Catatan Perjalanan Tur ke Sukabumi & Ciamis (Day 2) : Jalan-Jalan di Ujung Genteng

Sekitar pukul 5 subuh suara alarm handphone anak-anak meraung-raung. Aku pun terbangun pagi itu oleh suara alarm mereka. Seketika itu aku langsung beranjak ke kamar mandi dan mengambil air wudlu kemudian menunaikan sholat Subuh. Iseng-iseng ketika sebagian teman lagi tidur, kuambil foto mereka, hihihi. Maaf, fotonya agak buram. 😀

Teman-teman lagi tidur

Teman-teman lagi tidur

Ketika langit mulai terang, sekitar pukul 7 pagi, aku bersama sebagian teman-teman pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan untuk sarapan. Kami berbelanja barang kebutuhan tersebut di Pasar Surade. Kami cuma membeli telor 1 kg, mie telor 2 bungkus, beras 5 kg, minyak goreng, dan cabe rawit.

Selesai berbelanja di pasar, kami kembali lagi ke tempat penginapan. Bahan-bahan makanan itu kami serahkan ke bibi dan nenek di dapur tempat penginapan ini. Oiya, perlu diketahui, nenek tersebut masih ada hubungan keluarga dengan Adi. Jadilah pagi itu kami sarapan dengan menu buatan neneknya Adi itu. Mau tahu rasanya? Hmm… Enak tenan. Apalagi sambalnya yang pedes-pedes gimana gitu, bikin kami ketagihan :D. Kalau tidak salah, namanya sambal Jampang. CMIIW.

Suasana sarapan pagi saat itu benar-benar menyenangkan. Kami sambil duduk lesehan mengitari lauk pauk dan nasi. Suasana desa begitu kental terasa. Apalagi menu yang kami makan itu dimasak dengan menggunakan arang. Jadi ingat suasana keluarga besar dari Bapak. Benar-benar guyublah pokoknya saat itu.

Sarapan pagi

Sarapan pagi

Setelah semuanya selesai sarapan dan mandi, kami langsung bersiap-siap untuk memulai jalan-jalan hari itu. Tujuan pertama kami adalah Curug Cikaso, wisata air terjun yang banyak orang menyebutnya sebagai “Niagara”-nya Indonesia. Retribusi untuk masuk kawasan wisata ini adalah sebesar Rp5.000 per orang.

Untuk mencapai lokasi air terjunnya, kami harus menyusuri areal persawahan dan lapangan ilalang terlebih dahulu. Begitu sampai di lokasi, Subhanallah… terus terang aku terkagum-kagum melihat keindahan panorama yang tersaji di hadapanku saat itu. Aku dan teman-teman sudah tak sabar untuk mengambil gambar-gambar di lokasi Curug Cikaso itu. Mungkin ini adalah air terjun terindah yang pernah kusaksikan. Di Malang seingatku aku pernah berkunjung ke wisata air terjun Coban Rondo dan Coban Manten. Kedua coban itu masih belum bisa mengalahkan indahnya panorama Curug Cikaso ini.

Rasanya ada yang kurang kalau ke tempat wisata air terjun tapi kita nggak ikut nyebur ke dalamnya. Begitu puas memotret pemandangan alam yang indah itu, aku langsung menyusul teman-teman menceburkan diri ke dalam sungai di bawah air terjun itu. Kami puas-puaskan bermain air di bawah rintikan air terjun itu sambil berfoto-foto. Rasanya benar-benar puas karena Curug Cikaso saat itu memang menjadi milik kami. Tidak ada pengunjung lain selain kami dan anak-anak kecil penduduk sekitar yang bermain-main di sana.

Berjalan menuju lokasi Curug Cikaso

Berjalan menuju lokasi Curug Cikaso

Curug Cikaso

Curug Cikaso

Main air di Curug Cikaso

Main air di Curug Cikaso

Foto komplit di Curug Cikaso

Foto komplit di Curug Cikaso

Puas bermain-main di Curug Cikaso, tepat adzan Dhuhur kami bersiap-siap untuk kembali ke penginapan lagi. Yap, kami berencana untuk beristirahat barang sejam di penginapan sembari menyiapkan kebutuhan untuk acara ke pantai ujung genteng dan sekitarnya sore hingga malam harinya. Kebutuhan yang dipersiapkan itu antara lain, nasi kurang lebih untuk 13 orang, sambal, bumbu masakan, pisau, kayu bakar, minyak tanah, dsb. Dari rupa-rupa barang yang kami bawa tampaknya sudah kelihatan kami mau ngapain. Benar sekali, kami berencana bakar-bakar ikan di pinggir pantai sekaligus makan malam di sana. Untuk ikan, kami berencana membelinya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujung Genteng pada sore harinya.

Jadilah siang itu kami berangkat menuju ke Ujung Genteng. Perjalanan menuju ke sana cukup lama, sekitar sejam. Namun, sebelum ke pantai Ujung Genteng, kami singgah dulu di kawasan semacam resort, namanya “villa Amanda Ratu”. Di sana kami cuma mampir untuk foto-foto saja. Ya, biar kesannya kalau orang lihat, kami kelihatan habis menginap di sana, hehehe.

Oiya, di dekat kawasan villa Amanda Ratu ini terdapat sebuah bongkahan batu besar, mirip seperti yang terdapat di Tanah Lot, Bali. Oleh karena itu, kata Adi, objek tersebut sering disebut dengan “Tanah Lot-nya Sukabumi”. Bedanya, kalau “Tanah Lot” yang ini nggak ada pura di atas bongkahan batu besarnya itu. Selain itu, “Tanah Lot” yang satu ini menjadi tempat muara sungai besar yang ada di sana sehingga warna air lautnya pun agak bercampur dengan warna air sungai yang cokelat.

Bergaya di Villa Amanda Ratu

Bergaya di Villa Amanda Ratu

Tanah Lot-nya Sukabumi

Tanah Lot-nya Sukabumi

Tidak lama kami berada di villa Amanda Ratu itu karena sebenarnya tujuan yang satu ini tidak masuk dalam agenda kami. Kami pun melanjutkan perjalanan lagi ke arah selatan menuju pantai Ujung Genteng. Ada dua portal yang harus dilalui menuju ke sana. keduanya meminta retribusi Rp25.000 per mobil yang melintas masuk.

Kesan yang kami dapat saat berada di Ujung Genteng ini adalah pantai ini masih sangat alami. Banyak bebatuan karang dan kehidupan biota laut yang terdapat di sekitaran pantai itu yang bisa kita amati. Suasana pantai pada sore hari itu juga tidak ramai. Hanya ada beberapa wisatawan saja yang mengunjungi pantai ini yang bisa dihitung dengan jari.

Perlu diketahui, posisi pantai di Ujung Genteng itu tidak langsung berbatasan dengan laut lepas di mana di hadapan pantai tersebut terdapat “genangan” air yang di dalamnya terdapat karang dan hewan laut lainnya seperti yang kami temui itu ada terong laut, bulu babi, landak laut, kepiting, dsb. Di Ujung Genteng ini juga terdapat bekas bangunan yang sudah roboh, yang kalau tidak salah bekas benteng (atau pelabuhan?) zaman Belanda dulu.

pantai Ujung Genteng

pantai Ujung Genteng

"Genangan air laut" Ujung Genteng

"Genangan air laut" Ujung Genteng

Biota laut di Ujung Genteng

Biota laut di Ujung Genteng

Pantai Ujung Genteng bukanlah persinggahan terakhir kami untuk menghabiskan sore hari itu. Dari Pantai Ujung Genteng kami beranjak pergi menuju Pantai Pangumbahan. Tetapi sebelumnya, kami mampir dulu ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujung Genteng yang berada tidak jauh dari pantai. Kami membeli ikan bawal segar sejumlah 2 kg dengan harga Rp25.000 per kg. Ikan-ikan tersebut rencananya akan kami bakar sebagai lauk makan malam nantinya.

Dari TPI kami berjalan lagi menuju Pantai Pangumbahan. Jalan yang dilalui benar-benar seperti medan off road. Jalan tersebut bukan berupa aspal, melainkan tanah pantai yang kadang-kadang terdapat genangan air laut di atasnya. Belum lagi di beberapa tempat kanan-kiri jalan terdapat banyak semak belukar. Di tengah jalan menuju Pangumbahan kami (lagi-lagi) mampir di Pantai Cibuaya untuk sekedar berfoto-foto ria. Habisnya pemandangan di pantai itu bagus sih, sehingga menggoda kami untuk berfoto di tempat tersebut.

Foto bareng di pantai Cibuaya

Foto bareng di pantai Cibuaya

Cuma sebentar kami berada di Pantai Cibuaya itu. Kemudian kami melanjutkan perjalanan kembali. Tak lama waktu untuk mencapai Pantai Pangumbahan. Kira-kira 15 menit kemudian kami sudah sampai.

Pantai Pangumbahan merupakan pantai yang dijadikan sebagai salah satu tempat perlindungan dan budidaya penyu di Indonesia. Di area pantai ini dibuatkan tempat penangkaran untuk penyu. Tujuannya adalah penyu-penyu dapat bertelur dengan aman dan berkembang biak dengan lancar, menghindarkan dari tangan-tangan jahil yang memburunya.

Nah, pada sore hari itu, tepat pukul 17.30 diadakan pelepasan penyu-penyu mungil ke lautan. Acara pelepasan penyu ini diadakan setiap hari pada waktu sore, dan pengunjung yang hadir bisa ikut berpartisipasi di dalamnya dengan membantu pelepasan penyu ini. Sebenarnya ada acara lain yang bisa kita ikuti juga, yaitu melihat penyu bertelur. Sayangnya kalau yang satu ini tidak ada jadwal rutinnya alias tidak bisa dipastikan waktunya :P.

Sore itu, kami juga tidak ketinggalan dalam menyemarakkan acara pelepasan penyu-penyu mungil itu ke laut. Kami masing-masing setidaknya dapat satu jatah penyu kecil untuk dipegang kemudian dilepaskan bebarengan ke pantai. Selanjutnya penyu-penyu tersebut akan terseret air laut kemudian hidup bebas di dalam lautan luas sana.

Neo dan Haryus bawa penyu

Neo dan Haryus bawa penyu

Penyu merambat menuju laut

Penyu merambat menuju laut

Tak terasa, ufuk merah di ujung langit barat sana mulai tampak. Artinya waktu senja sudah mulai tiba. Matahari pun secara perlahan tampak tertelan oleh batas cakrawala. Kesempatan melihat pemandangan sunset yang mempesona tersebut tidak kami sia-siakan dan kami abadikan dengan memotretnya.

Sunset di Pantai Pangumbahan

Sunset di Pantai Pangumbahan

Langit senja di Pangumbahan

Langit senja di Pangumbahan

Dari Pantai Pangumbahan, berikutnya kami beranjak kembali menuju ke Pantai Cibuya. Tempat itulah yang kami pilih untuk melaksanakan acara api unggun atau bakar-bakar ikan sekaligus makan malam. Tentunya setelah mendapatkan izin dari warga sekitar.

Langit pada maghrib kala itu tampak mendung pertanda hujan tidak lama lagi akan turun. Saat kami menyiapkan api unggun pun sebenarnya sempat beberapa kali turun hujan rintik-rintik kecil. Tapi itu cuma sebentar saja sehingga tidak sampai mengganggu jalannya acara kami. So, acara bakar-bakar ikan pun terus berjalan.

Cahaya api unggun pun menerangi malam yang gelap di pinggir pantai kala itu. Malam yang dingin pun turut terminimalisasi dengan panas yang dihasilkan api unggun tersebut. Begitu semua ikan selesai dibakar, kami langsung bersantap bebarengan dengan menu nasi plus lauk ikan bakar dan sambel jampang yang enak dan pedasnya bikin nagih. Nasi dan ikan bakar itu kami sajikan di atas gelaran kertas pangsit (kertas yang biasa digunakan untuk membungkus makanan) yang ditata secara memanjang laiknya meja makan. Masing-masing orang mengambil posisi di sepanjang gelaran tersebut menghadap ke arah makanan yang tersaji. Suasana makan malam saat itu benar-benar terasa guyub. Penuh dengan kesederhanaan dibalut dengan suasana kekeluargaan pula.

Selesai santap malam, sisa-sisa makanan dan bungkusan lainnya tidak lupa kami bereskan agar tidak meninggalkan sampah di pantai Cibuaya tersebut. Selesai beres-beres, kami tidak langsung pulang, tetapi menikmati sisa api unggun yang masih menyala itu dan mengisi malam itu dengan bernyanyi bersama-sama menyanyikan lagu-lagu jadul ketika kami masih zaman SMP dan SMA dulu, hihihi. Walaupun suara kami fals, tapi tidak mengurangi asyiknya malam itu :P.

Bakar-bakar ikan

Bakar-bakar ikan

Ikan bakar. Hmm... harumnya... :)

Ikan bakar. Hmm... harumnya... 🙂

Makan malam bareng

Makan malam bareng

Nyanyi bareng

Nyanyi bareng

Tiba-tiba beberapa menit kemudian hujan deras mulai turun. Kami pun balik segera balik ke mobil sambil membereskan barang-barang yang kami keluarkan di pantai. Lalu kami langsung cabut kembali ke tempat penginapan. Akan tetapi, karena langit gelap dan tidak terdapat cukup penerangan di daerah sekitar pantai itu, mobil kami sempat nyasar ke daerah pantai yang banyak bebatuan di sana alias jalan buntu. Kami pun harus putar balik mobil. Namun, karena jalan pantai tersebut terdapat bebatuan yang cukup besar, kami pun benar-benar berhati-hati dalam memutar balik mobil kami tersebut. Sementara itu, hujan deras terus mengguyur kawasan pantai ketika itu. Jarak mobil terhadap garis pantai juga sangat dekat, kurang lebih ada 1-2 meter. Permukaan air laut kelihatan sedikit demi sedikit mengalami kenaikan. Kami sepakat, suasana saat itu terasa agak horor seperti di film-film :D. Langit gelap, hujan deras mengguyur, air laut yang nyaris meluap, dsb. Ada sekitar 15-20 menit kami berusaha memutar mobil ke arah sebaliknya. Akhirnya, usaha kami berhasil dan selanjutnya kami dapat menemukan kembali jalan yang benar. Kami pun melanjutkan perjalanan pulang lagi. Alhamdulillah, satu jam kemudian kami semua akhirnya sampai di tempat penginapan dengan selamat :D.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s