Senja di Gili Trawangan

Jalan-Jalan di Lombok: Hari 3 – Gili Trawangan

Senin, 1 Juni 2015

Pagi itu menjelang pukul 9 shuttle yang hendak mengantar kami ke Pelabuhan Bangsal sudah datang. Kami pun check-out dari penginapan. Di dalam shuttle sudah ada 4 orang bule yang bergabung.

Shuttle ini sudah kami booking melalui tempat rental motor kami sehari sebelumnya. Awalnya kami ingin ngeteng aja ke Gili Trawangannya. Namun, pihak rental motor kami menawarkan diskon harga yang lumayan besar dari harga normal.

Umumnya tiket shuttle ke Pelabuhan Bangsal dari Senggigi sih Rp75.000 udah include tiket public boat buat nyeberang ke Gili Trawangan. Kami ditawari Rp40.000 per orang oleh pihak rental tadi. Setelah kami pikir-pikir, harganya sepertinya nggak terlalu jauh dibandingkan jika ngeteng naik taksi ke sana.

Di Bangsal shuttle berhenti di sebuah kafe bernama “Bunga Bunga Cafe” yang menjadi tempat singgah traveler-traveler yang hendak pergi atau baru saja datang dari Gili. Kami bersantai dahulu di sana sambil menunggu kapal kami yang dijadwalkan berangkat pukul 10.30.

Di dalam kapal menyeberang ke Gili Trawangan

Di dalam kapal menyeberang ke Gili Trawangan

Perjalanan menyeberang ke Gili Trawangan dengan public boat ini menempuh waktu kurang lebih 35 menit. Harga tiket Rp15.000. Karena kami sudah include dengan tiket shuttle tadi, kami cukup menukarkannya ke petugas loket pelabuhan kemudian petugas tersebut akan memberikan tiket resmi kapal.

Tiba di Gili Trawangan

Suasana dermaga Gili Trawangan sangat ramai ketika kami merapat di sana, baik dengan turis yang baru datang maupun yang akan pergi. Terlihat beberapa orang menawarkan penginapan. Kami sempat ditawari juga kamar oleh salah seorang. Dia menawarkan harga Rp250 ribu, kami langsung meminta turun ke Rp150 ribu. Dia menolak, hanya bersedia menurunkan hingga Rp200 ribu.

Tiba di Gili Trawangan

Tiba di Gili Trawangan

Kami pun berjalan kaki meyusuri gang-gang di Gili Trawangan ini secara random. Tanpa sengaja berpapasan dengan orang yang tengah mengantarkan tamu juga. Dia menawarkan kamar kepada kami Rp150 ribu. Wah, kebetulan pas sesuai budget kami, pikir kami dalam hati. Kami pun pergi mengikuti beliau menuju tempat penginapan yang dimaksud.

Ternyata kamarnya langsung menghadap ke halaman. Nama penginapannya adalah Jambu Homestay. Di dalam rumah itu ada dua kamar yang berada dalam satu area halaman yang dikelilingi pagar bambu. Kamarnya bersih, ada 2 tempat tidur di dalamnya. Kamar mandinya luas dan bersih. Ada shower-nya juga. Harga Rp150 ribu yang beliau tawarkan itu sudah termasuk dengan extra bed juga. Kami pun tanpa ragu mengambil kamar tersebut.

Jambu Homestay

Jambu Homestay

Bersepeda Keliling Gili Trawangan

Setelah meletakkan tas-tas kami, kami pun segera keluar dari penginapan. Tak lupa kami membawa baju ganti karena berencana untuk berenang di spot-spot sekitar Gili Trawangan.

Tak jauh dari penginapan kami ada tempat penyewaan sepeda. Kami bertiga masing-masing menyewa satu sepeda dengan harga Rp50.000 per sepeda per hari. Sepeda cukup vital sebagai alat transportasi jika berencana untuk menjelajahi pulau ini. Selain sepeda, ada cidomo sebagai pilihan alat transportasi di sana. Namun, dengan sepeda tentunya jauh lebih irit daripada menggunakan cidomo.

Ketika berkeliling Gili Trawangan ini, beberapa kali kami melihat booth es krim Gili Gelato di beberapa titik keramaian. Kami menjadi penasaran untuk menyobanya. Harganya Rp20.000 per cone.

Di Gili Trawangan ini kami menemukan spot pantai yang lumayan sepi untuk dipakai berenang. Kami singgah sebentar di sana untuk berenang di sana.

Bermain air di pantai

Bermain air di pantai

Setelah puas bermain air di sana, kami melanjutkan keliling Gili Trawangan kembali. Terkadang di tengah perjalanan berhenti sejenak sambil menikmati pantai.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 2 siang. Kami pun mencari warung makan untuk mengisi perut kami yang sudah keroncongan saat itu. Maklum, pagi itu pun kami belum sempat sarapan, hehe.

Bersepeda keliling Gili Trawangan

Bersepeda keliling Gili Trawangan

Baca-baca review di internet katanya tempat makan dengan menu makanan lokal yang recommended ada di Warung “Dewi”. Kami pun mengayuh sepeda kami ke sana. Aplikasi foursquare menjadi panduan kami dalam mencari lokasi Warung Dewi tersebut.

Agak nylempit ternyata tempatnya. Tapi patokannya cukup mudah. Cari aja pasar tradisional (yang sepertinya merupakan satu-satunya) di Gili Trawangan. Warung Dewi tersebut berada di dalam pasar yang ukurannya cukup kecil itu.

Di Warung Dewi ini kami sempat melihat beberapa bule yang ikut makan makanan lokal Indonesia seperti nasi campur. Wew, doyan juga ternyata tuh bule, haha. Kami bertiga secara kompak memesan rawon sebagai menu makan siang kami. Recommended banget!! Enak rawonnya. Berbeda dengan rawon pada umumnya, rawon di sini dagingnya masih nempel di tulang. Gede-gede gitu. Tapi harganya mahal sih. Rp35.000 seporsinya. Kayaknya memang rate makanan di Gili Trawangan ini rata-rata ya segitu.

Makan siang di Warung Dewi

Makan siang di Warung Dewi

Setelah makan siang, kami kembali ke penginapan. Di penginapan istirahat sebentar 30 menitan. Tidur-tiduran ngademin badan di tengah cuaca yang memang cukup terik di sana.

Senja di Gili Trawangan

Sorenya kami kembali bersepeda menjelajahi Gili Trawangan. Kali ini ke spot-spot tertentu saja sih. Kami mampir ke salah satu spot pantai yang berada di belakang kafe-kafe tak jauh dari dermaga. Bermain air di sana. Setelah itu duduk-duduk di sana mengamati aktivitas bocah-bocah lokal yang tengah asyik bermain air laut dekat kapal-kapal yang tengah merapat. Di kejauhan terlihat penampakan Gili Meno.

Anak-anak Gili Trawangan tengah bermain air laut

Anak-anak Gili Trawangan tengah bermain air laut

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 5 sore. Sebentar lagi senja akan datang. Kami beranjak dari pantai untuk menuju ke kawasan pantai di depan Hotel Ombak Sunset yang berada di sisi barat Gili Trawangan. Katanya di sana adalah spot terbaik untuk menyaksikan matahari terbenam di Gili Trawangan ini.

Benar saja, saat kami ke sana suasana pantai sudah ramai dengan orang-orang. Di pantai Ombak Sunset ini terdapat 3 ayunan yang dipasang sedikit menjorok ke laut. Sudah dapat ditebak, ayunan-ayunan tersebut menjadi favorit para pengunjung untuk melakukan foto-foto. Orang-orang sampai antri untuk dapat mencoba ayunan tersebut.

Kami mengamati detak-detik sunset sambil duduk-duduk di tepi pantai. Di kejauhan di barat sana, samar-samar terlihat penampakan Gunung Agung di Pulau Bali. Senja itu kami sangat beruntung. Langit cerah tak berawan. Matahari terlihat bulat sempurna berwarna oranye. Matahari secara berangsur-angsur turun tenggelam dan menghilang ke dalam horizon. Kombinasi sunset dengan penampakan Gunung Agung di sebelah kiri menyajikan pemandangan yang begitu indah senja itu.

Senja di Gili Trawangan

Senja di Gili Trawangan

Kuliner Malam di Pasar Malam

Setelah langit mulai gelap, kami pun beranjak dari pantai Ombak Sunset ini. Oh ya, di Ombak Sunset ini tiap malam diadakan nonton bareng layar tancap di pantai. Start pukul 19.30. Bisa menjadi salah satu pilihan aktivitas untuk menghabiskan waktu di Gili Trawangan saat malam hari. Malam itu film yang diputar adalah Fury yang dibintangi oleh Brad Pitt. Namun, saat itu kami tak terlalu tertarik untuk menonton film di sana karena memang sudah pernah menonton film itu sebelumnya. Tujuan kami berikutnya dari sana adalah pasar seni Gili Trawangan yang ketika malam berubah menjadi pasar malam dengan kuliner lokal.

Suasana pasar malam sangat ramai. Turis bule juga tampak memenuhi pasar malam ini. Mereka tampak menikmati menu-menu lokal juga. Menu makanan di pasar malam ini didominasi jenis seafood. You don’t say lah ya haha. Ada banyak model pelayanan makanan di sana. Ada yang memilih langsung lauk-lauk ikannya sambil membawa piring. Ada yang langsung duduk di meja, nanti diberikan daftar menu, pesan, lalu menunggu makanan diantarkan.

Kami memesan menu di salah satu meja yang tersedia di sana. Pelayanannya lumayan lama sih. Maklum, suasananya sangat ramai. Aku memesan menu tumis udang saus tiram. Rasanya biasa-biasa saja sih. Harganya Rp35.000 kalau aku tidak salah.

Kuliner malam Gili Trawangan

Kuliner malam Gili Trawangan

Setelah makan malam, kami bergerak menuju pantai tempat di mana sore sebelumnya kami menghabiskan waktu. Kami duduk-duduk saja di sana menikmati suasana pantai di malam hari. Malam itu tengah bulan purnama (Terus kenapa? Hehe). Kami berbincang-bincang menghabiskan malam yang menjadi malam terakhir kami di Lombok ini. Pukul sepuluh malam kami pulang kembali ke penginapan. (bersambung)

Advertisement

3 thoughts on “Jalan-Jalan di Lombok: Hari 3 – Gili Trawangan

    1. otidh Post author

      Hi mas Hilmi, shuttle-nya itu harus pesen dulu sih. Bisa melalui agen-agen yang banyak bertebaran di kawasan Senggigi. 😀

      Like

      Reply

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s