Membaca Berita, Dulu, dan Kini

Saya sedang mengingat-ingat apa yang berbeda antara kebiasaan membaca berita dulu dan kini di era internet. Saya dahulu termasuk beruntung karena keluarga saya bisa berlangganan koran.

Bapak saya memang senang membaca koran. Kegemaran beliau itu menular kepada saya saat kecil. Setiap pagi, koran adalah hal yang saya nanti-nanti. Saya selalu ke luar rumah menyambut tukang koran yang mengantar koran langganan hari itu.

Ketika itu yang memotivasi saya untuk membaca koran adalah sebagai sarana untuk menambah kosa kata. Banyak istilah yang saya tak mengerti saya tanyakan kepada bapak. Inflasi, politik, mutasi, makelar … adalah beberapa contoh kata yang tak saya mengerti yang saya tanyakan kepada bapak.

Selain itu, saya membaca koran supaya tahu apa yang tengah terjadi di belahan dunia lain. Dalam sehari mungkin saya bisa membaca belasan atau puluhan artikel.

Ketika itu akses terhadap internet memang masih sangat langka dan mahal. Selain koran, TV menjadi media untuk memperoleh informasi.

Singkat kata, dahulu untuk memperoleh informasi, kita memang harus sedikit ‘berusaha’. Membeli koran atau meluangkan waktu untuk menonton TV. Berita adalah sesuatu yang dicari dan ditunggu.

Kini di era internet rasanya setiap orang setidaknya memiliki satu akun media sosial dan juga instant messaging. Persebaran berita yang sebelumnya melalui media konvensional kini berganti menjadi online. Di sana informasi tersebar dari segala penjuru dengan begitu mudah dan cepatnya.

Informasi itu datang tidak mesti dari outlet berita. Namun teman-teman kita di media sosial pun juga seringkali turut menjadi agen penyebar berita.

Singkatnya, kini untuk memperoleh informasi, kita cukup ‘hadir’ saja di dunia maya. Informasi akan senantiasa datang kepada kita. Selalu akan ada kita jumpai orang atau pengguna internet yang berbagi berita di sana.

Alhasil karena diserbu informasi bertubi-tubi, dan tak jarang redundant, orang-orang pun tampaknya menjadi tidak terlalu tertarik untuk membaca berita secara utuh dan acapkali sudah merasa tahu isi berita dengan hanya membaca judulnya saja.

Di sisi lain, media-media massa online pun kini juga cenderung sering memuat judul berita yang heboh atau kontroversial. Sayangnya tak jarang judul-judul tersebut, dan ilustrasi yang menyertainya, begitu misleading, tidak sesuai dengan isi berita aslinya.

Singkatnya, saya merasa membaca berita kini, terutama di internet, sebagai aktivitas yang melelahkan. Informasi atau berita mengalir tiada henti. 

Bermain media sosial pun kini sudah seperti sedang membaca rubrik editorial atau opini di koran konvensional dahulu. Semua orang berbagai latar belakang bisa mengemukakan opininya dengan bebas.

Di tengah kerumunan informasi itu, tentu masing-masing berusaha melakukan berbagai cara agar dapat menarik atensi pengguna internet. Karena itulah saya menduga fenomena banyaknya berita heboh atau kontroversial di internet lahir dari alasan tersebut.

Selain itu, menjadi yang tercepat juga merupakan cara untuk menarik atensi itu. Mungkin sebab itulah kualitas berita atau informasi yang disampaikan pun menjadi menurun. Yang penting berita cepat dirilis. Kalau salah, bisa klarifikasi kemudian. Sedih.

Advertisement

2 thoughts on “Membaca Berita, Dulu, dan Kini

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s