Hari Minggu kemarin teman saya meminta tolong saya untuk memesankan Uber untuk dia. Kebetulan dia memang tidak memiliki akun Uber, jadi minta tolong saya. Ketika itu tengah turun hujan deras.
Saya membuka aplikasi Uber di HP saya. Kemudian memasukkan lokasi penjemputan dan tujuan. Sebelum saya mensubmit, saya mengecek dulu perkiraan tarif rute yang saya pilih.
baca juga: Mencoba Uber Taxi
Alangkah kagetnya saya melihat tarifnya mencapai 63.000-82.000 rupiah. Ada keterangannya bahwa itu adalah 2,1x harga normal. Kalau naik taksi konvensional, harusnya dengan jarak segitu tidak sampai Rp30.000 menurut pengalaman saya.
Saya memang baru hitungan jari sih naik Uber. Baru kali ini menemui yang namanya surge pricing di Uber ini. Sebelumnya hanya pernah mendengar saja tentang adanya kebijakan ini. Namun saya tidak menyangka kalau kenaikan harganya bisa sampai lebih dari 2 kali lipat.
Akhirnya teman saya pun memesan taksi biasa melalui telepon. Well, dalam kasus ini taksi konvensional adalah pilihan yang ideal saat itu. Tak lama setelah ditelepon, taksi pun sudah datang menjemput. Harganya juga masuk akal.
Kalau di Dago, di daerah sekitar McD simpang, dipati ukur, apalagi pas malem minggu sering tuh surge pricing.
LikeLike
Aku udah dikasi tau sesama car driver grabber sekaligus uber. Dikasih warning, jadi memang ada kalkulasi seperti itu, dimana ketika demand > driver plus kalkulasi lain seperti jam sibuk, dll. Maka akan ada perkalian biaya. Sebetulnya ini juga terjadi di moda online lain sih. Misal Grabbike atau Gojek yang mana kalau di jam sibuk bisa naik 2-3x lipat.
Tapi selama moda onlinenya fair (Dalam artian customer dikasih tahu), ga masalah sih.
LikeLike
@Iwan: Pas lagi macet-macetnya itu haha. Untungnya belum pernah naik di rute Dago hehehe
@Rizky: Yoii.. masih fair kok. Cuma kadang-kadang drivernya sengaja nunggu surge pricing pada baru mau keluar.
LikeLike