Tag Archives: kuala lumpur

Ke Kuala Lumpur Lagi

Sudah 2 hari ini (mulai dari hari Selasa kemarin) berada di Kuala Lumpur. Ini kali keempat aku ke sini. Kali ini kami menginap di Boulevard Hotel yang lokasinya berada di kawasan Mid Valley.

Ini dia beberapa view yang kuambil dari kamar tempat menginap (lantai 18)

Stasiun Mid Valley (pojok kanan bawah)

Gedung seberang

Gedung seberang

Suasana lalu lintas di depan hotel

Suasana lalu lintas di depan hotel

:

Midnight in Mid Valley

Saat ini sedang berada di Kuala Lumpur, Malaysia untuk suatu urusan. Baru saja tiba malam tadi dan akan berada di KL ini selama 3 hari ke depan. Beda dengan kunjungan sebelumnya di mana kami biasa menginap di Petaling Jaya, kali ini kami menginap di kawasan Mid Valley, Kuala Lumpur.

Pemandangan Kuala Lumpur diambil dari The Gardens Hotel & Residences, Mid Valley di tengah malam ini:

Mid Valley at midnight

Mid Valley at midnight

Berkunjung ke Negeri Ringgit (Lagi)

Malaysia

Malaysia

Hari ini — tepatnya pagi tadi pukul 8.30 — aku berangkat dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Kuala Lumpur LCCT, Malaysia dengan menumpang pesawat AirAsia. Beda dengan keberangkatan aku sebelumnya ke Malaysia yang bersama Jiwo, kali ini aku harus terbang sendirian ke Malaysia. Benar-benar pengalaman pertama berpergian naik pesawat sendiri, dan juga pengalaman pertama ke luar negeri sendiri. Untungnya aku sudah paham prosedur check-in dan berhadapan dengan pihak keimigrasian. Selain itu aku juga masih ingat bagaimana mencapai KL Sentral dan beberapa tempat di Kuala Lumpur setibanya di Bandara Kuala Lumpur.

Sebuah tantangan sih sebenarnya berada di negeri orang sendirian tanpa ada yang memandu. Aku harus aktif bertanya kepada orang lokal atau memahami berbagai papan informasi yang dipasang di setiap tempat.

Aku masih sering kagok di sini. Walaupun bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia mirip-mirip, tapi ada beberapa kata yang aku harus mikir dulu arti kata itu apa dan apakah mereka ngerti kata dalam bahasa Indonesia yang aku ucapkan. Seperti kata ‘kamar’. Mereka menyebutnya ‘bilik’. Terus tempat tidur atau kasur, mereka menyebutnya ‘katil’. Akhirnya, terpaksa harus dicampur dengan bahasa Inggris untuk beberapa kata yang aku atau mereka tak familiar dengan kata-kata dalam bahasa asli masing-masing.

Amcorp Mall

Amcorp Mall

Oh ya, tentang tempat makanan baru, kali ini aku mencoba makan di food court yang ada di lantai bawah Amcorp Mall, yakni di Restoran Al-Hayat. Menunya nasi paprik kantonis (RM 6.10) dan teh ais (RM 1.40). Mahal juga ya. Kalau malam, memang susah sih nyari makanan di Petaling jaya — kawasan tempatku menginap — yang harganya sekelas harga menu warung.

Hari Keempat di KL: Jalan-Jalan Keliling KL

Mungkin agak heran kenapa langsung aku skip ke hari keempat. Tak banyak yang diceritakan tentang kegiatanku di hari ketiga karena hari itu seharian adalah untuk urusan “kerjaan”. Jalan-jalan sih iya, tapi untuk urusan “kerjaan”. Oh ya, di hari ketiga ini aku sempat mampir juga ke kota Dasanrama (bener begitu kan tulisannya?). Tentu saja masih  dalam rangka urusan “kerjaan”. 😛

Nah, di hari Sabtu ini, atau hari keempatku berada di Malaysia, aku dan Jiwo memutuskan untuk memanfaatkan waktu kami untuk jalan-jalan keliling Kuala Lumpur. Tujuan pertama kami adalah Muzium Negara alias National Museum. Dari Taman Jaya — stasiun terdekat kawasan tempat kami menginap — kami menumpang kereta LRT menuju KL Sentral.

Dari KL Sentral sempat bingung juga mau ke arah mana untuk menuju ke Muzium Negara.  Kami benar-benar buta arah. Untung ada GPS. Buka aplikasi Google Maps, dan rute jalan kaki menuju Muzium Negara pun digenerasi oleh aplikasi. Kami mengikuti rute yang telah ditunjukkan. Sebenarnya jarak point to point-nya nggak jauh. Tapi karena akses jalan yang tersedia memaksa kita harus memutar, jadi jarak tempuhnya pun menjadi lebih jauh. Walaupun lumayan juga jalan kaki lebih dari sekilo, nggak apa-apalah, yang penting nggak nyasar, hehehe. 😀

Gerbang Muzium Negara

Gerbang Muzium Negara

Biaya masuk ke dalam museum ini adalah RM 5 atau hampir Rp 15.000 per orang untuk turis asing. Cukup mahal memang. Harga tiket untuk turis lokal dan turis asing memang dibedakan. Kami yang WNI pun tentu saja masuk kategori turis asing.

Ruang D Muzium Negara

Ruang D Muzium Negara

Secara umum, ruangan museum ini dibagi menjadi 4 berdasarkan perjalanan waktu sejarah yang dialami Malaysia. Ruang A untuk zaman prasejarah. Ruang B untuk zaman kesultanan atau saat masuknya Islam ke tanah melayu. Ruang C untuk zaman penjajahan dan Ruang D untuk masa modern.

Dari cara penyajian menurutku kemasannya tidak monoton alias objeknya cukup variatif. Tidak hanya menampilkan miniatur-miniatur orang-orangan yang rasanya sudah umum selalu ada di tiap museum sejarah. Di muzium negara ini ada replika kapal perang, tahta kesultanan, sel tahanan, dll. Selain itu dari segi desain interiornya juga cukup menarik alias tidak monoton.

Dari berbagai objek yang ada di museum mungkin yang paling menarik buatku adalah yang terdapat pada ruang modern, khususnya memorabilia video perjuangan tim bulutangkis Malaysia kala menjuarai Piala Thomas tahun 1992. Mungkin karena aku suka bulutangkis kali ya.

Tapi ngomong-ngomong, ada nggak sih museum yang menampilkan sejarah Indonesia di era modern ini? Khususnya yang menampilkan prestasi-prestasi yang sudah diraih negara kita di kancah internasional di era modern ini. Tak hanya sejarah perpolitikan saja.

Oh iya, dari sisi konten yang ditampilkan, menurutku masih lebih kaya museum di Indonesia, khususnya museum Benteng Vredeburg yang ada di Yogyakarta. Di sana benar-benar komplet menyajikan kronologis sejarah Yogyakarta dari masa prasejarah hingga masa penjajahan.

Pasar Seni

Pasar Seni

Oke, cukup dengan jalan-jalan ke museumnya. Kami pun langsung menuju ke Pasar Seni alias Central Market. Kita hendak cari oleh-oleh di sini. Dari Muzeum Negara kami berjalan kaki. Lumayan capai juga sih, jaraknya ada lah sekitar 1 km lebih. Kami juga sempat menyeberangi stasiun Kuala Lumpur yang rancang bangunannya khas masa kolonial.

Kalau mau mencari oleh-oleh “berbau” Malaysia yang murah, di Pasar Seni lah tempatnya.   Di sana banyak kios-kios yang menjual beraneka ragam souvenir Malaysia seperti gantungan kunci, miniatur Petronas, hiasan kulkas, kaos, dan kerajinan tangan lainnya.

Suasana di dalam Pasar Seni

Suasana di dalam Pasar Seni

Namanya juga pasar, kita bisa melakukan tawar-menawar di sana. Tapi, walaupun namanya pasar, kesan bersih tetap terjaga di lingkungan dalam Pasar Seni ini. Satu nilai positif untuk kita contoh.

Ada kejadian menarik waktu aku hendak membeli souvenir di salah satu toko di sana. Aku mencoba menawar dengan sok-sokan pakai aksen Melayu. Setelah beberapa percakapan, tiba-tiba Continue reading