Backpacking Hong Kong-Shenzhen-Makau (Bag. 1): Beli Tiket Pesawat, Booking Penginapan, dan Menyusun Itinerary

Tiket Promo ke Hong Kong

Sekitar bulan Oktober-November yang lalu Tigerair Mandala mengadakan promo “Perginya Bayar, Pulangnya Dibayarin” alias return for freeTapi bukan berarti harganya murah banget sampai di bawah sejuta PP ya :P. Itu cuma trik marketing aja sebenarnya. Kalau dihitung-hitung, memang cenderung mendekati harga normal, tapi masih lebih murahlah.

Cuma kebetulan ada teman yang ngajak, jadi aku tertarik ikutan beli. Kebetulan juga pada tanggal yang ditentukan ada hari kecepit (11-14 Januari 2014), jadi nggak perlu cuti banya-banyak. Selain itu motivasi lainnya adalah karena aku belum pernah ke luar negeri selain Malaysia, wkwkwk. Nah, sayangnya aku sempat pikir panjang sih apakah jadi beli atau tidak tiket promo ini. Akhirnya return for free buat tanggal 14-nya malah keburu habis, yang ada tanggal 15-nya. Akhirnya terpaksa extend 1 hari.

Tapi Desember lalu ada yang menemukan kombinasi promonya Tigerair Mandala yang baru membuka rute Surabaya-Hong Kong dan Denpasar-Hong Kong. Berangkat Denpasar-Hong Kong 5 ribu, dan baliknya Hong Kong-Surabaya 193 ribu rupiah.

Tips: Kalau mau cari tiket murah ke Hong Kong, pertama coba cek dulu Tigerair (bukan promosi ya), karena mereka satu-satunya maskapai low cost yang menyediakan direct flight Indonesia (Jakarta, Surabaya, Denpasar)-Hong Kong. Setelah itu baru maskapai low cost carrier yang lain seperti Cebu Pacific Air atau AirAsia. Memang keduanya tidak ada direct flight Jakarta-Hong Kong, tapi perlu transit dulu di Manila (Cebu) atau Kuala Lumpur (AirAsia). Cebu cukup sering mengadakan promo 1 peso (raw fare) atau kurang lebih ujung-ujungnya biasanya jatuhnya dapat 1,5 juta PP Jakarta-Hong Kong via Manila.

Penginapan di Hong Kong

Sekitar dua minggu menjelang hari H kami mulai mencari-cari penginapan. Untuk urusan penginapan di Hong Kong ini aku serahkan kepada temanku karena dia memiliki kartu kredit yang memang diperlukan untuk membooking penginapan ini. Namun, sebelumnya kami sudah sepakat untuk mencari penginapan di kawasan Tsim Sha Tsui. Kenapa di sana? Pertimbangan kami adalah karena kawasan tersebut sangat strategis. Akses ke Avenue of Stars, stasiun MTR, dan pelabuhan sangat mudah dan dekat. Kurang lebih dibutuhkan hanya 10-15 menit jalan kaki saja.

Sekitar seminggu menjelang keberangkatan aku dikabari sama temanku itu bahwa dia sudah memesan 1 kamar untuk 3 orang di Australian Guesthouse via Agoda. Sebenarnya kami mencari 1 kamar dengan triple bed, tapi dapatnya malah 1 kamar dengan 2 double bed. Australian Guesthouse ini berlokasi di gedung Chungking Mansions. Kami patungan Rp 580.000 per orang untuk dua malam.

Ngomong-ngomong tentang Chungking Mansions, di sinilah tempat yang paling digemari oleh para backpackers atau budget travelers yang mengunjungi Hong Kong. Sebab di sini berkumpul berbagai guesthouse yang menawarkan kamar dengan rate (yang kabarnya) termurah di Hong Kong. Maklum, Hong Kong ini termasuk kota besar di dunia dengan living cost tinggi di dunia. Jadi agak susah mencari penginapan murah (menurut ukurang orang Indonesia) di Hong Kong ini sebenarnya.

Kamar yang kami tempati ini walaupun rate-nya mungkin tak terlihat murah, namun menurut teman kami yang berasal dari China (nanti akan aku perkenalkan di tulisan berikutnya), rate segitu termasuk murah melihat fasilitas yang didapatkan. Selain 2 double bed, ada kamar mandi dalam dengan hot shower, pendingin ruangan (AC), TV, telepon (free local call ), dan safety deposit boxes. Di sana juga tersedia free wifi dan LAN dengan akses internet yang sangat kencang. Aku nggak sempat mengecek berapa speed internetnya sih, tapi temanku mencoba menelepon temannya di Indonesia via aplikasi LINE lancar jaya. Selain itu, di guesthouse ini kami juga bebas untuk mengambil hot drinking water di ruang tamu untuk membuat kopi (Nescafe sachet) yang disediakan gratis.

Kekurangan dari Australian Guesthouse ini dan mungkin juga guesthouse-guesthouse lain di Chungking Mansions ini pada umumnya adalah ukuran kamarnya yang sempit-sempit. Ransel-ransel sampai terpaksa kita masukkan ke dalam kolong tempat tidur agar ruangan tetap terasa lapang. Untuk sholat pun terpaksa bersempit-sempitan di antara tempat tidur agar bisa menghadap kiblat.

Selain ukuran kamar yang sempit, kekurangan lainnya adalah akses menuju kamar yang lumayan susah. Jadi di dalam Chungking Mansions ini terbagi 6 blok dari A sampai F. Setiap blok memiliki dua akses lift, satu lift untuk lantai genap dan satunya lagi untuk lantai ganjil. Gedung ini memiliki 16 lantai. Nah, kamar kami berada di lantai 14. Untuk naik dan turun kami beberapa kali harus mengantri untuk menggunakan lift bergantian dengan tamu-tamu guesthouse yang lain. Satu lift kurang lebih muat hingga maksimal 8 orang.

Oh ya, Chungking Mansions ini selain merupakan tempat berkumpulnya guesthouse-guesthouse murah di Hong Kong, tampaknya juga menjadi tempat berkumpulnya etnis Asia Selatan seperti India, Pakistan, dsb. Di lantai dasar terdapat banyak toko dan tempat makan yang hampir semuanya dikelola oleh orang-orang dari etnis mereka. Guesthouse yang aku tempati pun juga dikelola oleh orang India.

Bagi yang ingin mencari makanan halal, jangan khawatir di lantai dasar ini terdapat beberapa tempat makan yang dikelola oleh orang Pakistan/India muslim. Mau tukar uang? Di lantai dasar Chungking Mansions ini juga banyak sekali bertebaran money changer, dan pengalaman kemarin menurutku rate-nya cukup bagus.

Penginapan di Makau

Setelah menginap dua malam di Hong Kong, malam berikutnya aku menginap di Makau. Penginapan di Makau sudah aku pesan seminggu sebelumnya. Di Makau ini aku bermalam sendirian, sebab dua orang temanku sudah harus balik malam harinya (13/1) ke Hong Kong untuk mengejar pesawat jam 6 pagi (14/1), jadi tanggung untuk memesan kamar sekalian.

Mencari penginapan murah di Makau ini susahnya minta ampun. Aku ubek-ubek baik di situs Agoda maupun di Booking.com semuanya kebanyakan hotel-hotel berbintang saja yang muncul. Paling murahnya sekitar 700an ribu rupiah. Nyoba nyari di Hostelworld, nemu yang harganya kisaran 375-500an ribu rupiah.

Untung aku sempat baca blognya mbak Vicky Kurniawan di sini yang menceritakan pengalamannya menginap di SanVa Hotel, Rui De Felicidade, Makau. Setelah cek ke websitenya ternyata rate termurahnya adalah 190 MOP/HKD yang dirupiahkan hampir 300 ribu rupiah. Harga segitu sebenarnya aku dapat double room yang bisa diisi dua orang. Tak ada single room di hostel ini.

Namun, jangan mengharapkan fasilitas yang wah di sini ya. Maklum, hostel ini sudah berdiri sejak tahun 1870 dan beroperasi sebagai guesthouse sejak tahun 1930. Arsitekturnya dijaga sedimikian rupa keasliannya. Dinding-dindingnya berupa papan-papan kayu. Suasananya klasik bangetlah pokoknya di sana. Kabarnya SanVa Hotel ini pernah beberapa kali dijadikan lokasi shooting film-film Hong Kong dan China.

Fasilitas yang tersedia di hostel ini salah satunya adalah free wifi. Sayangnya sinyalnya yang kudapat kurang begitu kuat, mungkin karena faktor lokasi kamar. Tapi internetnya cukup cepat sebenarnya. Selain itu fasilitas lainnya ada lemari pakaian, wastafel, dan kipas angin di dalam kamar. Kamar mandi berada di luar dan digunakan bersama.

SanVa Hotel ini hanya menerima reservasi melalui website mereka dengan mengisi form yang telah disediakan. Setelah mengisi form, kita akan mendapatkan balasan dari pihak SanVa hotel dalam bahasa Inggris, paling lama 4 hari. Di email tersebut mereka akan meminta konfirmasi kita apakah kita jadi akan memesan kamar mereka. Jika iya, selanjutnya mereka akan mengirimkan email beserta nomor referensi booking yang harus kita tunjukkan saat tiba di sana. Enaknya reservasi di hotel ini adalah kita nggak perlu bayar di muka. Kita membayar biaya penginapan saat check-in saja.

Saat aku tiba di sana, resepsionisnya seorang bapak yang sangat ramah. Bahasa Inggrisnya pun cukup bagus dan bisa dimengerti. Nggak menyesal lah pokoknya menginap di sini. Lokasinya juga cukup strategis. Mau ke Senado Square atau Ruins of St. Paul’s cukup jalan kaki. Di dekat situ ada warung kebab dan restoran China halal (nanti akan kuceritakan di tulisan berikutnya bagian perjalanan di Makau).

Tips: Jika hendak menginap di SanVa Hotel ini, hindarilah menginap di malam Sabtu/Minggu atau hari-hari libur besar di Makau karena tarifnya menjadi lebih mahal 100 MOP/HKD atau kurang lebih sekitar 157 ribu rupiah. Bawalah peta lokasi SanVa Hotel ini beserta tulisannya dalam bahasa China untuk ditanyakan kepada warga sekitar, sebab agak susah-susah gampang menemukan hotel ini jika kurang jeli. Maklum, pintu masuk hotel ini adalah berupa tangga yang langsung naik ke lantai dua dan lantai satunya adalah bangunan bekas toko yang sudah ditutup (disegel oleh pemerintah setempat).

Menyusun Itinerary

Setelah tiket pesawat dan penginapan didapat, saatnya menyusun itinerary. Karena dua orang temanku pulang sehari lebih dahulu dari aku, otomatis mereka hanya memiliki waktu efektif 3 hari 3 malam. Karena itu, itinerary yang kami susun mengakomodir hanya untuk 3 hari 3 malam saja. Sementara aku punya waktu 4 hari 4 malam.

Awalnya kami ragu-ragu mau memasukkan Shenzhen ke dalam daftar tujuan kami. Karena kami semua penasaran untuk menginjakkan kaki di China Daratan, akhirnya kami memutuskan untuk memasukkan Shenzhen ke dalam daftar kami. Namun, kami juga sudah menyiapkan plan B seandainya tidak jadi ke Shenzhen. Sebab, kami baca-baca di blog traveler asal Indonesia lainnya, katanya imigrasi di Shenzhen ini agak tidak jelas, bisa sewaktu-waktu tutup seharian jika ada event besar di Shenzhen atau China pada umumnya. Ada juga yang bilang Visa On Arrival sudah tidak diberlakukan lagi.

Ini dia itinerary yang kami susun (atau kunjungi saja link ini). Realisasinya? Ikuti saja terus artikel berikutnya. 😀

* Kurs 1 HKD/MOP = 1580 IDR

Advertisement

5 thoughts on “Backpacking Hong Kong-Shenzhen-Makau (Bag. 1): Beli Tiket Pesawat, Booking Penginapan, dan Menyusun Itinerary

  1. maggie

    Mas, kalau mau lihat jadwal pertunjukan di Chinese Culture Folk sepanjang 2016 itu di mana ya? saya browsing ampe teler cuma dapet bulan-bulan lunar, dan bingung konversinya ke bulan masehi. Trima kasih kalau dikasih tau. hehe

    Like

    Reply
    1. otidh Post author

      Wah… maaf mbak.. Saya nggak tahu ttg yg ini. Waktu itu sih langsung datang aja kita ke sana, nggak tahu kalau ada pertunjukan khusus seperti itu. Itu pun di sana sudah sangat banyak atraksi.

      Like

      Reply

Leave a Reply to otidh Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s