Medali Borobudur Marathon 2018

Lari Full Marathon di Borobudur Marathon 2018 (Bag. 2-Tamat): Race Day

Pukul 3.30 saya dan Dani sudah terbangun dari tidur. Tanpa banyak membuang waktu kami langsung bersiap-siap untuk event lari Borobudur Marathon pagi itu. Menurut jadwal, kategori Full Marathon (FM) yang kami ikuti akan start pada pukul 5 tepat.

Setelah mandi, ganti baju, sholat subuh, dan pakai sepatu, dengan mengendarai sepeda motor kami pun bergerak menuju Candi Borobudur. Sampai di lokasi kurang lebih 30 menit sebelum waktu start. Dari halaman parkir sepeda motor sampai ke tempat garis start di Taman Lumbini masih lumayan jauh juga masuknya.

Para pelari FM telah menumpuk di belakang garis start. Alhamdulillah saya dan Dani bisa nyelip di bagian agak tengah. Kami pemanasan sebentar kurang lebih selama 5 menit.

Suasana di belakang garis start FM Borobudur Marathon 2018

Tak lama kemudian MC mengajak peserta untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah itu, MC memanggil Pak Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, untuk memberikan sambutan. Setelah sambutan, beberapa saat kemudian MC pun mulai menghitung mundur pertanda akan dimulainya perlombaan lari kategori FM Borobudur Marathon 2018. 

Lari Pun Dimulai

Tepat pukul 5 pagi para peserta Full Marathon pun memulai lari.  1 Kilometeran pertama lari masih di sekitaran halaman Taman Lumbini. Baru setelah itu keluar kompleks Candi Borobudur memasuki perkampungan dan areal persawahan.

Sampai 1-2 km pertama, jalur lari masih dipadati oleh peserta. Saya harus lari dengan mencari sela-sela di antara para pelari lain atau kadang-kadang memilih untuk mengambil jalur di tepi-tepi.

Melintasi areal persawahan

Partisipasi Masyarakat Setempat

Salah satu hal yang terbaik dari penyelenggaraan Borobudur Marathon adalah partisipasi masyarakat setempat dalam memeriahkan dan memberikan dukungan kepada pelari. Anak-anak SD pada hari Minggu itu dengan didampingi guru-gurunya juga turut datang ke jalan dengan atribut masing-masing menyambut para pelari.

Saya tidak tahu apakah ada perlombaan juga untuk kategori the best supporters atau the best costumes mungkin. Tapi yang jelas mereka bernyanyi dengan penuh semangat dan tampil dengan kostum yang unik juga untuk menghibur para pelari.

Anak-anak SD menyambut para pelari
Anak-anak SD menyambut para pelari

Selain itu, setidaknya ada 2 rumah warga yang saya ketahui sepanjang rute FM ini yang ikut menjadi ‘water station’. Tentu saja bukan water station resmi dari panitia. Tapi memang inisiatif dari mereka sendiri. Mereka menyediakan minuman teh hangat dan jajanan juga.

Dijamu teh hangat oleh warga setempat
Dijamu teh hangat oleh warga setempat

Nikmat sekali rasanya minum teh hangat di tengah-tengah lari begini. Apalagi cuaca saat itu juga agak mendung.

Blue Line

Yang perlu diketahui juga dari Borobudur Marathon 2018 ini adalah event ini menjadi event lari pertama di Indonesia yang menggunakan blue line atau garis biru di sepanjang rutenya. Jarak antar blue line kurang lebih 50-100 meteran sepertinya. Penggunaan blue line ini dimaksudkan untuk menunjukkan jalur yang paling efisien bagi para pelari agar rute yang dilaluinya bisa akurat sepanjang 42,195 km. 

Lari Hingga Finish

Sebagaimana yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya, target saya dalam event Borobudur Marathon 2018 ini adalah bisa memperbaiki catatan waktu FM saya 3 tahun yang lalu, yakni 6 jam 50 menit.

Salah satu strategi saya mencapai itu adalah dengan menargetkan separuh rute (half marathon) dapat ditempuh dalam waktu 2 jam 10 menit (PB saya di Half Marathon), atau setidaknya masih kurang dari 2,5 jam.

Alhamdulillah, 21 km pertama bisa saya tempuh dalam waktu 2 jam 25 menit. Setelah itu yang terjadi adalah hitung-hitungan bagaimana caranya agar saya bisa finish dalam waktu sekitar 6 jam jika dikombinasikan dengan jalan kaki.

Salah satu tanjakan di Borobudur Marathon 2018
Salah satu tanjakan di Borobudur Marathon 2018

Kaki memang tidak bisa dibohongi. Latihan saya maksimal masih half marathon. Kaki mulai berontak ketika sudah berlari lebih dari 28 km. Tanda-tanda kram mulai terasa jika kaki saya paksa berlari.

Akhirnya sejak KM 28 saya lebih banyak berjalan kaki. Apalagi di sepanjang KM 25-35-an mulai banyak ditemui tanjakan dan turunan.

Saya mulai menghitung-hitung berapa KM tersisa dan berapa pace saya. Untuk bisa finish tepat 6 jam menurut hitungan saya, maksimal pace saya harus 11 min/km ketika itu. Kalau jalan kaki normal, pace saya berkisar antara 12-13 min/km. Karena itu saya masih tetap perlu mengkombinasikan jalan kaki dengan lari.

Berlari di dalam kompleks Candi Borobudur
Berlari di dalam kompleks Candi Borobudur

Tapi ternyata kaki sudah nggak bisa diajak kompromi. Saya pun tidak ingin memaksa. Singkat cerita, akhirnya saya mencapai garis finish dalam waktu 6 jam 9 menit. Peningkatan yang cukup lumayan sih dibandingkan 3 tahun lalu. Mudah-mudahan di event Full Marathon berikutnya bisa di bawah 6 jam.

Suasana di garis finish
Suasana di garis finish

Secara umum, saya sangat puas dengan penyelenggaraan Borobudur Marathon 2018. Tidak salah apabila dinobatkan sebagai salah satu event lari terbaik di Indonesia. Water station selalu tersedia setiap 2-3 km. Panitia bekerja dengan sangat baik dalam menjaga agar rute tetap steril. Kaos lari dan finisher-nya juga keren. Bahannya bagus bikinan Brooks.

Selain itu, hal yang paling sangat saya suka tentu saja partisipasi warga yang sangat luar biasa terhadap acara ini. Ada energi tambahan yang saya rasakan setiap kali melihat warga memberikan semangat kepada saya dan para pelari lainnya. Semoga bisa bertemu kembali dengan Borobudur Marathon tahun depan. (Tamat)

Advertisement

6 thoughts on “Lari Full Marathon di Borobudur Marathon 2018 (Bag. 2-Tamat): Race Day

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s