesuai namana, resto ini memiliki desain arsitektur yang menyerupai sebuah kotak raksasa. Sayang aku nggak sempat memfotonya secara menyeluruh. Cuma penampakan pintu depannya saja ketika hari sudah gelap.

Giggle Box

Giggle Box

Ketika memasuki ruangan dalam Giggle Box ini, aku seolah merasakan tengah kembali ke masa lampau dan berada di sebuah rumah di Barat sana. Di dinding-dindingnya banyak terdapat lukisan atau foto orang-orang Eropa bergaya pakaian ‘jadul’. Musik yang disetel kebanyakan musik klasik khas Eropa atau macam musik Opera gitu, sehingga semakin memperkuat kesan keeropa-eropaannya.

Suasana interior Giggle Box

Suasana salah satu ruang interior Giggle Box

Walaupun suasana dan dekorasinya Eropa banget, tapi menu masakannya sangat variatif, tak hanya makanan khas Eropa saja. Ada spaghetti, steak, lasagna, salad, nasi goreng, nasi putih, dsb. Untuk camilannya, martabak pun ada. Untuk ukuran resto dengan dekorasi yang terkesan ‘wah’ ini, harga menu-menu makanan dan minumannya termasuk murah. Kisarannya mulai dari 10 sampai 50 ribuan.

Ini dia beberapa cuplikan daftar menunya:

Menu Makanan

Menu Makanan

Menu Dessert

Menu Dessert

Untuk makanan, aku memesan “Grilled Chicken Vietnam”. Di daftar menu, menu tersebut mendapatkan label “Must Try” yang artinya cukup salah satu menu rekomendasi di Giggle Box ini. Harganya Rp 20 ribu. Satu porsinya lumayan banyak. Dengan seporsi nasi dan ayam dengan ‘lalapan’ macam selada dan wortel dan kol yang diiris kecil-kecil dan sausnya, cukup bikin kenyanglah.

Grilled Chicken Vietnam

Grilled Chicken Vietnam

Untuk minumannya aku memilih Chocolagio, es coklat dengan krim bertabur meses ceres dan ada semacam remah-remah Oreo-nya.

Chocolagio

Chocolagio

Sedangkan untuk ‘camilan’-nya aku memesan “martabak” (Rp 10 ribu) dan “Tripple Dupper Ice Cream” (Rp 17 ribu). Hehe, penasaran saja sih sama martabak ala resto itu gimana. Ternyata rasanya masih kalah dengan martabak-martabak telor yang pernah kubeli dipinggir jalan. Eitss, maksudku martabak yang di sini sebenarnya pun enak, cuma aku pernah merasakan martabak telor yang lebih enak dari yang ini.

Martabak telor

Martabak telor

Sedangkan Tripple Dupper Ice Cream sendiri adalah ‘gundukan’ ice cream yang terdiri atas 3 rasa, kalau tidak salah ada rasa cokelat, vanila, dan strawberry. Sayangnya yang aku foto di bawah ini adalah Tripple Dupper yang sudah nggak berbentuk alias sudah nyaris habis dimakan, hehe. Tampilan aslinya sih menarik dan rasanya pun enak.

Tripple Dupper Ice Cream

Tripple Dupper Ice Cream

Setelah makan di sini, kesan keseluruhan terhadap Giggle Box, tempatnya cukup nyaman buat kumpul-kumpul bareng teman. Harga menu-menunya relatif murah. Walaupun murah, rasa masakannya cukup enak. Well, setidaknya dari menu yang kucoba sih.