Tag Archives: tugas akhir

Inikah Rasanya CINTA

Makan nggak nikmat, jalan-jalan nggak bergairah, main badminton atau olahraga yang lain nggak bisa lepas, setiap mau ngapa-ngapain selalu kepikiran CINTA (Tugas Akhir). Kira-kira itulah sekelumit kesan yang kurasakan sepanjang pengerjaan TA di tingkat empat ini. Perasaan itu semakin bergejolak ketika mendekati deadline pengumpulan draft, seminar, dan juga sidang.

Terkesan berlebihan mungkin. Tapi itulah apa adanya yang kurasakan. Dan setelah share ke sesama pejuang CINTA, ternyata sebagian juga merasakan hal yang sama. Teman-teman mungkin biasa menyebutnya dengan istilah “galau TA”. Kayaknya kalau di Twitter, mereka biasa nge-tweet dengan hashtag #GalauTA, hahaha.

Sisi positifnya, sebenarnya dengan perasaan seperti itu artinya ada rasa aware juga di dalam diri ini untuk segera menyelesaikan TA. Bukan berarti gara-gara nggak ada mood untuk ngapa-ngapain, terus nggak ada mood untuk mengerjakan TA. :mrgreen:

Perasaan galau TA itu kini akhirnya berangsur-angsur lenyap dari diriku, karena tepat pada pagi hari ini tadiSelasa, 16 Agustus 2011 / 16 Ramadhan 1432 H, pukul 10.00-12.00 — aku telah melaksanakan sidang TA S1 ini. Alhamdulillah, aku dinyatakan lulus bersyarat. Artinya, walaupun lulus, tapi masih ada revisi yang harus dikerjakan. Dan revisi yang harus kukerjakan itu lumayan banyak. Walau demikian, ada sebuncah rasa bahagia yang tiba-tiba kurasakan begitu pernyataan hasil sidang tersebut keluar.

Antara perasaan senang dan tidak percaya juga sih aku bisa melaluinya. Tapi yang jelas, rasanya itu: “plooonngg …”. Sepanjang jalan dari kampus menuju kosan, senyuman tak bisa menghilang dari bibirku. Hahaha, biarinlah dibilang orang aneh atau apa.

Sekarang harus direm dulu perasaan bahagianya. Saatnya menatap ke depan, memulai usaha untuk langkah berikutnya mewujudkan plan yang sudah pernah kurancang karena jalan masih panjang.

Advertisement

Saya Ingin Lanjut Kuliah Ke Luar Negeri

Hahaha… sesuai judulnya, ada kata-kata “ingin”, artinya saya memang masih belum tahu apakah bakal kesampaian untuk kuliah ke sana. Tapi saat saya menulis ini, saya mulai memantapkan niat untuk melangkah ke sana. Yak, terus terang awalnya tak ada bayangan dari saya untuk melanjutkan kuliah S2. Yang terbayang adalah ingin lulus S1 lalu mendapatkan pekerjaan yang layak atau bikin start up company bersama teman-teman dan mendapatkan gaji yang tinggi untuk menghidupi keluarga saya kelak (hahaha…).

Tapi perspektif berpikir saya mulai berubah setelah (lebih tepatnya sedang) menjalani Tugas Akhir (TA) di tingkat terakhir ini. Adalah dosen pembimbing saya yang mengatakan bahwa kalau saya mau serius mengerjakan TA saya ini, TA saya itu dapat berguna untuk melanjutkan S2 di luar negeri. Beliau menceritakan itu karena memang beliau sudah pengalaman (beliau S3 di JKU Linz-Austria). Ketika saya mendengar itu pertama kali, saya merasa biasa-biasa saja, sampai akhirnya saya mulai mengerjakan TA dan banyak membaca paper-paper dari luar negeri sebagai bahan TA saya. Saya mulai berpikir, “Wah, asyik juga ya kalau bisa melakukan riset seperti ini. Saya bisa memberikan sesuatu yang kontributif untuk masyarakat banyak.” Terus terang saya kagum dengan banyaknya riset yang ada di luar negeri. Bahkan, untuk topik TA yang saya ambil, banyak juga paper dari Vietnam yang saya peroleh dari internet. Selain itu banyak juga paper yang saya baca juga berasal dari negara-negara Eropa Timur, seperti Bulgaria dan Republik Ceko. Dari sini saya melihat dunia riset di negara-negara berkembang ternyata sangat banyak juga. Ayo, Indonesia jangan mau kalah… 😀

Kembali lagi ke perihal lanjut S2. Entah kenapa tiba-tiba saya memilih untuk berusaha mengambil S2 di Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST), Daejeon, Korea Selatan. Mungkin karena topik TA yang saya ambil serupa dengan salah seorang kakak angkatan yang saat ini sedang mengambil S2 di KAIST sana, hehehe.

Saya pun banyak berdiskusi dengan dia mengenai perkuliahan di sana dan bagaimana kehidupan di Daejeon sana, terutama bagi seorang muslim seperti saya ini. Ternyata, menurut dia, boleh dibilang perguruan tinggi di luar negeri yang sangat kondusif bagi mahasiswa muslim itu ya di KAIST itu. Di sana ada Mushola yang disediakan dalam kampus, makanan halal juga tidak susah diperoleh, sholat Jumat juga mudah karena hanya berjarak 15 menit dari Islamic Center of Daejeon (ICD). Biaya hidup di sana juga tergolong sangat murah. Dari 900 ribu won yang dia terima dari beasiswa perbulannya (1 won = Rp 9) katanya dia cuma menghabiskan 300 ribu won saja.

Sisi lain Daejeon, di sana juga banyak tempat-tempat riset perusahaan multi nasional seperti Samsung, LG, Hyundai, dll. Bisa dibilang Daejeon itu sillicon valley-nya Korea, kata dia. Kayak Bandung mungkin ya, dengan ITB salah satu di dalamnya :D.

Mendengar cerita dari kakak itu tentang KAIST, potensi, peluang, dan kehidupan di sana membuat saya semakin mantap untuk berusaha agar bisa kuliah di sana. Tapi jauh sebelum itu harus saya selesaikan dulu TA saya ini, hehehe. Apalagi, yang dibilang dosen pembimbing saya (seperti yang saya sebutkan di awal) ternyata memang benar. TA dia sewaktu masih S1 dulu ternyata menjadi pertimbangan profesor di sana untuk bisa diterima di KAIST.

Tulisan ini saya buat bukan untuk menyombongkan diri (memang apanya yang mau disombongkan? :D), melainkan untuk pemacu diri saya saja dan siapa tahu ada teman-teman yang sudah kuliah di luar negeri (syukur kalau alumni KAIST) mau share juga kepada saya. Bagi saya, cita-cita memang harus tinggi, karena usaha kita akan berbanding lurus dengan tingginya cita-cita yang kita canangkan. Dulu saya sewaktu SMA bercita-cita masuk ITB, saya buka webnya, dan hal yang paling banyak saya lakukan saat browsing itu cuma melihat foto-foto kampus dan kehidupan di dalamnya. Tujuannya sih supaya di otak saya saat itu berpikir “ITB, ITB, ITB, dan ITB”, hahaha. Belajar pun jadi semangat. Makanya saya sisipin foto KAIST di tulisan ini juga, hehehe. Bismillahirrahmanirrahim, yang penting TA dulu! 😀

KAIST (source: apec-smeic.org)

KAIST (source: apec-smeic.org)


Seminar Tugas Akhir 1

Tugas Akhir merupakan proses terakhir yang harus dilalui oleh semua mahasiswa S1 di perguruan tinggi manapun sebagai syarat kelulusan sarjana, terlepas perbedaan yang mungkin terjadi pada penyebutannya atau formatnya. Di program studiku tugas akhir dibagi menjadi dua tahap, yaitu tugas akhir 1 (TA 1) 2 SKS dan tugas akhir 2 (TA 2) 4 SKS. Hal yang dihasilkan untuk TA 1 adalah berupa proposal tugas akhir yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan, studi literatur, implikasi, metodologi, struktur laporan, dan penjadwalan, yang kalau di laporan tugas akhir, itu sama saja dengan tulisan bab 1 dan 2. Sedangkan yang dikerjakan pada TA 2 adalah mulai dari analisis, perancangan, implementasi, hingga pengujian.

Pada minggu ini, tanggal 13 sampai 17 Desember 2010, di program studiku dilangsungkan presentasi proposal tugas akhir, atau yang lebih dikenal dengan seminar tugas akhir 1,  bagi seluruh peserta kuliah yang mengambil mata kuliah TA 1. Dari 15 seminar teman-teman yang aku ikuti, sebagian besar dosen  penguji mencoba melihat seberapa mantapkah latar belakang dan permasalahan yang dirumuskan pada tugas akhir, bagaimanakah batasan masalah, tujuan, dan implikasi mengenai topik yang diangkat, sejauh mana pemahaman tentang teori-teori dan penelitian-penelitian terkait yang sudah pernah dilakukan, dan apakah yang sebenarnya ingin dihasilkan pada tugas akhir ini. Kesalahan-kesalahan dalam penulisan, terutama masalah penulisan kutipan, juga sering menjadi sorotan oleh dosen penguji.

Aku sendiri mendapatkan jatah seminar tugas akhir 1 pada Selasa sore tanggal 14 Desember 2010 lalu. Hal positif yang aku ambil setelah seminar tugas akhir 1 kemarin adalah, sampaikan poin-poin yang dirasa perlu saja dan jangan memaksakan diri bahwa isi presentasi harus sama (urutan dan banyaknya) dengan laporan (proposal). Terakhir, sebaiknya latihan presentasi dulu sebelumnya untuk mengukur waktu presentasi agar sesuai dengan alokasi yang diberikan dan  memastikan  bahwa poin-poin yang akan disampaikan tidak akan terlewat.

Nah, sekarang seminar tugas akhir 1 sudah usai. Saatnya menatap buat tugas akhir 2. Mudah-mudahan semuanya lancar dan aku bisa lulus tepat waktu. 🙂

Presentasi

Presentasi

Foto-foto habis seminar

Foto-foto habis seminar

Akhirnya Proposal TA Selesai Juga

Hanya satu kata yang ingin aku ucapkan saat ini: “Alhamdulillah…!”

Setelah seminggu lebih fokus aku curahkan buat membaca paper demi paper, nyobain kakas buat TA, hingga nulis proposal, akhirnya siang tadi selesai juga dan sudah aku kumpulkan di TU Prodi. Fiuhh… 😎

Selama itu juga jam tidurku jadi bener-bener kacau. Biasanya yang aku usahakan maksimal tidur jam 11 malam, gara-gara sering keasyikan (baca: nggak paham-paham) baca paper, tanpa disadari jam tidurku pun berubah jadi antara jam 12 malam sampai setengah 3 dinihari. Tapi, alhamdulillah masih nggak ketinggalan sholat Subuh, msekipun habis itu biasa tidur lagi. Nah, selesai melewati deadline proposal TA ini, saatnya untuk menormalisasi jam tidur kembali. :mrgreen:

Selain jam tidur jadi kacau, kondisi kamar (baca: kamar temen sekontrakan) jadi berantakan penuh kertas berserakan. Soalnya, memang setiap kali baca paper, nggak cukup satu yang aku baca, tapi juga perlu paper lain sebagai pelengkap dan pembanding. Lagipula, kalau nulis proposal, capek juga kalau ganti-ganti window dari Office ke paper PDF. Makanya, setiap kali nulis proposal TA, di sekitarku pasti sudah bertebaran kertas-kertas literatur.

Dalam pengerjaan proposal TA ini, ternyata lebih enak kalau ngerjain nggak sendirian karena ada teman yang bisa diajak ngobrol. Jadinya, nggak gampang boring. Makanya, selama pengerjaan ini, aku numpang di ruangannya Haris, teman satu kontrakan. Nggak cuma aku saja, tapi ada juga teman-teman yang lain. Kalau sudah ngantuk dan tiba-tiba ketiduran, terpaksa tidurnya harus berjejer-jejer kayak ikan pindang dijemur :D. Tapi itulah hidup anak kuliahan. Masa susah dinikmati bersama. Akhirnya akan jadi kenangan yang nggak terlupakan.

Paper bertebaran

Paper bertebaran

Tidur berjejer-jejer

Tidur berjejer-jejer

Kembali ke masalah TA atau tugas akhir ini. Di awal perkuliahan, dosen koordinator TA pernah menyampaikan bahwa salah satu goal dari adanya TA untuk S1 ini adalah mahasiswa diharapkan mampu melakukan manajemen waktu dengan baik. Untuk goal itu, rasanya belum terpenuhi. Di awal semester aku sudah bikin timeline mengenai waktu dan apa yang harus aku kerjakan buat TA1 ini selama satu semester. Tapi ternyata, cuma konsisten di awal saja, habis itu ketika tugas-tugas sudah mulai berdatangan, akhirnya TA pun menjadi “terlupakan” dan baru ngebut di dua minggu terakhir. Ternyata memang benar kata pepatah Arab bahwa “waktu adalah pedang”. Aku benar-benar merasa “tertusuk” (hehehe, agak lebay) sekarang. Aku ngerasa TA1 ini belum maksimal.

Tapi, seperti kata pepatah, “Pengalaman adalah guru yang berharga”. Pengalaman semester ini mudah-mudahan menjadi cambuk buatku untuk berubah menjadi lebih baik lagi, terutatama mengenai manajemen waktu. Amin.

Sekilas Mengenai OpenNLP

Kali ini saya ingin mencoba berbagi mengenai apa itu OpenNLP. Bukan suatu ketidaksengajaan tiba-tiba saya ingin menulis tentang OpenNLP karena kebetulan tugas akhir saya mengambil topik tentang adaptasi OpenNLP untuk pemrosesan bahasa Indonesia. Topik ini sebenarnya ditawarkan oleh salah seorang dosen saya dan karena berminat, maka saya ambil. Sebelumnya sudah banyak anak IF ITB angkatan atas yang mengambil topik terkait dengan NLP (Natural Language Processing) untuk bahasa Indonesia, salah satunya Kak Alfan IF 06 yang juga mengupas habis tentang NLP di blognya.

OpenNLP merupakan suatu tools berbasis Java yang menyediakan API untuk pemrosesan bahasa alami (NLP). Dengan OpenNLP kita dapat melakukan beberapa pemrosesan seperti sentence detection, tokenization, named-entity detection, parts-of-speech (POS) tagging, chunking & parsing, dan coreference. Untuk dapat menggunakan OpenNLP ini kita harus menyediakan training model terlebih dahulu. OpenNLP sudah menyediakan training model default yang dapat diunduh dari situsnya. Training model yang disediakan sampai saat tulisan ini dibuat baru mendukung empat bahasa saja, yaitu bahasa Inggris, Jerman, Spanyol, dan Thailand. Secara umum, urutan langkah-langkah dalam pemrosesan yang dilakukan OpenNLP adalah sebagai berikut:

– mengidentifikasi task pemrosesan yang akan dilakukan beserta training model-nya
– melatih dan membangun file GISModel, jika belum ada
– me-load model
– menyediakan data untuk task tersebut