Senin, 26 Desember 2016
Pukul 1.30 alarm dari HP Kuncoro berdering. Tak lama kemudian Kuncoro membangunkan kami semua. Butuh beberapa menit bagi saya untuk benar-benar tersadar.
Usai membangunkan kami, Kuncoro keluar untuk menyalakan kompor. Ia memasak air untuk membuat minuman hangat.
Niam yang juga sudah bangun, mengeluarkan bungkus mie goreng dari dalam tasnya. Ia lalu menyalakan kompor yang lainnya untuk membuat mie goreng. Sudah lapar rupanya dia, hahaha.
Setelah kantuk saya benar-benar hilang, saya keluar dari tenda agar badan bisa menyesuaikan diri dengan hawa dingin di luar. Dan tentunya supaya tidak mengantuk lagi, hehehe.
Kami berencana untuk melakukan perjalanan summit dini hari itu. Kami sengaja bangun dini hari sekali karena waktu kami terbatas. Kami menargetkan jam 5 sore paling telat sudah tiba di Kota Magelang.
Beberapa saat kemudian saya kembali ke dalam tenda untuk menyiapkan barang-barang yang hendak dibawa dalam perjalanan ke puncak dini hari itu. Air mineral, powerbank, dan ponco saya masukkan ke dalam tas kecil.
Ketika kami semua sudah bersiap akan berangkat, ternyata Ardhan menyampaikan kepada kami bahwa dia tidak ikut ke puncak dini hari itu. Kakinya sempat kram malam sebelumnya dan dia tidak mau mengambil risiko.
Niam juga tidak bisa ikut karena badannya agak menggigil. Jadilah hanya kami bertiga yang pergi ke puncak saat itu. Yakni saya, Kuncoro, dan Amy.
Pos 3 (2638 mdpl) – Pos 4 (2983 mdpl)
Tepat pukul 3 dini hari kami berangkat meninggalkan tenda menuju Pos 4. Medan yang kami lalui di jalur Pos 3 ke Pos 4 ini masih sebelas dua belas dengan jalur Pos 2 ke Pos 3. Yakni jalan setapak dengan ilalang yang tinggi di kanan kiri. Bedanya kali ini lebih banyak tanjakan juga.
Jam 4 pagi kami tiba di Pos 4. Kami tidak menyangka dalam waktu 1 jam kami sudah tiba di Pos 4. Pasalnya kata pendaki-pendaki yang kami temui sehari sebelumnya, setidaknya butuh waktu 1,5-2 jam untuk sampai di Pos 4 dari Pos 3. Mungkin karena kami tidak membawa tas keril juga, jadi tidak terlalu berat perjalanannya.
Di Pos 4 kami beristirahat. Saat tengah duduk-duduk beristirahat, hujan mulai turun. Awalnya rintik-rintik saja, namun setelah itu semakin tinggi intensitasnya. Namun tidak sampai kategori deras juga.
Kami mengeluarkan ponco dan menggelarnya sampai menutupi badan kami bertiga. Tak terasa kala menunggu hujan reda itu, aku sempat tertidur. Setengah jam mungkin ada.
Alhamdulillah hujan tidak berlangsung lama. Usai hujan reda, kami merapikan kembali ponco kami, lalu menggelarnya di atas tanah. Di atas ponco itu kami melaksanakan sholat shubuh berjamaah.

Sunrise di Sumbing
Pos 4 (2938 mdpl) – Puncak Sejati (3371 mdpl)
Kira-kira tepat pukul 5 kami melanjutkan kembali pendakian menuju puncak. Di saat bersamaan di ufuk timur rona merah sang fajar telah tampak berada di atas garis horizon.
Dari Pos 4 ke puncak ini sudah tidak ada lagi jalan landai. Semuanya berupa tanjakan. Di jalur ini pohon-pohon Edelweiss mulai terlihat di antara tumbuhan ilalang. Pun demikian dengan pohon Cantigi yang daunnya berwarna merah itu juga mulai menghiasi di sekeliling jalur pendakian.
Kami mendaki terus sampai akhirnya tiba di sebuah tempat yang cukup datar. Saya sempat berpikir itu adalah puncaknya. Di sana ada 2 tenda yang tengah berdiri. Namun ketika menatap ke depan, ternyata masih ada tebing yang lebih tinggi lagi di hadapan.

Berjalan menuju puncak
Di tempat tersebut terdapat percabangan ke kanan, ke arah bawah menuju kawah. Sementara jika lurus, akan terus berjalan menuju Puncak Sejati. Dari tempat itu posisi kawah sudah terlihat jelas. Asap belerang tampak terus keluar dari kawah tersebut.
Kami berjalan lurus menyusuri punggung gunung menuju puncak. Kali ini jalur jauh lebih landai. Di saat bersamaan angin tak henti-hentinya berhembus sangat kencang di kawasan puncak ini.
Puncak Sejati (3371 mdpl)
Pukul 6.15 kami akhirnya tiba juga di Puncak Sejati. Agak tidak yakin sebenarnya apakah tempat itu adalah Puncak Sejati. Tidak ada papan penanda bahwa itu adalah Puncak Sejati. Yang ada hanya sebuah tiang dari pipa tanpa papan penanda. Mungkin papan itu telah lepas diterjang angin yang sangat kencang di puncak ini.
Sementara itu, matahari sudah semakin tinggi posisinya dari tempat peraduannya. Sinar matahari sudah cukup terang ketika itu. Namun hangatnya sinar matahari itu kalah telak dari dinginnya angin yang berhembus kencang.
Puncak Sejati ini ternyata cukup sempit dan medannya berupa bebatuan. Di puncak kami berjumpa dengan 2 kelompok pendaki lain yang masing-masing terdiri atas 2 orang. Dari salah satu kelompok itulah kami diberi tahu bahwa ini adalah Puncak Sejati.

Berfoto di Puncak Sejati

Menikmati pemandangan dari Puncak Sejati
Kami menikmati pemandangan dari puncak itu sambil berfoto-foto. Di sebelah timur pemandangan sangat lega. Kami dapat melihat pemandangan Gunung Merbabu berdampingan dengan Gunung Merapi, lalu di kejauhan lagi tampak puncak Gunung Lawu.
Sementara itu di sisi barat, pemandangan cukup terbatas karena terhalang oleh punggung Gunung Sumbing yang masih melingkar hingga ke sisi barat. Kawah terlhat berada di bawah. Puncak Gunung Sindoro masih terlihat sedikit di sisi barat itu.

Kawah Gunung Sumbing dilihat dari Puncak Sejati
Turun ke Pos 3 (2638 mdpl)
Tidak lama kami berada di Puncak Sejati ini. Angin kencang juga masih belum berhenti berhembus. Pukul 7 kami turun meninggalkan puncak. Kami langsung berjalan dengan mode ngebut sambil sesekali berhenti mengambil foto dan beristirahat sebentar. Satu setengah jam saja kami sudah tiba kembali di Pos 3.

Istirahat di perjalanan turun ke Pos 3
Di tenda Niam dan Ardhan ternyata tengah memasak nasi untuk sarapan kami pagi itu. Alhamdulillah sudah dibuatkan hahaha. Sambil menunggu nasi matang, kami juga memasak mie rebus dan sarden menggunakan kompor yang lain.

Memasak di tenda
Sarapan pagi itu menjadi aktivitas penutup kami di Pos 3. Setelah itu, kami semua membongkar tenda dan mengemasi barang-barang kami.

Sumber air di Pos 3
Turun ke Basecamp (1722 mdpl)
Kira-kira pukul 10.30 kami turun meninggalkan Pos 3 menuju basecamp Dusun Butuh, Kaliangkrik. Perjalanan turun ini terasa lebih ringan daripada ketika kami naik. Ya iyalah ya, hahaha.
Dalam waktu 30 menit kami sudah tiba di Pos 2. Lebih cepat 45 menit daripada saat kami naik dari Pos 2 ke Pos 3. Jalur dari Pos 3 ke Pos 2 ini masih enak karena berupa turunan yang landai.
Selanjutnya dari Pos 2 ke Pos 1 kami berhadapan dengan turunan yang terjal serta jalur berupa anak-anak tangga dari bebatuan. Lumayan membuat lutut ini bergetar setiap setiap memijakkan kaki di anak tangga berikutnya. Di Pos 2 menuju Pos 1 ini kami jadi cukup banyak beristirahat di tengah-tengah perjalanan.

Istirahat di perjalanan turun ke Pos 1
Menjelang pukul 12 kami tiba di Pos 1. Suara sayup-sayup adzan Dhuhur terdengar berkumandang dari desa-desa di lereng Gunung Sumbing ini.
Dari Pos 1 ini kami sudah memasuki jalur yang berada di antara ladang-ladang milik warga. Berkali-kali kami menemui warga yang tengah bekerja di ladang mereka.
Setiap berpapasan dengan warga-warga tersebut kami selalu melemparkan sapa. Tak sedikit yang membalas dengan bertanya “Sampai puncak nggak di atas? Turun ke kawah nggak? Ngecamp di mana?”, tentunya diucapkan dalam bahasa Jawa.
Alhamdulillah, tepat pukul 12.45 kami akhirnya tiba di basecamp Dusun Butuh, Kaliangkrik. Lebih cepat dari perkiraan kami. Di basecamp kami beristirahat sekaligus melaksanakan sholat dhuhur. Jam 2 siang kami pergi meninggalkan basecamp menuju rumah Niam di Mertoyudan dengan mengendarai sepeda motor kami. (Tamat)

Rute pendakian Gunung Sumbing
daebak
LikeLike